Film Wiro Sableng terbaru diadaptasi dari novel seri berjudul sama
karya Bastian Tito, yang mana punya 185 judul episode terbitan 1967-2006. Di hari pertama penonton tembus di angka 187.000. Mereka sangat puas menyaksikan film yang
diproduksi Lifelike Pictures dan 20th Century Foxpresent tersebut terbukti
dengan komentar positif di akun Instagram @wirosablengofficial.
Kematian orangtuanya, Ranaweleng (Marcel Siahaan), dan Suci (Happy
Salma) menjadi awal perjuangan hidup baru Wiro kecil. Ia melihat pertumpahan
darah itu dan kobaran api yang menjilat semua rumahnya dengan mata kepalanya
sendiri. Seorang Guru Sinto Gendheng (Ruth Marini) menjadikannya murid selama
17 tahun. Sejak saat itu, nama Wiro berganti Wiro Sableng, Pendekar Kapak
Naga Geni 212.
Mahesa Birawa (Yayan Ruhian) tidak pernah puas melakukan semua
kejahatan, bahkan melewati batas. Ia suka merebut para wanita dari pasangannya
dan merampas harta masyarakat. Namun, setelah Wiro datang, kebebasannya
terbatas. Wiro Sableng (Vino G. Bastian) digambarkan oleh Kaligundil (Dian
Sidik) sebagai Pendekar Kunyuk saat berkelahi di sebuah kedai. Kaligundil dan
Mahesa sangat berambisi menculik putra mahkota. Sedangkan Wiro selalu ingat
pesan gurunya untuk membawa Mahesa ke Gunung Gede.
Dalam perjalanan, Wiro bertemu dengan Bujang Gila Tapak Sakti
(Fariz Alfarizi) yang menambah kekonyolan tiap menghadapi masalah, serta
Anggini (Sherina Munaf) yang membantunya menyelesaikan misi. Tidak hanya itu,
kedatangan Bidadari Angin Timur (Marsha Timothy) menambah apik cerita.
Pertemuan itu membuat satu kesatuan untuk mencari Mahesa Birawa. Siapa
sebenarnya Mahesa Birawa?
Film yang Tidak Hanya "Sableng"
Meskipun film ini berdurasi 123 menit, saya tidak merasa bosan atau
mengantuk saat melihatnya. Bahkan saya anteng duduk di kursi bioskop sambil
cekikikan. Film dengan penggarapan yang memakan proses sangat lama ini akhirnya
bisa dinikmati di layar bioskop sejak 30 Agustus 2018. Setiap adegan di film Wiro
Sableng Pendekar Kapak Naga Geni 212 hampir bagus semua. Misal saja dari
jalan cerita. Semua yang diceritakan dibuat sederhana sehingga mudah ditangkap
penonton.
Selain itu, selingan komedi membuat film ini tidak membosankan
layaknya film laga lainnya yang cenderung serius. Tanpa membaca novel Tito
Bastian, tentu penonton mengerti maksud film ini, baik asal Wiro Sableng atau
Mahesa Birawa. Semua dikemas secara apik dan sederhana.
Sutradara Angga Dwimas
Sasongko sepertinya sangat sukses dan cermat dalam penggarapan film ini.
Perkenalan karakter sangat rapi, bahkan tiap tokoh memiliki karakter yang
berbeda-beda dan terlihat cukup jelas. Sayangnya, tokoh Anggini, Bujang Gila
kurang dalam dan hanya seperti tokoh yang lalu lalang. Begitupun Bidadari Angin
Timur.
Properti mulai dari kostum, dan senjata bahkan setting dibuat
digarap dengan dedikasi tinggi. Apalagi peran Vino G. Bastian yang selalu
totalitas mendalami karakter membuat film ini sayang untuk ditonton setengah
atau seperempat bagian saja.
Beberapa nama juga ikut dalam mensukseskan film ini seperti Dwi
Sasono (Raja Kamandaka), Ruth Marini (Sinto Gendheng), Marcella Zalianty
(permaisuri), Andy Irif ( Dewa Tuak), hingga Rifnu Wikana (Kalasrenggi). Film
ini tidak hanya 'Sableng' tapi sungguh luar biasa.
Film ini juga mengajarkan arti sebuah pencarian, kehidupan dan
perdamaian. Tidak semua hal bisa dibayar dengan dendam.
Efek CGI yang Memukau
Film laga tidak bisa lepas dengan CGI (Computer Graphic Image).
Adegan dengan CGI yang mulus paling favorit yaitu saat Bidadari Angin Timur
terbang dari atas dan menemui Wiro di bawah jurang. Kepuasan tersendiri yaitu
efek CGI ini tidak berlebihan. Misalnya saat Wiro melakukan gerakan silat, ada
efek CGI berupa angin yang natural dan tepat arah.
Film Wiro Sableng Pendekar Kapak Naga Geni 212 sudah tayang
di bioskop. Saya rekomendasikan film ini bagi kalian yang suka dengan film laga
yang ada sentuhan komedi, serta bagi pencinta aksi Vino G. Bastian saya rasa kamu
harus menonton film ini.
Apakah balas dendam merupakan hak? Sesuatu yang menjadi miliknya
0 komentar :
Posting Komentar