Bagaimana jika api amarah melahap diri tanpa sisa?
Bahkan sajak ini pun ikut lebur bersama pekatnya jelaga
luluh-lantah hingga tiada kan tahu arah
merantau lama dalam ketiadaan
Tak puaskah merajut duka samsara dalam linang air mata?
yang mengubur dalam kedamaian dalam jurang kekecewaan semata
bahwa yang terukir tinggallah sisa-sia
: ampas dunia
kesendirian yang menentang segala,
mengadu penuh pertentangan dan wicara hati yang bungkam
tiada arti, tak terdengar dalam kelopak mimpi
metamorfosa tak bergulir lagi
membakar bait-bait lama yang tiada bertepi
puisi ini pun meruang dan memakan hati
Surabaya, 9 Oktober 2014
9:55 WIB
Kamis, 09 Oktober 2014
Senin, 06 Oktober 2014
Pengelana
Setiap yang tercipta akan lenyap
berlanjut pada pembaruan yang lebih sempurna
begitupun syair ini akan luluh
dan mengalir menuju ceruk muara yang disebut keakuan
daun jendela yang melambai
memanggil suara hati yang terdiam
membisu dalam sebuah ruang-ruang
sudut perhentian yang menjadi saksi ketiadaan
Ia merantau ke kota ke desa,
Pun menyusuri laut dan samodra
mencari pijakan yang sebenarnya maya
tak bertuan, tak berpenghuni, hanya akan menghamba
:pada semesta raya
jejaki buana
istana jiwa-jiwa pengelana
aksara
Surabaya, 6 Oktober 2014
20:36 WIB