ASA(P) SEMESTA
Oleh: Anggi Putri
Masihkah,
Puntung itu meracau,mengelabui
Sebab hidup ini jilatan api
Ruap asap adalah bukti
terkurung dalam tabir buta
mata lamur setapakmu kabur
rambu-rambu mana yang kau suruk?
hilang arah, tak bersua
sesat menujumu ragu-ragu
daun senyap terlunta
ranting bara diraba
menabrak sangka raga terkapar
Jelaga abu kepahitan,
yang menjadi raja segala titah
Habis diisap sang waktu
Bersisa sesal dan belenggu
Kau korbankan hirupan napasmu!
Kembang-kempis dada tergelak jua
Ringkih mencumbui sisa semesta
Anugerah tiada tara,
Terkontaminasi nikotin semata
Bumi asri, 29 Mei 2014
Jumat, 30 Mei 2014
Biarlah DIA yang Tentukan
Mataku menerawang ke setiap sudut ruangan berukuran sedang berwarna putih. Bukan rumah sakit seperti kebanyakan film pada saat adegan pingsan dan clinggg ... berada di rumah sakit. Aku masih berada dalam kamarku sendiri. Sebuah bilik tempatku menumpahkan segala perih, segala rasa yang tak mungkin semua orang kan mengerti.
Aku termangu, sendiri. Ya, seorang diri. Sekitar sepuluh menit yang lalu aku telah usai mendengarkan suara lelaki yang selama ini memberi andil dalam kehidupanku. Dia bukan Ayahku, juga Kakakku. Aku anak sulung sehingga mustahil aku memiliki seorang Kakak. Mimpiku akan sosok Kakak laki-laki tergilas sirna.
"Apabila setelah Idul Fitri nanti ada yang melamarmu, apa tanggapanmu, Nduk?"
Rahangku terkatup. Tak mampu ungkapkan sekelumit kata pun. Aku terdiam sejenak hingga sang suara membangunkanku dari lamunan yang merajai jiwaku.
"Nduk, kok diem," ucap suara itu.
"Emm ... ti-tidak."
"Apanya yang tidak?"
"Bukan begitu, memangnya siapa yang akan melamarku?"
"Aku."
Jleb! Terasa ada batu yang menghantam ulu hatiku saat itu juga. Napasku mulai berat. Dadaku terkoyak. Ada rasa kecewa, sedih, dan tidak percaya beradu padu bagai es campur.
"Jangan bercanda," ucapku berusaha mencairkan suasana.
"Apakah aku kelihatan seperti bercanda? Ya sudah, jangan dipikirkan. Yang penting nanti aku pasti minta ijin untuk mencium keningmu."
What? Dia bilang, apa?
"Kalau begitu tidurlah, sudah malam. Assalamualaikum."
"Wa-waalaikumsalam."
Ponselku terjatuh lemah di atas kasur. Aku mengempaskan seluruh tubuhku ke kasur. Aku tak percaya. Dia ... dia sudah aku anggap sebagai Kakak, Guru, dan sebagai Sahabat yang selalu mengiringi langkahku. Aku amat berterima kasih untuk itu. Aku tahu dia menyimpan rasa yang lebih dari sesosok sahabat kepadaku sejak pertama kali mengenalku.
Namun aku tak dapat membalas rasanya kepadaku. Bukan karena usianya dua kali dari usiaku sekarang, bukan karena aku menyepelekannya, namun karena ... hanya karena ... biarkan Allah yang menentukan yang terbaik untuk kita berdua.
Pertama kalinya kaum adam yang mengucapkan akan melamarku. Banyak kaum adam yang menyatakan cintanya padaku, namun aku menolaknya, karena kurasa Allah akan memberikanku jodoh pada waktunya. Saat waktu itu tiba, aku akan menerimanya.
Bunda, Ayah ... aku tak akan melalaikan amanah kalian untuk menjadi sukses, oleh karena itu, menikah merupakan hal nomor akhir. Setidaknya untuk saat ini, terlalu muda bagiku memahami arti sebuah rumah tangga.
Kelanaku masih panjang, semangat yang aku butuhkan masih banyak pula. Belum menggenggam dunia! Belum menakhlukkan Mimpi.
Aku termangu, sendiri. Ya, seorang diri. Sekitar sepuluh menit yang lalu aku telah usai mendengarkan suara lelaki yang selama ini memberi andil dalam kehidupanku. Dia bukan Ayahku, juga Kakakku. Aku anak sulung sehingga mustahil aku memiliki seorang Kakak. Mimpiku akan sosok Kakak laki-laki tergilas sirna.
"Apabila setelah Idul Fitri nanti ada yang melamarmu, apa tanggapanmu, Nduk?"
Rahangku terkatup. Tak mampu ungkapkan sekelumit kata pun. Aku terdiam sejenak hingga sang suara membangunkanku dari lamunan yang merajai jiwaku.
"Nduk, kok diem," ucap suara itu.
"Emm ... ti-tidak."
"Apanya yang tidak?"
"Bukan begitu, memangnya siapa yang akan melamarku?"
"Aku."
Jleb! Terasa ada batu yang menghantam ulu hatiku saat itu juga. Napasku mulai berat. Dadaku terkoyak. Ada rasa kecewa, sedih, dan tidak percaya beradu padu bagai es campur.
"Jangan bercanda," ucapku berusaha mencairkan suasana.
"Apakah aku kelihatan seperti bercanda? Ya sudah, jangan dipikirkan. Yang penting nanti aku pasti minta ijin untuk mencium keningmu."
What? Dia bilang, apa?
"Kalau begitu tidurlah, sudah malam. Assalamualaikum."
"Wa-waalaikumsalam."
Ponselku terjatuh lemah di atas kasur. Aku mengempaskan seluruh tubuhku ke kasur. Aku tak percaya. Dia ... dia sudah aku anggap sebagai Kakak, Guru, dan sebagai Sahabat yang selalu mengiringi langkahku. Aku amat berterima kasih untuk itu. Aku tahu dia menyimpan rasa yang lebih dari sesosok sahabat kepadaku sejak pertama kali mengenalku.
Namun aku tak dapat membalas rasanya kepadaku. Bukan karena usianya dua kali dari usiaku sekarang, bukan karena aku menyepelekannya, namun karena ... hanya karena ... biarkan Allah yang menentukan yang terbaik untuk kita berdua.
Pertama kalinya kaum adam yang mengucapkan akan melamarku. Banyak kaum adam yang menyatakan cintanya padaku, namun aku menolaknya, karena kurasa Allah akan memberikanku jodoh pada waktunya. Saat waktu itu tiba, aku akan menerimanya.
Bunda, Ayah ... aku tak akan melalaikan amanah kalian untuk menjadi sukses, oleh karena itu, menikah merupakan hal nomor akhir. Setidaknya untuk saat ini, terlalu muda bagiku memahami arti sebuah rumah tangga.
Kelanaku masih panjang, semangat yang aku butuhkan masih banyak pula. Belum menggenggam dunia! Belum menakhlukkan Mimpi.
Selasa, 27 Mei 2014
MENCARI SINAR : tiada seseorang yang
Menelisik ditemani raja siang,
Mengembara di tiap pucuk-pucuk cemara
Langkah yang biasa beradu dalam asa kian sirna
Entah
Kucari dalam semak-semak belukar
Pun kutanya pada sulur menakar
Duri-duri mawar
: ambyar
Gelagat di bawah purnama,
Tiada lagi batang hidungnya
Masihkah?
Frasa yang kian terjuntai
Amsal roda-roda kehidupan
berputar
bepagut landai
27 Mei 2014
Senin, 26 Mei 2014
Kelana Diri
Jarum
jam masih kutatap lekat, ada sepenggal penat yang terkubur dalam kelam,
tirani dedaunan menengadah pada Muti Mahamulia, dalam bibir wicara
tersimpan, secercah mimpi!
Masihkah mata ini enggan terpejam?
Menyaksikan kesaksian malam ini, hinga fajar geluti pagi, melantunkan puja-puji, menyeduh secangkir harap.
Raja siang pun akan menjemput dengan kehangatan dan menyibakkan selimut-selimut pesimis.
Lantas menggantinya dengan busur mata panah yang siap dilepaskan ... melesat ke ujung dunia, mencecap cakrawala.
Adakah kiranya senja mendekap penuh langsar tak terperi? Asa yang diselempangkan dulu akan terganti, selaksa malam berganti pagi, kembangkan sayap-sayap ambisi.
Semua kan penuh arti,
arti kehidupan
arti keikhlasan
arti sebuah senyum terkasih
: bertasbih
Kelana diri, 19 Mei 2014
Masihkah mata ini enggan terpejam?
Menyaksikan kesaksian malam ini, hinga fajar geluti pagi, melantunkan puja-puji, menyeduh secangkir harap.
Raja siang pun akan menjemput dengan kehangatan dan menyibakkan selimut-selimut pesimis.
Lantas menggantinya dengan busur mata panah yang siap dilepaskan ... melesat ke ujung dunia, mencecap cakrawala.
Adakah kiranya senja mendekap penuh langsar tak terperi? Asa yang diselempangkan dulu akan terganti, selaksa malam berganti pagi, kembangkan sayap-sayap ambisi.
Semua kan penuh arti,
arti kehidupan
arti keikhlasan
arti sebuah senyum terkasih
: bertasbih
Kelana diri, 19 Mei 2014
Minggu, 25 Mei 2014
Telah Kutuliskan
Kutuliskan sajak kelanaku
Warna hidup yang kian berlalu
Semakin lama semakin kelabu
Terempas bagai butiran debu
Kutuliskan gerimis air mataku
Dalam malam dan siangku
Gelap gulita tak mengerti aral
Tapaki jalan dengan ambang bayang
Kutuliskan arti diri ini,
Menitih asa tanpa semangat hati
Ingin raih sebuah cahaya
Dalam bilik kutumpahkan segala perih
Kutuliskan pribadi tak terperi
Tiada pelita hati sejak dini hari
Berkelana tuk himpun sejumput langsar
Titipan Tuhan pada seorang insan
Kutuliskan rangkaian masaku
Sajak gelap kisah riwayatku
Dayung kelana sendiri
Tuk tempuh samuderaku sendiri
Selasa, 13 Mei 2014
Diskusi Hati
Aku terpekur, diam
Memandang sepenggalah asa yang tertinggal
Puing-puing kelam
Bergelayut dalam lindapnya malam
Lelatu tinggallah lelatu
Tak lebih renjana kian syahdu
Tempatku beradu
Segala belenggu pilu
Ijinkan aku berdiskusi sendiri,
Seorang diri tapaki duri
Mencecap sunyi yang masih gemigil menari
Mencari sandaran paling suci
: abadi
Masihkah air mata mampu menganak sungai tanpa derai?
: tercecer
Memandang sepenggalah asa yang tertinggal
Puing-puing kelam
Bergelayut dalam lindapnya malam
Lelatu tinggallah lelatu
Tak lebih renjana kian syahdu
Tempatku beradu
Segala belenggu pilu
Ijinkan aku berdiskusi sendiri,
Seorang diri tapaki duri
Mencecap sunyi yang masih gemigil menari
Mencari sandaran paling suci
: abadi
Masihkah air mata mampu menganak sungai tanpa derai?
: tercecer
Berkali kutatap di gigir langit
Menikmati segala yang telah terkait
Menyeduh samsara paling murba
Hingga menahan pedang yang menghunus, rajam tajam
Kala cahaya mulai menampakkan diri
Hati ini semakin terasa perih
Meracau pun tiada arti
: berdiri
Memunguti mimpi
Yang terpenjara dalam relung hati
Menikmati segala yang telah terkait
Menyeduh samsara paling murba
Hingga menahan pedang yang menghunus, rajam tajam
Kala cahaya mulai menampakkan diri
Hati ini semakin terasa perih
Meracau pun tiada arti
: berdiri
Memunguti mimpi
Yang terpenjara dalam relung hati
Senin, 12 Mei 2014
Kutanya Jawab
Malam tadi,
Kucari jawab pada bentang cakrawala
Tetes tinta yang kugoreskan hampir tiada sisa
Lantas kau berjanji temu jawab pada purnama
: buana
Kusapa harap dalam senyap kelam
Repih-repih air mata fajar tadi
Tuk menanti sepenggal wicara
dari hati
dari pinta paling suci
: tapak risalah hati
110514
:: Mencari Jawab ::
Kucari jawab pada bentang cakrawala
Tetes tinta yang kugoreskan hampir tiada sisa
Lantas kau berjanji temu jawab pada purnama
: buana
Kusapa harap dalam senyap kelam
Repih-repih air mata fajar tadi
Tuk menanti sepenggal wicara
dari hati
dari pinta paling suci
: tapak risalah hati
110514
:: Mencari Jawab ::
Sabtu, 10 Mei 2014
Bebas Beranjak, Lepaskan Penat
Masih
dalam angahku,
Bersama
cumbui warna merah jambu
Memagut
sisa-sisa rindu
Pagi
itu
Tak
perlu mengadu pada awan-awan kelabu
Pula
merajuk menggebu-gebu
Tak
perlu terpaku, begitu
Itu
Akan
kusapa dirimu,
Selamat
malam ragu,
Mari
tumpahkan tunggu
Di
pelupuk mata yang kian sayu
Bangunkan
aku setelah kau buka pintu
Aku
tak kan meragu,
Pun
tak akan mengais pilu
Rayu
yang kian membelenggu
:
terpaku
terpa
:
aku
Ah,
kini aku terbang bebas, lepas
Menyeduh
bunga jiwa
Sendiri
Sendiri
Sendi
diri
Rabu, 07 Mei 2014
Mantra Merah Delima
Malam begitu cepat
hadir. Rembulan tak lagi ditemani kerlip bintang yang bertaburan di langit.
Seperti biasa, hawa dingin perlahan menusuk kulit melalui pori-pori. Jaket bulu
tebal yang dikenakan Goldie, Corrin, dan Jeremy tak lagi terasa hangat. Ketiga
sahabat itu mulai memeluk tubuh mereka masing-masing. Hari ini tepat seminggu
setelah kematian orang tua Goldie. Setelah kepulangannya dari rumah salah
seorang kerabat, Ayah dan Ibu Goldie mengalami kecelakaan di sebuah jalan
menuju kota. Kini Goldie tinggal bersama Kakak angkatnya di sebuah rumah
peninggalan orang tuanya yang tebilang cukup besar. Corrin dan Jeremy sering
kali menginap di tempat Goldie untuk menghilangkan kejenuhan sahabatnya itu.
Tepat beberapa hari mereka menginap di rumah Goldie, Corrin mendapati hal yang
aneh pada diri Goldie. Setiap malam menjelang Goldie mengerang kesakitan serta
mencengkeram lehernya kuat-kuat. Jeremy sempat menanyakan penyebab dan jenis
penyakit Goldie, namun sahabatnya itu hanya menjawab sedang terserang radang di
tenggorokannya.
Sabtu, 03 Mei 2014
Bilingualisme
Bilingualisme merupakan keadaan penggunaan bahasa
secara bergantian dalam masyarakat. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya
seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Namun pada kenyataanya sangat
jarang orang yang mampu menguasai kedua bahasa itu sama baiknya. Kalaupun ada
barangkali akan jarang sekali. Seorang bilingual yang menggunakan kedua bahasa
harus memperhatikan masalah pokok yang ada dalam sosiolinguistik yaitu “siapa
berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa”.
Sejauh mana kedua bahasa dapat saling mempengaruhi
bahasa yang digunakan oleh bilingual selalu dikaitkan dengan tingkat
kefasihannya dalam berbahasa. Namun pada kenyataanya sering kali dijumpai agar
terlihat fasih di depan orang lain, seseorang tersebut menyelipkan kosakata
bahasa lain untuk suatu kebutuhan, karena sikap bahasa, atau karena ingin
bergengsi. Konsep bahwa bahasa merupakan identitas kelompok memberi peluang untuk
menyatakan adanya sebuah masyarakat tutur bilingual, yang menggunakan dua buah
bahasa sebagai alat komunikasinya. Masyarakat yang demikian tidak hanya
terbatas pada sekelompok orang, malah bisa juga meluas meliputi wilayah yang
sangat luas bahkan meliputi satu negara.
Diglosia oleh Ferguson (1958) diartikan sebagai
adanya pembedaan fungsi atas penggunaan bahasa (terutama fungsi T dan R). Diglosia
yang dijelaskan oleh ferguson tersebut mengetengahkan sembilan topik yaitu
fungsi, prestise, warisan sastra, pemerolehan, stadardisasi, stabilitas,
gramatika, leksikon, dan fonologi. Berbeda dengan ferguson, Fishman (1972)
menyatakan bahwa diglosia tidak hanya berlaku pada adanya pembedaan ragam T dan
ragam R pada bahasa yang sama, melainkan juga berlaku pada bahasa yang sama
sekali tidak berlainan. Jadi yang menjadi tekanan Fishman adalah adanya
pembedaan fungsi kedua bahasa atau variasi bahasa yang bersangkutan. Pakar
sosiolog lain, yakni Fasold (1984) mengembangkan konsep diglosia ini menjadi
apa yang disebut broad diglosia yakni
perbedaan tidak hanya antara dua bahasa atau dua ragam bahasa atau dua dialek
secara biner, melainkan bisa lebih dari dua bahasa atau dialek itu. Sehingga
muncullah diglosia ganda dalam bentuk double
overlapping diglosia, double-nested diglosia, dan linear polyglosia.
Ada empat jenis hubungan bilingualisme dan diglosia,
yaitu (1) bilingualisme dan diglosia, hampir setiap orang mengetahui
ragam/bahasa T dan ragam/bahasa R. Kedua ragam bahasa itu digunakan menurut
fungsinya masing-masing, (2) bilingualisme tanpa diglosia, sejumlah individu
yang bilingual dapat mnggunakan bahasa yang mana pun untuk situasi dan tujuan
apapun, (3) diglosia tanpa bilingualisme, masyarakat yang diglosis tanpa
disertai bilingualisme tidak dapat disebut sebagai masyarakat tutur, sebab
kedua kelompok tersebut tidak berinteraksi, dan (4) tidak diglosia dan tidak
bilingualisme, masyarakat yang tidak diglosia dan tidak bilingualisme hanya ada
satu bahasa dan tanpa variasi serta dapat digunakan untuk segala macam tujuan.
Linguistik
Pengertian bahasa
Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud
dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa
bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda
yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran,
kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah
bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besar yang
pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles.
Ruang Lingkup Ilmu Bahasa
Secara umum, bidang ilmu bahasa dapat fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.
Ruang Lingkup Ilmu Bahasa
Secara umum, bidang ilmu bahasa dapat fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.
Fonetik
Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli
fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa
dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk
mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya
dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan
antara they dan day,.
Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa.
Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa.
Fonologi
Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam
bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh
penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa
Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan
oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan
tersebut.
Morfologi
Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur
pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau
kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu
untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik
bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu
kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -¬en dapat
direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran
-¬en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja.
Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna
bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut.
Sintaksis
Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat.
Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan
perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah
suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu
(bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada
penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak
disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Semantik
Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis
makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik
mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku
kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama
produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa
yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut
seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi.
Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa
Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran
penting dalam dunia ilmu pengetahuan.
Tradisi tata bahasa Yunani-Latin berpengaruh ke
bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad 5
diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya
para ahli tata bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria.
Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.
Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.
Selain di Eropa dan Asia Barat, penelitian bahasa di Asia
Selatan yang perlu diketahui adalah di India dengan ahli gramatikanya yang
bemama Panini (abad 4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini memiliki
kelebihan di bidang fonetik. Keunggulan ini antara lain karena adanya keharusan
untuk melafalkan dengan benar dan tepat doa dan nyanyian dalam kitab suci Weda.
Sampai menjelang zaman Renaisans, bahasa yang diteliti
adalah bahasa Yunani, dan Latin. Bahasa Latin mempunyai peran penting pada masa
itu karena digunakan sebagai sarana dalam dunia pendidikan, administrasi dan
diplomasi internasional di Eropa Barat. Pada zaman Renaisans penelitian bahasa
mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia)
yang dianggap berindukkan bahasa Latin, juga kepada bahasa-bahasa yang nonRoman
seperti bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, dan Denmark.
Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:
1). Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.
2). Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.
3). Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4). Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5). Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
6). Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7). Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
8). Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
9). Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10). Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
11). Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
12). Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan
13). Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.
Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:
1). Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.
2). Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.
3). Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4). Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5). Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
6). Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7). Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
8). Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
9). Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10). Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
11). Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
12). Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan
13). Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.
Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa
proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain
Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik
modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam
strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of
relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung
dalam membentuk sistem tersebut.
Beberapa pokok pemikiran Saussure:
1). Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
2). Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
3). Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
4). Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
5). Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.
6). Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
7). Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
8). Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.
1). Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
2). Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
3). Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
4). Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
5). Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.
6). Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
7). Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
8). Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.
Melestarikan Budaya Sastra di Kalangan Pelajar
Setiap bangsa pasti memiliki kebudayaan.
Budaya merupakan suatu hasil karya, cipta, rasa, dan karsa manusia. Dengan
budaya suatu kelompok masyarakat mampu menonjolkan kreativitasnya, serta mampu
menjadikan budaya sebagai identitas diri bangsa secara turun temurun. Dengan
budaya suatu kelompok masyarakat mampu mengetahui serta mempelajari budaya
mereka sendiri sekaligus membandingkan budayanya dengan budaya kelompok
masyarakat yang lain. Wujud kebudayaan di Indonesia yang beraneka ragam membuat
Indonesia kaya akan budaya, akan tetapi budaya yang tampak secara nyata hanya
terfokus pada seni tari, pakaian, rumah adat, lagu, musik daerah, alat musik,
gambar, dan patung.
Jumat, 02 Mei 2014
Sunyi Mengantarkan Pagi
Kembali:
Mencecap Sunyi
Gelap
itu sekadar menunggu pagi
Semoga
tak terkontaminasi
Malam
kian menghujam sunyi
Mengingatkan
pada sejuta ambisi
Ijinkan
aku berdiskusi, sendiri
Ikat
relung mimpi kala purnama menghiasi
Lantas
kelasah pun rengsa di tiap jengkal hari
Cinta
yang kusebut saat datangnya mentari
Angin
kembali berdesir, berdesau
Pada
jubah senyap yang kuseduh tengah malam
Lintang
pun jatuh tepat di hatiku
Sembilu
beradu pilu
:
belenggu
Bukanlah
hipokrit cinta,
Hanya
reminisensi semata
Yang
menyelimuti fase lelara
Dalam
sebuah rindu rahasia
Jombang, 9 April 2014