EVENT CERPEN FANTASI (DONGENG)
TEMA: NEGERI KERTAS
NEGERI KERTAS adalah simbol yang diciptakan
Fileski untuk perdamaian dunia melalui jalan literasi. Sebagai wujud
usaha kampanye perdamaian dunia, Fileski berharap orang-orang di
seluruh dunia turut mengenakan simbol ini sebagai lambang penyatuan
Kekuatan, Doa, dan Harapan. Doa sebagai wujud ekspresi kolektif untuk
perdamaian, stabilitas, dan keharmonisan dunia.
“Mari bergabung menyebarkan pesan perdamaian melalui karya
literasi. Bahwa kita semua bisa bekerja sama berbuat hal positif untuk
bumi kita, dan cinta yang akan membentuk diri kita untuk selalu
berbuat hal positif dalam pikiran dan tindakan.”
Minggu, 28 Desember 2014
Jumat, 26 Desember 2014
Teori Hermeneutika
Sejarah
Sebagai istilah ilmiah, Hermeneutika diperkenalkan pertama kali sejak munculnya buku dasar-dasar logika,Peri Hermeneias karya Aristoteles. Sejak saat itu pula konsep logika dan penggunaan rasionalitas diperkenalkan sebagai dasar tindakan hermeneutis.
Konsep ini terbawa pada tradisi beberapa agama ketika memasuki abad pertengahan (medieval age).[3] Hermeneutika diartikan sebagai tindakan memahami pesan yang disampaikan Tuhan dalam kitab suci-Nya secara rasional. [1] Dalam tradisi kristen, sejak abad 3 M , gereja yang kental dengan tradisi paripatetik menggunakan konsep tawaran Aristoteles ini untuk menginterpretasikan al-kitab.[3] Sedangkan dalam tradisi filsafat Islam, ulama kalam menggunakan istilah Takwil sebagai ganti dari hermeneutika, untuk menjelaskan ayat-ayat Mutasyabbihat.[4]
Ketika Eropa memasuki masa pencerahan([rennaisance]), dari akhir abad 18 M sampai awal 19 M, kajian-kajian hermeneutika yang dilakukan pada abad pertengahan dinilai tidak berbeda sama sekali dengan upaya para ahli Filologi Klasik.[1]Empat tingkatan interpretasi yang berkembang di abad pertengahan, yaitu, literal eksegesis, allegoris eksegesis, tropologikal eksegegis, dan eskatologis eksegesis, direduksi menjadi Literal dan gramatikal eksegesis . Pemahaman ini diawali oleh seorang ahli Filologi bernama Ernesti pada tahun 1761, dan terus dikembangkan oleh Friederich August dan Friederich Ast.[1]
Hermeneutika kemudian keluar dari disiplin filologi bahkan melampaui maksud dari empat tingkatan interpretasi abad pertengahan ketika Schleiermacher menyatakan bahwa proses interpretasi jauh lebih umum dari sekedar mencari makna dari sebuah teks. Ia kemudian menjadikan hermeneutika sebuah disiplin filsafat yang baru. Hal tersebut disetujui dan dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey di ujung abad 19 M. Ia memadukan konsep sejarah dan filsafat serta menjauhi dogma metafisika untuk melahirkan pemahaman yang baru terhadap Hermeneutika. Ia kemudian memahami bahwa proses hermeneutika adalah sesuatu yang menyejarah, sehingga harus terus-menerus berproses di setiap generasi. Walaupun melahirkan pemahaman yang tumpang-tindih, hubungan keilmuan yang dinamis akan sangat berperan untuk menyatukan kembali pemahaman dalam sudut pandang yang bersifat obyektif
Abad 20 M, ditandai sebagai era post-modern dalam sejarah filsafat barat, fenomenologi lahir sebagai paham baru yang merambah dunia hermeneutika. Adalah Martin Heidegger, yang mengatakan bahwa proses Hermeneutis merupakan proses pengungkapan jati diri dan permasalahan eksistensi manusia yang sesungguhnya. Usahanya mendapat respon postif dari Hans-Georg Gadamer yang kemudian memadukan Hermeneutika Heidegger dengan konsep estetika.[1]Keduanya sama-sama sepakat bahwa Yang-Ada berusaha menunjukkan dirinya sendiri melalui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia, terutama bahasa.
Hermeneutika di akhir abad 20 M mengalami pembaharuan pembahasan ketika Paul Ricoeur memperkenalkan teorinya. Ia kembali mendefinisikan Hermeneutika sebagai cara menginterpretasi teks, hanya saja, cara cakupan teks lebih luas dari yang dimaksudkan oleh para cendikiawan abad pertengahan maupun modern dan sedikit lebih sempit jika dibandingkan dengan yang dimaksudkan oleh Heidegger. Teks yang dikaji dalam hermeneutik Ricoeur bisa berupa teks baku sebagaimana umumnya, bisa berupa simbol, maupun mitos. Tujuannya sangat sederhana, yaitu memahami realitas yang sesungguhnya di balik keberadaan teks tersebut.
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
I. Pengertian Hermeneutika
Kata “hermeneutika”, dalam bahasa Indonesianya yang kita kenal, secara etimologi berasal dari istilah Yunani, dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi. Dari asal kata itu berarti ada dua perbuatan; menafsirkan dan hasilnya, penafsiran (interpretasi), seperti halnya kata kerja “memukul” dan menghasilkan “pukulan”. Kata tersebut layaknya kata-kata kerja dan kata bendanya dalam semua bahasa. Kata Yunani hermeios mengacu pada seorang pendeta bijak, Delphic. Kata hermeios dan kata kerja yang lebih umum hermeneuein dan kata benda hermeneia diasosiasikan pada Dewa Hermes, dari sanalah kata itu berasal.
Dewa Hermes mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pesan (wahyu) dari Jupiter kepada manusia. Dewa Hermes bertugas untuk menerjemahkan pesan Tuhan dari gunung Olympuske dalam bahasa yang dimengerti oleh manusia. Jadi hermeneutika ditujukan kepada suatu proses mengubah sesuatu atau situasi yang tidak bisa dimengerti sehingga dapat dimengerti (Richard E. Palmer). Ada tiga komponen dalam proses tersebut; mengungkapkan, menjelaskan, dan menerjemahkan.
Filsafat Yunani kuno sudah memberikan sinyal mengenai “interpretasi”. Dalam karyanya Peri Hermeneias atau De Interpretatione, Plato menyatakan “kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita dan kata yang kita tulis adalah simbol dari kata yang kita ucapkan”. Sehingga dalam memahami sesuatu perlu adanya usaha khusus, karena apa yang kita tafsirkan telah dilingkupi oleh simbol-simbol yang menghalangi pemahaman kita terhadap makna.
Dalam terminologi, hermeneutika banyak didefinisikan oleh para ahli. Mereka (para ahli) memiliki definisinya masing-masing. F D. Ernest Schleirmacher mendefinisikan hermeneutika sebaga seni memahami dan menguasai, sehingga yang diharapkan adalah bahwa pembaca lebih memahami diri pengarang dari pada pengarangnya sendiri dan juga lebih memahami karyanya dari pada pengarang. Fredrich August Wolf mendefinisikan, hermeneutika adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang membantu untuk memahami makna tanda-tanda. Sedangkan menurut Martin Heidegger dan Hans George Gadamer bahwa hermeneutika adalah proses yang bertujuan untuk menjelaskan hakikat dari pemahaman.
Hermeneutika juga bisa dikatakan sebagai cabang dari filsafat dengan adanya perubahan dari “metafisika menjadi hermeneutika”. Hal ini terlihat dari sebuah kritik epistimologi Immanuel Kant. Kritik tersebut ditujukan atas metafisika. Dalam bukunya “Critique of Pure Reason”, Kant mengecam metafisika yang telah berumur lebih seribu tahun yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Menurutnya metafisika hanya melahirkan pengetahuan yang subjektif. Pengetahuan itu dihasilkan atas dasar otoritas suatu konsep berpikir yang menghasilkan ide. Ia menawarkan sebuah terobosan metafisika baru yang berupa hermeneutika. Dengan konsep Logic of Transcendental, bahwa pikiran kita mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan yang akhirnya apabila pikiran kita akan memproses suatu pengetahuan maka pengetahuan-pengetahuan yang dikumpulkan oleh pikiran kita akan ikut memproses pengetahuan baru, sehingga hasilnya tidak subjektif melainkan lebih objektif.
Sumber: PENGERTIAN DAN ASAL-USUL HERMENEUTIKA SEBUAH PERTIMBANGAN _ sofyan effendi.htm
Sebagai istilah ilmiah, Hermeneutika diperkenalkan pertama kali sejak munculnya buku dasar-dasar logika,Peri Hermeneias karya Aristoteles. Sejak saat itu pula konsep logika dan penggunaan rasionalitas diperkenalkan sebagai dasar tindakan hermeneutis.
Konsep ini terbawa pada tradisi beberapa agama ketika memasuki abad pertengahan (medieval age).[3] Hermeneutika diartikan sebagai tindakan memahami pesan yang disampaikan Tuhan dalam kitab suci-Nya secara rasional. [1] Dalam tradisi kristen, sejak abad 3 M , gereja yang kental dengan tradisi paripatetik menggunakan konsep tawaran Aristoteles ini untuk menginterpretasikan al-kitab.[3] Sedangkan dalam tradisi filsafat Islam, ulama kalam menggunakan istilah Takwil sebagai ganti dari hermeneutika, untuk menjelaskan ayat-ayat Mutasyabbihat.[4]
Ketika Eropa memasuki masa pencerahan([rennaisance]), dari akhir abad 18 M sampai awal 19 M, kajian-kajian hermeneutika yang dilakukan pada abad pertengahan dinilai tidak berbeda sama sekali dengan upaya para ahli Filologi Klasik.[1]Empat tingkatan interpretasi yang berkembang di abad pertengahan, yaitu, literal eksegesis, allegoris eksegesis, tropologikal eksegegis, dan eskatologis eksegesis, direduksi menjadi Literal dan gramatikal eksegesis . Pemahaman ini diawali oleh seorang ahli Filologi bernama Ernesti pada tahun 1761, dan terus dikembangkan oleh Friederich August dan Friederich Ast.[1]
Hermeneutika kemudian keluar dari disiplin filologi bahkan melampaui maksud dari empat tingkatan interpretasi abad pertengahan ketika Schleiermacher menyatakan bahwa proses interpretasi jauh lebih umum dari sekedar mencari makna dari sebuah teks. Ia kemudian menjadikan hermeneutika sebuah disiplin filsafat yang baru. Hal tersebut disetujui dan dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey di ujung abad 19 M. Ia memadukan konsep sejarah dan filsafat serta menjauhi dogma metafisika untuk melahirkan pemahaman yang baru terhadap Hermeneutika. Ia kemudian memahami bahwa proses hermeneutika adalah sesuatu yang menyejarah, sehingga harus terus-menerus berproses di setiap generasi. Walaupun melahirkan pemahaman yang tumpang-tindih, hubungan keilmuan yang dinamis akan sangat berperan untuk menyatukan kembali pemahaman dalam sudut pandang yang bersifat obyektif
hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasi
Hermeneutika di akhir abad 20 M mengalami pembaharuan pembahasan ketika Paul Ricoeur memperkenalkan teorinya. Ia kembali mendefinisikan Hermeneutika sebagai cara menginterpretasi teks, hanya saja, cara cakupan teks lebih luas dari yang dimaksudkan oleh para cendikiawan abad pertengahan maupun modern dan sedikit lebih sempit jika dibandingkan dengan yang dimaksudkan oleh Heidegger. Teks yang dikaji dalam hermeneutik Ricoeur bisa berupa teks baku sebagaimana umumnya, bisa berupa simbol, maupun mitos. Tujuannya sangat sederhana, yaitu memahami realitas yang sesungguhnya di balik keberadaan teks tersebut.
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
I. Pengertian Hermeneutika
Kata “hermeneutika”, dalam bahasa Indonesianya yang kita kenal, secara etimologi berasal dari istilah Yunani, dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi. Dari asal kata itu berarti ada dua perbuatan; menafsirkan dan hasilnya, penafsiran (interpretasi), seperti halnya kata kerja “memukul” dan menghasilkan “pukulan”. Kata tersebut layaknya kata-kata kerja dan kata bendanya dalam semua bahasa. Kata Yunani hermeios mengacu pada seorang pendeta bijak, Delphic. Kata hermeios dan kata kerja yang lebih umum hermeneuein dan kata benda hermeneia diasosiasikan pada Dewa Hermes, dari sanalah kata itu berasal.
Dewa Hermes mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pesan (wahyu) dari Jupiter kepada manusia. Dewa Hermes bertugas untuk menerjemahkan pesan Tuhan dari gunung Olympuske dalam bahasa yang dimengerti oleh manusia. Jadi hermeneutika ditujukan kepada suatu proses mengubah sesuatu atau situasi yang tidak bisa dimengerti sehingga dapat dimengerti (Richard E. Palmer). Ada tiga komponen dalam proses tersebut; mengungkapkan, menjelaskan, dan menerjemahkan.
Filsafat Yunani kuno sudah memberikan sinyal mengenai “interpretasi”. Dalam karyanya Peri Hermeneias atau De Interpretatione, Plato menyatakan “kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita dan kata yang kita tulis adalah simbol dari kata yang kita ucapkan”. Sehingga dalam memahami sesuatu perlu adanya usaha khusus, karena apa yang kita tafsirkan telah dilingkupi oleh simbol-simbol yang menghalangi pemahaman kita terhadap makna.
Dalam terminologi, hermeneutika banyak didefinisikan oleh para ahli. Mereka (para ahli) memiliki definisinya masing-masing. F D. Ernest Schleirmacher mendefinisikan hermeneutika sebaga seni memahami dan menguasai, sehingga yang diharapkan adalah bahwa pembaca lebih memahami diri pengarang dari pada pengarangnya sendiri dan juga lebih memahami karyanya dari pada pengarang. Fredrich August Wolf mendefinisikan, hermeneutika adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang membantu untuk memahami makna tanda-tanda. Sedangkan menurut Martin Heidegger dan Hans George Gadamer bahwa hermeneutika adalah proses yang bertujuan untuk menjelaskan hakikat dari pemahaman.
Hermeneutika juga bisa dikatakan sebagai cabang dari filsafat dengan adanya perubahan dari “metafisika menjadi hermeneutika”. Hal ini terlihat dari sebuah kritik epistimologi Immanuel Kant. Kritik tersebut ditujukan atas metafisika. Dalam bukunya “Critique of Pure Reason”, Kant mengecam metafisika yang telah berumur lebih seribu tahun yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Menurutnya metafisika hanya melahirkan pengetahuan yang subjektif. Pengetahuan itu dihasilkan atas dasar otoritas suatu konsep berpikir yang menghasilkan ide. Ia menawarkan sebuah terobosan metafisika baru yang berupa hermeneutika. Dengan konsep Logic of Transcendental, bahwa pikiran kita mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan yang akhirnya apabila pikiran kita akan memproses suatu pengetahuan maka pengetahuan-pengetahuan yang dikumpulkan oleh pikiran kita akan ikut memproses pengetahuan baru, sehingga hasilnya tidak subjektif melainkan lebih objektif.
Sumber: PENGERTIAN DAN ASAL-USUL HERMENEUTIKA SEBUAH PERTIMBANGAN _ sofyan effendi.htm
Manusia Seribu Akal & Intrik dalam Novel NEGERI PARA BEDEBAH
Oleh: Anggi Putri
Judul Novel: Negeri Para Bedebah
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Media Utama
Cetakan I 2012
Halaman: 440 hlm; 20 cm
ISBN: 978-979-22-8552-9

Sinopsis dalam Novel:
Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah. petarung sejati tidak akan berkhianat
Senin, 15 Desember 2014
KOPDAR GPSP (Goresan Pena Sang Penulis) di Semarang
Kenang di KOPDAR
Sebuah grup antara para penulis, ladang ilmu yang tak pernah surut ...
adalah inovasi-inovasi terakit
dimensi goresan terajut
di sisi Lawang Sewu kita bersua dalam hujan
menguntai kenang tuk masa depan
Yang terindah, membentang batas cakrawala
Amsal kemerlap lampu di malam itu
Peradaban meminang realita
: Bertemu jumpa
Sebuah grup antara para penulis, ladang ilmu yang tak pernah surut ...
adalah inovasi-inovasi terakit
dimensi goresan terajut
di sisi Lawang Sewu kita bersua dalam hujan
menguntai kenang tuk masa depan
Yang terindah, membentang batas cakrawala
Amsal kemerlap lampu di malam itu
Peradaban meminang realita
: Bertemu jumpa
Senin, 01 Desember 2014
Catatan PJ "Surat Cinta untuk Ibu" (Sebelum Pengumuman Pemenang)
Jujur saja, dalam event yang saya pegang kali ini cukup mengesankan. Event yang membuat saya takjup dengan jumlah peserta yang membludak. Mabuk naskah? Ya, saya memang mabuk naskah. Terlepas dari hal tersebut, ada beberapa poin yang perlu dievaluasi untuk kebaikan bersama.
- Patuhi Peraturan. Hal inilah yang saya tekankan terlebih dulu. Dalam peraturan sudah tercantum beberapa poin yang memang harus dipatuhi sebelum mengikuti event. Peserta yang cerdas adalah peserta yang mematuhi peraturan dalam sebuah event. Hal yang sepele bukan semata-mata disepelekan, namun harus diperhatikan dan ditaati! Kesalahan yang fatal adalah format penulisan dalam file maupun subjek e-mail.
UPDATE FINAL EVENT "Surat Cinta untuk Ibu"
Alhamdulillah
akhirnya bisa mengupdate event "Surat Cinta untuk Ibu" walaupun ada
keterlambatan. Terima kasih saya sampaikan untuk seluruh peserta yang
berpartisipasi dalam event ini. ^_^
Ini adalah Update Final Event "Surat Cinta untuk Ibu":
1. Surat Cinta untuk Ibu - Silviana Dewi
2. Confession - Nunuk Wijayanti
3. Ibunda Malaikan tanpa Sayapku - Virta Putri
4. Kasih Sepanjang Waktu - Ratnani Latifah
Ini adalah Update Final Event "Surat Cinta untuk Ibu":
1. Surat Cinta untuk Ibu - Silviana Dewi
2. Confession - Nunuk Wijayanti
3. Ibunda Malaikan tanpa Sayapku - Virta Putri
4. Kasih Sepanjang Waktu - Ratnani Latifah
Kamis, 27 November 2014
Di manakah puisi-puisi Anggi Putri?
Alhamdulillah,
Saya banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT. Entah kapan saya memulai dalam menggerakkan pena. Kini baru saya sadari bahwa sayap yang saya kepakkan sudah melebar ke beberapa bagian, walaupun belum sepenuhnya. Namun hasil sudah begitu nampak. Semoga selalu ada ridho-Nya.
Puisi-puisi yang saya tulis ternyata beberapa telah dimuat di media online. Bahkan hal tersebut baru saya sadari pagi ini ketika saya iseng ingin search di google dengan kata kunci 'puisi-puisi anggi putri'. Sekali klik nama saya ada di urutan teratas pencarian. Betapa terlonjaknya saya ketika menyadari bahwa puisi-puisi yang iseng saya kirimkan ke media online sudah termuat jauh-jauh hari. Bahkan sudah hampir setengah tahunan. Dalam waktu yang cukup lama itu saya tak menyadari sepenuhnya.
Beberapa di antaranya, yaitu:
Puisi berjudul Masihkah? yang dimuat di web loker puisi
www.lokerpuisi.web.id/2014/02/masihkah-oleh-anggi-putri.html
Puisi berjudul Masih Adakah? yang juga dimuat di web loker puisi
http://www.lokerpuisi.web.id/2013/12/masih-adakah-oleh-anggi-putri.html
Puisi berjudul Seteguk Kopi yang Kau berikan yang dimuat di jejak puisi
http://www.jejakpuisi.com/2014/03/seteguk-kopi-yang-kau-berikan-puisi.html
Dua puisi saya dimuat di Sayap Kata Edisi 22 Juli 2014
Puisi berjudul Pa Pu Ma yang dimuat di blog KPKers
http://kpkers.blogspot.com/2014/11/puisi-pa-pu-ma-karya-anggi-putri.html
Beberapa puisi yang ada di blog Aliran Puisi Baru:
1. Motif-motif Tak Bernyawa
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/10/motif-motif-bernyawa.html
2. Menyibakkan Sunyi dengan Doa
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/06/menyibakkan-sunyi-dengan-doa.html
3. Setetes Darah
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/11/setetes-darah.html
4. Pemuda Merah Putih
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/08/pemuda-merah-putih.html
Puisi Idul Fitri dimuat di blog Nektarity
http://www.rumpunnektar.com/2014/07/kumpulan-puisi-idul-fitri-karya.html
Barakallah ^_^
Saya banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT. Entah kapan saya memulai dalam menggerakkan pena. Kini baru saya sadari bahwa sayap yang saya kepakkan sudah melebar ke beberapa bagian, walaupun belum sepenuhnya. Namun hasil sudah begitu nampak. Semoga selalu ada ridho-Nya.
Puisi-puisi yang saya tulis ternyata beberapa telah dimuat di media online. Bahkan hal tersebut baru saya sadari pagi ini ketika saya iseng ingin search di google dengan kata kunci 'puisi-puisi anggi putri'. Sekali klik nama saya ada di urutan teratas pencarian. Betapa terlonjaknya saya ketika menyadari bahwa puisi-puisi yang iseng saya kirimkan ke media online sudah termuat jauh-jauh hari. Bahkan sudah hampir setengah tahunan. Dalam waktu yang cukup lama itu saya tak menyadari sepenuhnya.
Beberapa di antaranya, yaitu:
Puisi berjudul Masihkah? yang dimuat di web loker puisi
www.lokerpuisi.web.id/2014/02/masihkah-oleh-anggi-putri.html
Puisi berjudul Masih Adakah? yang juga dimuat di web loker puisi
http://www.lokerpuisi.web.id/2013/12/masih-adakah-oleh-anggi-putri.html
Puisi berjudul Seteguk Kopi yang Kau berikan yang dimuat di jejak puisi
http://www.jejakpuisi.com/2014/03/seteguk-kopi-yang-kau-berikan-puisi.html
Dua puisi saya dimuat di Sayap Kata Edisi 22 Juli 2014
Puisi berjudul Pa Pu Ma yang dimuat di blog KPKers
http://kpkers.blogspot.com/2014/11/puisi-pa-pu-ma-karya-anggi-putri.html
Beberapa puisi yang ada di blog Aliran Puisi Baru:
1. Motif-motif Tak Bernyawa
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/10/motif-motif-bernyawa.html
2. Menyibakkan Sunyi dengan Doa
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/06/menyibakkan-sunyi-dengan-doa.html
3. Setetes Darah
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/11/setetes-darah.html
4. Pemuda Merah Putih
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/08/pemuda-merah-putih.html
Puisi Idul Fitri dimuat di blog Nektarity
http://www.rumpunnektar.com/2014/07/kumpulan-puisi-idul-fitri-karya.html
Barakallah ^_^
Jumat, 21 November 2014
Kopdar KPKers Surabaya
Kali ini saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, mereka semua penulis Surabaya dan Sidoarjo. Saya tahu acara ini hanya dari facebook dan ingin datang bersama salah seorang teman saya, Isnaini Afifah. Alhamdulillah, Isna mau saya ajak berjuang menuju Rungkut, dengan naik lin hingga oper beberapa kali.
Jumat, 14 November 2014
Pengalaman Tak Terduga
Rabu, 12 November 2014 pukul 15.00 WIB
Siang itu matahari sangat terik. Kendaraan penuh memadati kota Surabaya yang penuh polusi. Asap kendaraan menyesakkan paru-paruku. Napas pun kembang kempis. Sudah tiga bulan aku berada di kota terbesar kedua di Indonesia itu untuk menempuh studi.
![]() |
saya baca puisi Parade Jatim Cerdas |
Jumat, 07 November 2014
Event Menulis Surat Cinta untuk Ibu (AE Publishing)
Bertepatan pada tanggal 22 Desember yaitu Hari
Ibu, PJ Event beserta AE Publishing mengajak kalian semua untuk
menulis ‘surat’ untuk Ibu. Ungkapan terima kasih, rasa kasih sayang, dan
cinta kepada sosok yang berjasa dalam melahirkan kita ke dunia. Sosok
pelita kehidupan yang tak akan terganti.Oke, simak persyaratannya dengan
saksama!
Gerimis Masa Silam
Dedaunan di pekarangan Rumah Sakit Umum kian basah.
Hujan tak jua reda. Sesekali lelaki itu menengok keluar ruangan. Ia termangu di
daun jendela sembari menyeruput secangkir kopi panas. Hari-hari melelahkan
telah terlampaui.
“Ah, rasanya baru kemarin kakiku
menginjak ruangan ini,” gumam lelaki itu sembari mengulas senyuman. Kini
pikirannya tak lagi ada di sana. Bayangan masa silam kembali meracau otaknya.
***
Lentera di Balik Hujan
Sebatas itu kau berada
Sebenarnya kau menyalahi dirimu sendiri
Kau menyalahi takdirmu sendiri
Mending jadi matahari atau rembulan
Terang menyinari
Jangan jadi korek api!
Kamu kian redup diteroa hujan
Aku tidak melihat egoisme dalam dirimu
Aku tidak melihat kata optimis dalam dirimu
Kamu hanya tertawa saat bersama
Dan kembali,
Sendiri dalam sunyi
Lenteraku
Kenapa? Kau bakar dirimu itu
Jelas tidak imapulata!
Surabaya, 4
November 2014
Pengungkapan
Selagu merdu nyanyian pagi
Mendayung jiwa ke ujung pelangi
Gelombang kenang membanting diri
:gemetar menitu sunyi
Berpendar asmara meneguk kelana
Mengadu samsara bertopang cakrawala
Kau bertudung sutra senja
Sayang berpulang pada-Mu jua
Di layar bingar bertukar sapa
Dalam mimpi Kau menjelma
Dalam hati Kau bertahta
:datang semasa
Libas habis waktuku!
Ah, bertukar rayu pun tak mau
Negosiasi kan kelabu
Surabaya, 4
November 2014
Kamis, 09 Oktober 2014
Ketika Api Melibas Puisi
Bagaimana jika api amarah melahap diri tanpa sisa?
Bahkan sajak ini pun ikut lebur bersama pekatnya jelaga
luluh-lantah hingga tiada kan tahu arah
merantau lama dalam ketiadaan
Tak puaskah merajut duka samsara dalam linang air mata?
yang mengubur dalam kedamaian dalam jurang kekecewaan semata
bahwa yang terukir tinggallah sisa-sia
: ampas dunia
kesendirian yang menentang segala,
mengadu penuh pertentangan dan wicara hati yang bungkam
tiada arti, tak terdengar dalam kelopak mimpi
metamorfosa tak bergulir lagi
membakar bait-bait lama yang tiada bertepi
puisi ini pun meruang dan memakan hati
Surabaya, 9 Oktober 2014
9:55 WIB
Bahkan sajak ini pun ikut lebur bersama pekatnya jelaga
luluh-lantah hingga tiada kan tahu arah
merantau lama dalam ketiadaan
Tak puaskah merajut duka samsara dalam linang air mata?
yang mengubur dalam kedamaian dalam jurang kekecewaan semata
bahwa yang terukir tinggallah sisa-sia
: ampas dunia
kesendirian yang menentang segala,
mengadu penuh pertentangan dan wicara hati yang bungkam
tiada arti, tak terdengar dalam kelopak mimpi
metamorfosa tak bergulir lagi
membakar bait-bait lama yang tiada bertepi
puisi ini pun meruang dan memakan hati
Surabaya, 9 Oktober 2014
9:55 WIB
Senin, 06 Oktober 2014
Pengelana
Setiap yang tercipta akan lenyap
berlanjut pada pembaruan yang lebih sempurna
begitupun syair ini akan luluh
dan mengalir menuju ceruk muara yang disebut keakuan
daun jendela yang melambai
memanggil suara hati yang terdiam
membisu dalam sebuah ruang-ruang
sudut perhentian yang menjadi saksi ketiadaan
Ia merantau ke kota ke desa,
Pun menyusuri laut dan samodra
mencari pijakan yang sebenarnya maya
tak bertuan, tak berpenghuni, hanya akan menghamba
:pada semesta raya
jejaki buana
istana jiwa-jiwa pengelana
aksara
Surabaya, 6 Oktober 2014
20:36 WIB
Minggu, 28 September 2014
Sajak Kehilangan, Aku Bosan!
Kembali sajak kehilangan menghampiri
Meradang seluruh jiwa dikebiri
Mengapa ia datang tanpa informasi?
Menghunusku lagi dan lagi
Tuhan, kenapa
Meradang seluruh jiwa dikebiri
Mengapa ia datang tanpa informasi?
Menghunusku lagi dan lagi
Tuhan, kenapa
Sabtu, 19 Juli 2014
MACAM_MACAM NOVEL
Ada beberapa macam-macam novel. Novel dapat
dibagi berdasarkan bentuknya, waktunya, dan alurnya. Selain itu, Novel juga
dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan isi dari novel tersebut.
Berikut terdapat macam-macam novel, yaitu:
Novel Romantis
Novel
romantis adalah novel yang memuat cerita panjang bertemakan percintaan. Novel
ini hanya dibaca khusus oleh para remaja dan orang dewasa. Alur ceritanya
pertemuan kedua tokoh yang berlawanan jenis tersebut ditulis semenarik mungkin.
Lalu dilanjutkan dengan konflik-konflik percintaan hingga mencapai sebuah titik
klimaks, lalu diakhiri dengan sebuah ending yang kebanyakan
bercabang jadi tiga: happy ending (dua tokoh utama bersatu), sad
ending (dua tokoh utama tidak bersatu), dan ending menggantung
(pembaca dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah itu).
Novel Komedi
Novel komedi
adalah novel yang memuat cerita yang humoris (lucu) dan menarik dengan gaya
bahasa yang ringan dengan diiringi gaya humoris dan mudah dipahami.
Novel Religi
Novel ini
bisa saja merupakan kisah romantis atau inspiratif yang ditulis lewat sudut
pandang religi. Atau novel yang lebih mengarah kepada religi meski tema
tersebut beragam.
Novel Horor
Novel ini
biasanya bercerita seputar hantu. Sisi yang menarik dari novel ini adalah latar
tempatnya, yang kebanyakan sebagai sumber hantu itu berasal. Cerita juga biasa
disajikan dalam bentuk perjalanan sekelompok orang ke tempat angker.
Novel Misteri
Novel ini
adalah novel yang biasanya memuat teka-teki rumit yang merespons pembacanya
untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bersifat mistis, dan
keras.Tokoh-tokoh yg terlibat biasanya banyak dan beragam, seperti polisi,
detektif, ilmuwan, budayawan, dll.
Novel Inspiratif
Novel
Inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah cerita yang bisa memberi
inspirasi pembacanya. Biasanya novel inspiratif ini banyak yang berasal dari
cerita nonfiksi atau nyata. Tema yang disuguhkan pun banyak, seperti tentang
pendidikan, ekonomi, politik, prestasi, dan percintaan. Gaya bahasanya pun
kuat, deskriptif, dan akhirnya menemui karakter tokoh yang tak terduga.
ANALISIS SEMIOTIKA
Dalam
buku Analisis Teks Media, Alex Sobur memuat kerangka Analisis Semiotika yang dianut oleh Semiotik Sosial dari Halliday
dan Hassan:
- Medan Wacana (field of discourse): menunjuk pada hal yang terjadi: apa yang dijadikan wacana oleh pelaku (=media massa) mengenai sesuatu yang sedang terjadi dilapangan peristiwa.
- Pelibat Wacana (tenor of discourse) menunjuk pada orang-orang yang dicantumkan dalam teks (berita); sifat orang-orang itu, kedudukan dan peranan mereka. Dengan kata lain, siapa saja yang dikutip dan bagaimana sumber itu digambarkan sifatnya.
- Sarana Wacana (mode of discourse) menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa: bagaimana komunikator (media massa) menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang dikutip); apakah menggunakan bahasa yang diperhalus atau hiperbolik, eufemistik atau vulgar.
Majas
Ada beberapa pengertian majas. Pengertian Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Majas
merupakan bahasa kias atau pengungkapan gaya bahasa yang dalam pemakaiannya
bertujuan untuk memperoleh efek-efek tertentu agar tercipta sebuah kesan
imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya.
Seorang
penulis sastra juga terkadang terkenal dengan tulisan-tulisan majas dalam
karyanya. Dalam hal ini seorang penulis sastra dalam menyampaikan pikiran dan
perasan, baik secara lisan dan tertulis kerap menyampaikannya dengan bahasa
majas yang khas.
Pada
dasarnya, majas dibagi ke dalam 4 kelompok utama yakni:
- Majas Perbandingan
- Majas Sindiran
- Majas Penegasan
- Majas Pertentangan
Masing-masing
kelompok majas ini terdiri atas berbagai subjenis majas yang dikelompokkan
berdasarkan identifikasi gayanya masing-masing. Adapun macam-macam majas yang
masuk ke dalam kelompok majas perbandingan antara lain:
Alegori
yakni majas yang menyatakan sesuatu melalui sebuah kiasan atau penggambaran.
Misalnya: “Hidup ini bagai sungai yang mengalir. Sebelum bermuara, kita tak
tahu apa yang terjadi di sepanjang alurnya.”
- Alusio, yakni majas berupa ungkapan yang tidak terselesaikan pada sesuatu yang dimaksud sebab telah diketahui siapa dan apa yang dimaksudkan. Contohnya: “Sudah lama aku tidak melihat batang hidungnya.”
- Simile, yakni majas yang membandingkan dengan cara eksplisit. Majas ini gampang dikenali sebab menggunakan kata penghubung contohnya bagaikan, ibarat, umpama, bak dan masih banyak lagi lainnya. Contoh majas ini: “Bak seorang penari, gerak tubuhnya sangat luwes.”
- Metafora, yakni majas yang juga membandingkan suatu benda dengan benda lainnya dengan didasarkan pada sifatnya yang serupa. Contohnya: “Cuaca terlihat mendung berlangit abu-abu sebab sang raja siang tidak memunculkan dirinya.”
Masih
ada macam-macam majas lainnya yang masuk ke dalam kelompok majas perbandingan
antara lain: Majas metonimia, majas aptronim, majas antonomasia, majas
hipokorisme, majas hiperbola, majas simbolik, majas eponym, majas fabel, majas
litotes, majas asosiasi, majas persinifikasi, majas depersonifikasi, majas pars
pro toto, majas totum pro parte, majas eufimisme, majas antropomorfisme, majas
disfemisme dan masih banyak lagi lainnya.
Sementara
itu, macam-macam majas yang masuk ke dalam kelompok majas sindiran antara lain:
- Majas ironi, yakni majas yang menyindir dengan menyatakan kebalikan dari fakta yang ada. Misalnya: “Kulitmu begitu putih serupa mayat.”
- Majas Sarkasme, yakni majas yang menyindir secara langsung dan lebih kasar. Misalnya: “Kamu dikenal sebagai pribadi yang pintar, lantas kenapa harus bertanya lagi padaku?”.
Majas
lainnya yang masuk ke dalam kelompok majas sindiran ini antara lain: majas
sinisme, majas satire, majas innuendo.
Adapun
macam-macam majas yang masuk ke dalam kelompok majas penegasan antara lain:
- Majas apofasis yakni menegaskan dengan cara yang seolah menyangkal.
- Majas pleonasme, yakni majas yang menambahkan sejumlah keterangan pada sebuah pernyataan yang sebenarnya sudah jelas.
- Repetisi, yakni majas yang mengulang kata atau frase dalam satu kalimat.
- Majas pararima, yakni mengulang konsonan baik pada akhir maupun awalan dalam sebuah kata.
- Majas koreksio, yakni merupaka majas yang menyajikan hal-hal keliru dengan memaparkan maksud yang sesungguhnya.
- Majas asyndeton yakni majas yang menggunakan sebuah pengungkapan tanpa memakai kata penghubung.
- Majas aliterasi yakni majas yang menggunakan pengulangan konsonan di awal kata dengan tatanan yang berurut.
- Tautologi adalah majas yang mengulang kata dengan menggunakan semua sinonimnya.
- Majas sigmatisme adalah kalimat dimana terdapat gaya pengulangan huruf S untuk memperoleh kesan tertentu.
- Majas klimaks yakni majas yang memaparkan sebuah pikiran atau suatu hal secara berurutan dari sebuah hal yang sederhana hingga yang kompleks atau klimaks.
- Majas alonim adalah majas yang menggunakan berbagai jenis nama untuk menegaskan sesuatu, dll
Terakhir,
macam-macam majas pertentangan antara lain:
- Majas paradox yakni majas yang mengungkapkan dengan cara menyatakan dua hal yang dibuat seolah bertentangan namun pada hakekatnya dua hal yang dikemukakan tersebut benar.
- Majas oksimoron yakni majas dengan menggunakan paradoks dalam 1 frasa.
- Majas antithesis yakni pengungkapan sesuatu dengan memakai kata-kata berlawanan makna dengan yang lain.
- Majas kontradiksi interminus yakni sebuah pernyataan yang memiliki sifat penyangkalan dan telah disebutkan pada bagian awal.
- Majas anakronisme merupakan ungkapan yang mengandung sebuah ketidaksesuaian antara sebuah peristiwa dengan waktu terjadinya persitiwa tersebut.
Pengertian Sajak
Ada beberapa pengertian sajak. Kata “SAJAK” Berasal
dari kata Arab “saj” yang bermaksud
karangan puisi. Sajak adalah persamaan bunyi.
Persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, dan di
akhir perkataan. Walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi
lama, tetapi pengaruhnya sangat mengikat kepada baentuk dan pilihan kata dalam
puisi itu.
Sajak
merupakan puisi Melayu moden yang berbentuk karangan berangkap, berbentuk
bebas dan tidak terikat pada jumlah baris, perkataan sebaris, suku kata
sebaris, rangkap, rima dan sebagainya.
Tema - Persoalan pokok atau persoalan utama yang dikemukakan dalam sebuah puisi. Tema boleh juga diartikan sebagai idea pusat atau idea dasar.
Tema - Persoalan pokok atau persoalan utama yang dikemukakan dalam sebuah puisi. Tema boleh juga diartikan sebagai idea pusat atau idea dasar.
Abdul
Hadi W.M. menjelaskan bahwa sajak itu ditulis untuk mencari kebenaran. Katanya
lagi, "dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara
batiniah". Oleh itu bagi beliau, di dalam sajak harus ada gagasan dan
keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan.
Menurut
H.B. Jassin, sajak itu adalah suara hati penyairnya, sajak lahir daripada jiwa
dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan kata semata-mata.
Sajak yang baik membawa gagasan serta pemikiran yang dapat menjadi renungan
masyarakat.
Sajak
dibagi kepada
jenis tertentu berdasarkan beberapa aspek, seperti berikut ini:
- Dari aspek aliran, sajak dikatakan romantisme, realisme, eksistensialisme, dan lain-lain.
- Dari aspek bentuk (luaran), sajak dikatakan kuatren, terzina, soneta, dll.
- Dari aspek kebolehfahaman, sajak dikatakan polos (diaphan), taksa (ambiguous), prismatik, atau kabur; dan
- Dari aspek ciri kandungan, sajak dikatakan abstrak atau konkrit. Sajak merupakan bahan yang sesuai untuk disampaikan kepada para pelajar sebagai bahan sastra di dalam pengajaran dan pembelajaran.
Perbedaan Puisi dan Prosa
Dilihat
dengan detail, ada beberapa perbedaan prosa dengan puisi. Puisi
merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif
dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif,
menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987).
Perbedaan lain yaitu puisi
menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu
secara langsung.
Slametmulyana (1956)
mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan
prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah
kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut
baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di
dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
Pendapat lain mengatakan
bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan
aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses
penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi).
Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara
menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
Puisi:
merupakan aktifitas jiwa yang menangkap kesan-kesan, kemudian kesan-kesan
tersebut dipadatkan (dikondensasikan) dan dipusatkan. merupakan pancuran jiwa
yang bersifat liris (emosional) dan ekspresif. seringkali kalimat dan isinya
bersifat konotatif.
Prosa:
merupakan aktifitas penyebaran (mendispersi) ide atau gagasan dalam bentuk
uraian, bahkan kadang-kadang sampai merenik. merupakan pengungkapan gagasan
yang bersifat epis atau naratif. pada umumnya bermakna denotasi, walaupun
kadang ada karya yang isinya konotatif.
Dengan singkat bisa
dikatakan bahwa prosa adalah pengucapan dengan pikiran dan puisi ialah
pengucapan dengan perasaan. Bahasa ilmu pengetahuan ialah prosa. Di situlah
pikiran dikemukakan dan pikiran yang menerima. Orang yang mengajarkan
matematik misalnya tidak akan mengemukakan perasaannya; contoh: 1 + 1 =
2. Orang harus menerimanya saja tanpa merasakan keharuan.
Apakah ada prosa yang
bersifat kesusasteraan?! Prosa baru bersifat kesusasteraan apabila memenuhi
syarat kesenyawaan yang harmonis antara bentuk dan isi. Prosa biasa adalah
laksana angka-angka yang berisi pengertian yang tetap, prosa kesusasteraan
laksana manusia hidup, kesatuan tubuh dan jiwa, pikiran dan perasaan yang
mengungkapkan yang serba mungkin. Perasaan itu lebih-lebih terkandung dalam
puisi, tapi puisi yang baikpun tidak hanya sekedar perasaan belaka
juga mengandung pemikiran dan tanggapan.
Didalam puisi, pikiran dan
perasaan menyatu seolah-olah bersayap terbang belanglang buana ke arah
yang mereka suka membawa luapan emosi dan akhirnya, membuahkan
suatu karya dengan keindahan gaya bahasa bagaikan bunyi dan lagu
dengan tekanan suara (ritme) tertentu.
Prosa pada dasarnya
menyodorkan suatu cara pengungkapan yang explisit, mengurai atau menjelaskan
segala sesuatunya. Meskipun sama-sama menerapkan pengungkapan secara explisit,
antara prosa dengan penulisan ilmiah tampak perbedaan dalam segi penerapan
keindahan bahasa dan kalau kita mengambil perbandingan dengan gerak tubuh, maka
pada prosa semisal orang menari, sedangkan pada ilmu adalah gerak tubuh
sebagaimana yang wajar.
Kalau dalam puisi kita
berhadapan dengan suatu cara pengungkapan yang menyirat, maka dalam sajak kita
tidak saja berhadapan dengan cara pengungkapan yang menyirat, tetapi juga
menghadapi “materi isi” atau lebih tepatnya “sunjct-matter” yang tersirat.
Puisi dibanding prosa adalah
seperti orang menari dan berjalan biasa , atau seperti orang bernyanyi dan
bicara biasa. Puisi tidak mengabdi kepada otak yang berpikir melainkan perasaan
yang berbicara dan ini dapat menyentuh siapapun yang membaca atau
mendengarkannya.