Minggu, 25 Oktober 2015

Rafilus, Manusia Besi yang Pernah Mati Dua Kali


Judul : Rafilus 
Pengarang : Budi Darma 
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun : 1988 

Awal membaca buku ini, saya sempat merasa bosan mau dibawa kemana ceritanya, siapakah tokoh utama dalam novel ini. Banyak hal yang berkecamuk. Akhirnya saya bertahan untuk membacanya hinga sepuluh halaman pertama. Lama saya baca selama itu pula saya mulai mengerti arah ceritanya. Cerita Rafilus mampu membius saya, banyak hal yang merupakan pengetahuan baru.
Kurang lebih seperti ini cerita di dalamnya:




Rafilus dikatakan pernah mati dua kali. Badan Rafilus katanya terbuat dari besi bukan dari daging. Tiwar memang sering berpikir melantur. Ia sering membayangkan macam-macam. Ia sering terkantuk ke dalam dunia yang diciptakannya sendiri. Suatu ketika Jumarup, seorang kaya yang dermawan di Surabaya mengundang Tiwar dalam pesta khitanan anaknya. Memang Jumarup mengundang banyak orang, meskipun tidak dikenalnya. Selain Tiwar, Rafilus juga diundang. Sebagai tuan rumah, Jumarup dan keluarganya justru tidak datang dalam pesta itu. Para tamu hanya dilayani oleh pelayannya. Dalam pesta itu, Tiwar terus mengamati Rafilus. Semakin diamati, semakin tampak keanehan pada Rafilus. 

Belakangan diketahui, ketidakhadiran Jumarup pada pesta itu adalah karena sakit parah. Tiwar suka bertanya kepada opas pos tentang Rafilus. Dari cerita Munandir sang opas pos, ia banyak mengetahui tentang Rafilus, misalnya tempat tinggal, kebiasaan, dan lain-lain. Konon Munandir sering diperlakukan baik oleh Rafilus. Ia sering diberi makan dan uang. Dari cerita Munandir Tiwar tahu bahwa Rafilus hampir sama dengan Van der Klooning, seseorang Belanda yang hidup sendiri seperti Rafilus. 

Ada juga perlakuan berlawanan dengan orang Belanda lainnya yaitu Jaan van Kraal. Ia selalu arogan dengan setiap orang yang datang ke rumahnya, termasuk opas pos yang menyampaikan surat atau wesel kepadannya. Tiwar secara berkala menerima surat dari Pawestri. Keduanya lalu datang ke Surabaya Kota untuk bertemu. Di situ mereka bertemu dan saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu mereka sepakat untuk melangsungkan perkawinan. Entah perkawinan itu hanya lamunan Tiwar atau benar-benar terjadi tidak menjadi soal bagi Tiwar. Yang penting Tiwar mengetahui asal-usul dirinya. Melalui surat Pawestri, Tiwar mengetahui bahwa gadisnya adalah seorang anak yang tak jelas siapa bapaknya. Pawestri juga pernah bercerita tentang kesibukan kantor yang membuatnya seperti mesin. Ada juga tentang cerita siapa kedua orang Belanda yang bernama Van der Klooning dan Jaan van Kraal. Suatu ketika Pawestri meminta kepada Tiwar agar bersedia mempertemukan dirinya dengan Rafilus. Rupanya, Pawestri juga terpesona oleh keanehan tubuh Rafilus. 

Menurut Pawestri, Rafilus adalah laki-laki yang mampu member benih yang ia harapkan. Ia membayangkan anaknya kelak akan lahir sebagai orang yang perkasa. Pawestri berusaha menarik perhatian Rafilus, namun Rafilus sangat acuh terhadapnya. Tiwar yang ingin tahu lebih banyak tentang Rafilus segera melakukan pencarian. Ia berhasil bertemu Rafilus di rumahnya. Namun hal itu justru makin membuatnya penasaran. Setelah itu, berbagai peristiwa makin membuat Tiwar terlelap dalam pikiran-pikirannya. Ia mulai melantur kemana-mana. Munandir tewas tergilas kereta api. Ia sendiri nyaris tertabrak kereta yang sama. Lalu kecelakaan beruntun. Ada seorang lelaki tertabrak sebuah mobil dan penabraknya kabur begitu saja. Belakangan sang penabrak diketahui bernama Sinyo Minor, yang mati ditabrak Rafilus. Tiwar mulai mengetahui asal-usul Rafilus. Namun pada saat akan terkuak, Rafilus justru tewas tersambar kereta api. Kematian Rafilus ternyata mengundang masalah lain. Tak ada seorang pun yang mengenali Rafilus. Semua bingung hendak menguburkannya dimana. Beruntung datanglah Rabelin. Ia tak mengenal Rafilus, tetapi dia bersedia mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan penguburan Rafilus. Rafilus hanya diantar beberapa orang salah satunya Tiwar. 

Pada saat yang sama, Jumarup mendadak mati. Ia juga dikuburkan di sana. Mengingat Jumarup termasuk orang kaya, dermawan dan dikenal masyarakat, pemakamannya diiringi oleh banyak pelayat. Akibat kematian Jumarup, ambulan Rafilus tersisih karena jalan menuju pemakaman macet. Ambulan tidak dapat bergerak. Lalu saat ambulan melintasi rel kereta api, mendadak datang kereta api dan menyambar ambulan. Semua penumpang di dalam ambulan segera turun. Mayat Rafilus untuk kedua kalinya tertabrak kereta. Kepalanya terlepas dan tertancap di tiang.

0 komentar :

Posting Komentar