Rabu, 17 Agustus 2016

9 Keunikan Pesona Dewi 2016


Pesona Dewi (Desa Wisata) merupakan acara yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Malang pada tanggal 10-11 Agustus 2016. Acaranya  terdiri dari bazar potensi wisata dari 15 Desa Wisata, festival seni budaya, pagelaran wayang, dan lomba kampung tempo dulu. Pesona Dewi 2016 dilaksanakan di Desa Pujonkidul Kabupaten Malang.

Beruntung saya bisa menikmati acara dari awal sampai selesai. Ada banyak keunikan yang terdapat selama acara berlangsung baik dari segi penampilan, hasil alam, bahkan keunikan acaranya. Berikut saya rangkum dalam 9 keunikan Pesona Dewi 2016.


1. Kental Tari-Tarian
Tari merupakan sambutan paling sakral untuk sebuah acara kebudayaan. Dalam Pesona Dwi 2016, tari menjadi kesan baik pertama yang saya lihat dan tangkap. Dalam pembukaan Pesona Dewi 2016 tepat sebelum pemotongan pita oleh Pak Bupati, Drs. H. Rendra Kresna, terlebih dahulu iringan sambutan tari digelar sekitar 10 menit. Penarinya pun cukup unik, karena terdiri dari anak-anak Sekolah Dasar (SD).
Tari penyambutan

2. Tempat Sampah dan Bibit Pucuk Merah
Setelah pidato dari Bupati  dan Kepala Desa Pujonkidul, terdapat penyerahan secara simbolis tempat sampah kepada setiap Desa Wisata dan tanaman pucuk merah untuk Desa Pujonkidul. Cukup menarik bukan? Kenapa tempat sampah dan bibit pucuk merah? Perlu diketahui, tempat sampah adalah barang sederhana tetapi sering dilupakan khususnya di tempat-tempat wisata.

Tempat sampah memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan Desa Wisata. Coba saja bayangkan jika tak ada tempat sampah, maka hanya dalam waktu sebentar sampah-sampah akan berserakan dimana-mana dan merusak pemandangan. Bibit pucuk merah sendiri merupakan pilihan Desa Pujonkidul. Sebenarnya, tiap desa boleh memilih tanaman apapun sebagai ikon desa yakni harus ada di setiap rumah di desa itu. Pujonkidul memilih pucuk merah.

3.  Cabai unik Khas Masyarakat Ngadas
Cabai biasa sudah sering kita lihat, tapi kalau cabai Ngadas ini pasti jarang ditemui di tempat lain. Cabai Ngadas bentuknya hampir bulat, tapi sebagian berbentuk lonjong dan ukurannya lima kali lipat cabai biasa. Awalnya saya sempat tertipu dan mengira cabai itu adalah buah. Setelah dijelaskan oleh penjaga stan, barulah saya tercengang kalau benda yang digantung berwarna merah ini adalah cabai.
Cabai Ngadas

Saya memutuskan untuk membelinya. Sesampainya di rumah, saya membuat sambal dengan dua buah cabai ini. Alhasil, pedasnya nendang. Rasa pedasnya 10 kali lipat dari cabai biasa. Ternyata tidak hanya bentuknya yang super tetapi juga rasanya tak kalah super.

4.  Penampilan Wong Ireng
Ada yang unik saat Festival Seni Budaya saat itu. Satu penampilan yang menjadi sorotan yakni Wong Ireng (Orang Hitam). Benar sekali, orang-orang yang akan tampil sengaja dicat berwarna hitam seluruh tubuhnya. Penonton sangat antusias dengan usaha mengecat yang dilakukan oleh perwakilan salah satu Desa Wisata, yaitu Selorejo.


5. Jalan-jalan ke Sawah sebagai Objek Wisata Baru
Awalnya memang sempat bertanya-tanya kenapa ke sawah saja dijadikan sebagai objek wisata. Namun karena penasaran, di hari kedua saya pun pergi ke sawah desa Pujonkidul. Letaknya tidak jauh dari kantor Balai Desa. Cukup dengan berjalan kaki sekitar 10 menit  maka sampailah di sebuah gapura sawah yang terbuat dari kayu.


Sawah yang menjadi objek wisata sangat luas dengan pemandangan gunung di sisi kanan  dan kirinya. Tak dapat dipungkiri, saat berada di sawah otak dan pikiran menjadi fresh kembali. Patut dicoba sebagai refreshing dari kejenuhan  bekerja, sekolah, maupun  urusan lainnya. Mau tahu panoramanya? Klik disini.
6. Olahan Susu Khas Pujonkidul
Pujonkidul merupakan penghasil susu terbaik di Kabupaten Malang. Saya pun sudah datang langsung ke tempat sapi-sapi yang menghasilkan susu tersebut. Tempatnya bersih dan sapi-sapi dirawat dengan baik. Tidak heran kalau susu yang dihasilkan pun sangat enak. Olahan susu tersebut selain susu murni aneka rasa juga terdapat yougurt, stik susu, dan emping susu. Saya paling suka yougurt-nya. Lain waktu harus dicoba lagi kesana.
Susu dan Yougurt


7. Pengenalan Desa Wisata
Dari masing-masing stan yang menampilkan potensi Desa Wisatanya punya cara masing-masing. Ada yang membawa brosur-brosur untuk memudahkan pengunjung tahu tentang wisatanya, ada yang membawa hasil olahan dari alam di desanya, ada yang membawa hasil kerajinan desanya seperti tas dari batok kelapa dan lain sebagainya.

Hasil kerajinan
Brosur Desa Wisata


8. Tambur 
Apa sih tambur? Tambur adalah makanan yang terbuat dari ikan-ikan kecil (baby fish) yang dilumuri bumbu kemudian digoreng hingga benar-benar kering. Ikan dengan panjang tidak lebih dari 1 sentimeter itu mampu diolah dan menjadi pemasukan yang luar biasa. Pemikiran kreatif rupanya sudah mengakar dalam masyarakat Desa Wisata. Tambur memiliki  gizi yang tinggi dan banyak mengandung protein.


9. Warung Tempo Dulu

Seolah kembali ke jaman dulu yang rasa tradisional  masih kental. Lomba Kampung Tempo Dulu merupakan lomba yang diadakan desa Pujonkidul dimana setiap RT harus membuat warung tempo dulu yang menjajakan makanan tradisional. Saya menemukan makanan-makanan yang sudah jarang ditemui, seperti lepet madura, horog-horog, pudding susu, ronde, ketan sambal, dan soto dengan mangkuk yang terbuat dari tanah liat. Minumannya pun disajikan dengan gelas yang terbuat dari batok kelapa. Sangat menarik dan unik.
deretan Warung Tempo Dulu

10 komentar :

  1. Maaak, cabe Ngadasnya bikin penasaran. Belom pernah tahu, belom pernah lihat dan belom pernah nyobaaak, :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa coba mak, langsung ke Ngadas, Malang. Hehe.. Puedess pol

      Hapus
  2. Maaak, cabe Ngadasnya bikin penasaran. Belom pernah tahu, belom pernah lihat dan belom pernah nyobaaak, :D

    BalasHapus
  3. cabainya besar banget... kaya cabe biasa ga tuh rasanya
    ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya lebih pedas dari cabai biasa. Dan biji cabainya warnanya hitam.

      Hapus
  4. wahhh baru tau di malang ada wisata unik. noted next musti dicoba nih

    BalasHapus