Senin, 26 Januari 2015

Di Penghujung Senja

seratus jalan yang telah disediakan musim
warna pelangi yang mana
kan kau pilih di hatimu hari ini
sedang usia senantiasa menggulung; menipis
terkikis hampir habis

kaki mungil itu kini bisa menjajaki tanah
saksi atas cinta pada ranah
dan airmata tumpah ruah
ketika dunia berhasil kau duduki
dengan sejuta ambisi; tak terperi

"Langkahkan kaki itu sejauh mata memandang."
kulum semua remah-remah kehidupan
ketika itu semua terlihat dalam kesabaran
bukti atas pengabdian

pada masanya semua akan lenyap
mimpi, cita, cinta, dan harap
menguning senja dan pulang ke peraduannya
sesungging senyum hanyalah sisa-sisa
notulen hidup yang hampir sirna
kenangan akan terlupa
: seketika itu juga

Surabaya, 26 Januari 2015

Minggu, 18 Januari 2015

Pasca Hari Itu

: Elegi 11 Agustus 2014

Ketika nyala lampu remang terawang. Kedua orang itu mengadu wicara malam. Ia menanyakan isi hati yang belum rontok sampai sekarang. Sedang aku terdiam, mematung depan cermin dan bergumam pada jendela yang usianya empat kali usiaku. Terlebih mutiara hangat itu mulai meluncur dari bilik sumber airmataku. Jangan! Pilu dan kelu dalam lubuk sukma tiada kunjung musnah. Meski ia tak sadar akan kelasah dalam dada. Sekitar pukul delapan, buyarlah semua lungrah. Aku terperanjat dengan kisah dua tahun lamanya. Kelana yang tertaut dalam dirinya. Gelap hatiku ketika penat meyusuri tiap jengkal otot lurik dan otot polosku. Mitokondriaku tak lagi bersinergi, menggiling karbohidrat menjadi energi. Karena energiku telah pergi ...

Sabtu, 17 Januari 2015

Senandung Kecil untuk Nasta


Napas cintamu tiada kentara
Aku lungrah di balik dinding kisah
Sementara kau mencampur-aduk kenang lalu
Tuk memilah setiap jeda yang membelenggu
Aku
Ingin menyesap sedih pada renik matamu
Namun rasamu tiada tumpah pada waktu

Aku
Cintamu
Hidup di ujung duri sunyi
Masa yang hampir mati
Ataukah sajak yang memuisi
Dalam diri yang belum terlucuti

Akar rindu tak dapat tercabut lagi
Tak bisa dibabat, dipangkas
Tanpa mengulitinya amblas
Aku
Bendungan cahya mentari
Angin penyejuk hati
Nadi-nadi asa dalam diri
Intuisi yang tak pernah mati

Surabaya, 17 Januari 2015

Jumat, 16 Januari 2015

Sayap Kata, Jumat 16 Januari 2015

/Secangkir Muara Rasa/
: Nasta’in Achmad Attabani

Jejak malam yang tersapu oleh sabda bintang
Tak mampu terjaga
Cecapi tiap denting waktu yang kian lama tergilas masa
Dingin menggelatuk, menyesakkan dada
Tengadah bulir mutiara terjatuh
di atas sajadah
Lautan kenang tergenang di antara kisah
Ketika itu aku meneguk secangkir rindu bermuara
Turun dari renik matamu yang terbalut sunyi
mematahkan ritual imaji
Gusti, aku sendiri memuji
: detik ini
Terciptalah puja suci yang memuisi

Surabaya, 13 Januari 2015

Kamis, 15 Januari 2015

Tata Bahasa


A. Fonem Bahasa Indonesia
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Contoh: harus – arus . /h/ adalah fonem karena membedakan arti kata harus dan arus.
1. Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru.
a Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.
b Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film, modern.
2. Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan yang lain. Macam perubahan fonem antara lain (1) alofon; (2) asimilasi; (3) desimilasi; (4) diftongisasi; (5) monoftongisasi; (6) nasalisasi.
a Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
b Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hampir sama. Contoh: in + moral . immoral . imoral.
c Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjana menjadi sarjana.
d Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh: anggota menjadi anggauta.
e Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi monoftong. Contoh: ramai, menjadi rame.
f Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
B. Proses Morfologis
Proses morfologis adalah peristiwa pembentukan kata kompleks. Ada tiga macam bagian proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1. Afiksasi adalah proses pembentukan kata kompleks dengan cara penambahan afiks pada bentuk dasar. Afiks ada empat, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Jenis prefiks atau awalan antara lain ber-; se-; me; ter; di-, dll. Jenis infiks (sisipan) antara lain em-; -el-; -er-; Jenis Sufiks (akhiran) antara lain : -an; – i; – kan;- nya. Jenis Konfiks (gabungan awalan dan akhiran) antara lain:ber-an; ke-an; me-kan; dll.
Contoh afiks:
- pukul → di + pukul = dipukul
- makan → makan + an = makanan
- hujan →ke + an + hujan = kehujanan
Contoh kata yang berawalan/prefiks, yaitu:
- belajar – membaca
- bekerja – diterjang
- melukis – sejuta, d ll.
Contoh kata berakhiran/sufiks, antara lain:
- makanan – baunya
- gunakan – bacakan, dll.
- warnai
Contoh kata yang bersisipan/infiks, antara lain:
- gerigi
- kelakar
- gemuruh, dll.
Contoh kata yang berawalan dan berakhiran/konfiks antara lain:
- menemukan
- membangkikan
- pembangkitan
- bergesekan, dll.
2. Reduplikasi (Pengulangan) Reduplikasi. Arti reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan mengulang satuan bahasa baik secara keseluruhan maupun sebagian. Reduplikasi adalah Proses pembentukan kata kompleks dengan cara pengulangan bentuk kata. Jenis kata ulang ada lima, yaitu :
a Kata ulang utuh (dwilingga)
Contoh: rumah-rumah, museum-museum, kamar-kamar, dll.
b Kata ulang sebagian
Contoh: membaca-baca, tulis-menulis, membuka-buka, dll.
c Kata ulang berimbuhan
Contoh: buah-buahan, rumah-rumahan, kebarat-baratan, dll.
d Kata ulang berubah bunyi
Contoh: bolak-balik, sayur-mayur, mondar-mandir, dll.
e Kata ulang dwipurwa
Contoh: dedaunan, rerumputan, reruntuhan, dll.
3. Komposisi, Komposisi atau pemajemukan / perpaduan. Arti Komposisi atau pemajemukan / perpaduan adalah penggabungan dua kata atau lebih dalam membentuk kata.. Penggabungan dua morfem bebas atau lebih membentuk kata kompleks (kata majemuk). Ciri-ciri kata mejemuk, antara lain:
a Memiliki makna dan fungsi baru yang tidak persis sama dengan fungsi masing-masing unsurnya.
b Unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan baik secara morfologis maupun secara sintaksis.
Contoh:
- kambing+hitam → kambing hitam
- rumah+sakit → rumah sakit
- kaki+tangan → kaki tangan
- orang+tua → orang tua
- kepala + batu → kepala batu
- mata + pelajaran → mata pelajaran, dll.
C. Nonmorfologis
Selain pembentukan kata secara morfologis, ada juga pembentukan kata secara nonmorfologis. Pembentukan kata secara nonmorfologis dapat berupa abreviasi ataupun perubahan bentuk kata.
1. Abreviasi. Arti Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses abreviasi disebut kependekan. Bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabangcabang ilmu, kepanduan, dan angkatan bersenjata. Jenis jenis abreviasi adalah sebagai berikut:
a. Singkatan Arti singkatan dalam abreviasi yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:
- FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia),
- DKI (Daerah Khusus Ibukota, dan
- KKN( Kuliah Kerja Nyata),
maupun singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
- dll. (dan lain-lain),
- dgn. (dengan),
- dst. (dan seterusnya).
b. Penggalan. Arti penggalan dalam abreviasi yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah satu bagian dari kata seperti:
- Prof. (Profesor)
- Bu (Ibu)
- Pak (Bapak)
c. Akronim. Arti akronim dalam Abreviasi yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti:
- FKIP /fkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
- ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
- AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe, /i/
d. Kontraksi. Arti kontraksi dalam abreviasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata dasar atau gabungan kata, seperti:
- tak dari tidak
- sendratari dari seni drama dan tari
- berdikari dari berdiri di atas kaki sendiri
- rudal dari peluru kendali
e. Lambang huruf Arti Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, eperti:
- g (gram)
- cm (sentimeter)
- Au (Aurum)
2. Perubahan Bentuk Kata Proses pembentukan kata melalui perubahan bentuk kata dapat disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis. Macammacam
perubahan bentuk kata sebagai berikut.
a. Asimilasi. Arti asimilasi adalah gejala dua buah fonem yang tidak sama dijadikan sama.
- alsalam → asalam
- ad similatio → asimilasi
b. Disimilasi. Arti disimilsi adalah proses perubahan bentuk kata dari dua buah fonem yang sama dijadikan tidak sama.
- vanantara (Skt) → belantara
- citta (Skt) → cipta
c. Diftongisasi. Arti diftongisasi adalah proses suatu monoftong yang berubah menjadi diftong.
- anggota → anggauta
- teladan → tauladan
d. Monoftongisasi. Arti monoftongisasi adalah proses suatu diftong yang berubah menjadi monoftong.
- pulau → pulo
- sungai → sunge
- danau → dano
e. Haplologi. Arti Haplologi adalah proses sebuah kata yang kehilangan suatu silaba (suku kata) di tengah-tengahnya.
- Samanantara (Skt: sama + an + antara) → sementara
- budhidaya → budaya
- mahardika (Skt: maha + ardhika) → merdeka
f. Anaptiksis (= suara bakti). Arti anaptiksis adalah proses penambahan bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya.
- sloka → seloka
- glana → gelana, gulana
g. Metatesis. Arti metatesis adalah proses perubahan bentuk kata dari dua fonem dalam sebuah kata yang bertukar tempatnya.
- padma → padam (merah padam = merah seperti padma: padma = lotus merah)
- drohaka → durhaka
- prtyaya → percaya
- arca → reca
- banteras → berantas
h. Aferesis. Arti aferisis adalah proses suatu kata kehilangan satu atau lebih fonem pada awal katanya.
- adhyasa → jaksa
- upawasa → puasa
i. Sinkop. Arti sinkop adalah proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah-tengah kata tersebut.
- domina → dona
- listuhaju → lituhayu
j. Apokop. Arti apokop adalah proses suatu kata kehilangan suatu fonem pada akhir kata.
- pelangit → pelangi
- possesiva → posesif
k. Protesis. Arti protesis adalah proses suatu kata mendapat tambahan satu fonem pada awal kata.
- lang → elang mas → emas
- smara → asmara stri → istri
l. Epentesis (= mesogoge) Arti Epentesis adalah proses suatu kata mendapat tambahan suatu fonem atau lebih di tengah-tengah kata.
- akasa →angkasa gopala (Skt) → gembala
- jaladhi → jeladri racana (Skt) → rencana
m. Paragog ( definisi )
Arti paragog adalah proses penambahan fonem pada akhir kata:
- hulubala → hulubalang ana → anak
- ina → inang kaka → kakak
D. Mangidentifikasi Frase dan Konstruksi Frase
Perhatikan klausa berikut dengan seksama!
Tiga orang siswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
S P O K
Bila kita identifikasi, klausa di atas terdiri atas empat unsur dan satu unsur menduduki satu fungsi. Tiga orang siswa menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, buku baru menempati fungsi O, dan di perpustakaan menempati fungsi K (keterangan). Unsur klausa yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik. Jadi, frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
1. Tipe konstruksi frase ada 2, yaitu konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
a Konstruksi frase endosentrik adalah suatu tipe konstruksi frase yang kelasnya sama dengan salah satu atau semua unsur langsungnya. Tipe konstruksi ini ada tiga sub tipe, yaitu:
1) Frase Endosentris koordinatif Frase yang unsur-unsurnya setara atau sederajat, sejajar. Frase endosentrik koordinatif merupakan konstruksi sintaktis yang memiliki dua unsur pusat atau lebih yang masing-masing berdistribusi paralel dengan keseluruhan frasa yang dibentuk.
Menurut Arifin, (2008:25) frase endosentrik koordinatif dalam hal ini dapat dihubungkan dengan konjungsi dan, tetapi, atau, ataupun dan konjungsi korelatif baik…….maupun, makin……makin, misalnya kaya atau miskin, kaya ataupun miskin, pintar dan sombong, bodoh tetapi sombong, baik merah maupun biru, makin tua makin bermutu, dan sebagainya.
2) Frase Endosentris atributif Frase yang mempunyai unsur pusat dan unsur atribut (pelengkap). Frase endosentrik atributif merupakan konstruksi sintaktis yang salah satu unsurnya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan unsur lainnya. Unsur yang lebih tinggi dalam hal ini disebut unsur pusat atau inti, sedangkan unsur yang kedudukannya lebih rendah disebut atribut.
– rumah besar pintu kamar
UP At UP At
– sebuah buku seorang pemimpin
UP At At UP
– tadi pagi sudah pergi
At UP At UP
Frasa endosentris atributif dibedakan atas frasa endosentris atributif nominatif, frasa endosentris verbal, frasa endosentris atributif adjektival, frasa endosentris atributif numeralial, dan frasa endosentris atributif adverbial.
3) Frase Endosentris apositif Frase yang memliki unsur pusat dan unsur aposisi (keterangan) Frase apositif merupakan konstruksi sintaktis yang unsur-unsur langsungnya memiliki makna yang sama. Frasa endosentris aposistif dalam hal ini hanya memiliki satu unsur pusat ditambah aposisi yang berfungsi sebagai penjelas S, P, O maupun keterangan. Perhatikan contoh berikut!
Adikku cucu kesayangan nenek, manja sekali.
UP Ap
Dia mengajar,memenuhi tuganya sebagai guru
UP Ap
Hari ini, Sabtu 20 Oktober 1991, saya pergi ke Solo
UP Ap
Aminah, anak Pak Lurah, cantik sekali.
UP Ap
SBY, Presiden RI, cukup berwibawa.
UP Ap
b Frasa Eksosentrik
Konstruksi Eksosentrik adalah frase yang kelasnya tidak sama dengan satu atau kedua unsur langsungnya.
Contoh:
dari surabaya untuk bermain
ke singapura oleh orang lain
di sekolah yang menyejukkan
Frasa jenis ini sering disebut sebagai frasa preposisional karena frasa ini terdiri dari preposisi sebagai penanda dan sumbu sebagai konstituen pesertanya, seperti frasa di bandung, dari rumah, pada dinding, terhadap dia, daripada menderita, dan lain-lain.
Menurut Arifin, (2008:19), frase eksosentrik adalah frase yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan semua komponennya.
Frase ini memiliki dua komponen. Komponen yang pertama berupa perangkai yang berwujud preposisi, partikel dan komponen yang kedua berupa sumbu. Frase yang berperangkai preposisi disebut sebagai frase preposisional (direktif) dan frase yang berperangkai partikel disebuat frase eksosentrik nondirektif.
Frase eksosentrik direktif dapat menyatakan beberapa makna, sebagai berikut:
1) tempat, seperti di pasar, ke rumah, dan pada dinding,
2) asal arah, seperti dari kampung, dari sekolah,
3) asal bahan, seperti dari emas, dari tepung,
4) tujuan, seperti ke kampus, ke pasar,
5) peralihan, seperti kepada saya, terhadap Tuhan,
6) perihal, seperti tentang saya, akan kebaikan,
7) cara, seperti dengan baik, dengan senang,
8) alat, seperti dengan cangkul, dengan sepeda,
9) keberlangsungan, seperti sejak kemarin, sampai besok, dari tadi, sampai nanti,
10) penyamaan, seperti selaras dengan, sejalan dengan, dan
11) perbandingan, seperti seperti dia, sebagai bandingan.
Frase eksosentrik nondirektif dibedakan ke dalam 2 bentuk, yakni:
1) frase eksosentrik nondirektif yang sebagaian atau seluruhnya memiliki perilaku yang sama dengan salah satu unsurnya, seperti si kancil, si terdakwa, kaum marginal, kaum pengusaha, dan sebagainya;
2) frase eksosentrik nondirektif yang tidak memiliki perilaku yang sama dengan bagian-bagianya, seperti yang mulya, yang besar, yang itu, dan sebagainya.
2. Berdasarkan kelas unsur intinya, frase dapat dibedakan menjadi frase benda, frase kerja, frase adjektif, sebagai berikut.
a Frase benda adalah frase yang intinya kata benda
Contoh: jalan tol
orang mongol
teknologi canggih
b Frase kerja adalah frase yang intinya kata kerja
Contoh: hampir berangkat
telah pergi
c Frase adjektif adalah frase yang intinya kata sifat
Contoh: sangat pandai
agak lesu
terlalu putih
E. Klausa
Kalusa adalah gabungan dua kata atau lebih yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat, serta berpotensi menjadi kalimat.
Secara sederhana, klausa adalah kelompok kata yang memiliki subjek dan predikat. Kaum struktural pada umumnya mendefinisikan klausa sebagai suatu satuan gramatikal yang berkonstruksi S-P. Sifat klausa ada dua yaitu klausa atasan atau induk kalimat dan klausa bawahan atau anak kalimat.
Untuk menentukan klausa bawahan/anak kalimat bisa kita lihat berdasarkan kata penghubung subordinatif dalam kalimat tersebut.
Contoh:
Ketika saya sedang tidur, ibu pergi ke puskesmas.
anak kalimat induk kalimat
(klausa bawahan) (klausa atasan)
Klausa dapat digolongkan berdasarkan hal-hal berikut:
1. Jenis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat ada empat:
a Klausa nominal. Klausa yang predikatnya berupa kata atau frase nominal.
Contoh: Ia seorang perawat
Mereka itu pegawai bank swasta
b Klausa verbal. Klausa yang predikatnya berupa kata atau frase verbal.
Contoh: Bapak guru memeriksa hasil ujian siswa dengan teliti
Kita harus menyimpan obat di kotak obat
c Klausa bilangan. Klausa yang predikatnya berupa kata atau frase bilangan.
Contoh: Anaknya dua orang
Temanku banyak sekali
d Klausa preposisional. Klausa yang predikatnya terdiri dari frase preposisional, biasanya diawali dengan kata depan sebagai penanda.
Contoh: Beras ini dari luar negeri
Orang itu ke rumah sakit menengok saudaranya yang menjadi korban bencana
2. Klausa Berdasarkan Unsur Internalnya
Klausa dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yakni: klausa lengkap dan tidak lengkap. Klausa lengkap berdasarkan struktur internalnya dibagi ke dalam dua jenis, yakni:
klausa lengkap yang subjekya terletak di depan dan klausa lengkap yang subjeknya terletak di belakang,
Contoh :
– badan orang itu sangat besar
– sangat besar badan orang itu
– andi pergi ke kali
– ke kali andi pergi
Sementara itu, klausa tidak lengkap hanya terdiri atas predikat disertai objek, pelengkap, keterangan atau tidak,
Contoh :
– sedang bermain-main
– menulis surat
– telah berangkat ke Jakarta
3. Kalusa Berdasarakan Ada Tidaknya yang Menegatifkan Predikat
Klausa dalam kaitannya dengan kriteria ini dibagi ke dalam dua macam, yakni: klausa positif dan klausa negatif.
Klausa negatif adalah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat.
Kata-kata negatif yang dimaksud dalam hal ini antara lain: tidak, bukan, belum, dan jangan.
Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat.
F. Kalimat
Kaum struktural mendefinisikan kalimat sebagai satuan gramatik yang tidak berkonstruksi lagi dengan bentuk lain, maksudnya dengan adanya intonasi final. Intonasi final (titik, tanda tanya, tanda seru) inilah yang membedakan kalimat dengan klausa.
Jenis-jenis kalimat, antara lain:
1. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
a Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan. Kalimat ini biasanya ditandai dengan pemakaian awalan me- (N) dan ber- pada predikatnya. Kalimat aktif dibedakan menjadi dua jenis. Kalimat aktif yang predikatnya memerlukan objek dinamakan transitif, sedangkan kalimat aktif yang predikatnya tidak memerlukan objek disebut intransitif.
Contoh : Ani berlibur ke pantai. (aktif intransitif)
Johan menulis artikel. (aktif transitif )
b Kalimat pasif adalah kalimat yagn subjeknya dikenai pekerjaan. Biasanya ditandai pemakaian awalan di- atau ter- pada predikatnya.
Contoh : Pameran lukisan itu baru saja dibuka oleh Bapak Walikota.
Rumah itu dijual oleh pemiliknya.
2. Kalimat berdasarkan kelas kata, yaitu:
a Kalimat verbal adalah kalimat yang berpredikat kata kerja.
Contoh : Kak Mona dan Lisa mengunjungi kantor DPRD.
b Kalimat nominal adalah kalimat yang berpredikat selain kata kerja
Contoh : Ayahnya seorang pemandu wisata di Borobudur.
3. Berdasarkan letak subjek atau predikatnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat normal dan kalimat inversi
a Kalimat normal / biasa adalah kalimat yang predikatnya terletak di belakang subjek dengan pola S – P.
b Kalimat inversi yaitu kalimat yang predikatnya mendahului subjek (susun balik) dengan pola P – S.
Contoh : Pergi juga kau.
4. Berdasarkan tinjauan struktural internal klausa, kalimat dibedakan menjadi:
a Kalimat minor dan kalimat mayor
(1). Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur pusat.
Contoh: Bangun ! (predikat)
Reni ! (subjek)
(2). Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat atau inti.
Contoh : Ia pergi ke pantai.
S P K
b Kalimat inti dan kalimat transformasi
(1). Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua inti (subjek dan predikat) yang merupakan unsur pusat
Contoh: Kami sedang berlibur.
S P
(2). Kalimat transformasi adalah kalimat inti yang sudah mengalami berbagai macam perubahan, misalnya perubahan susunan, perubahan intonasi, dan perubahan kalimat sederhana menjadi kalimat luas.
Contoh : Amri belajar Meskipun sedang sakit → Amri tetap belajar Bahasa Indonesia.
5. Berdasarkan jumlah klausa, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk
c Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya memiliki satu pola kalimat ( boleh S – P, S – P – O, S – P – K atau S – P – O – K ).Kalimat ini boleh diperluas asal tidak membentuk pola baru.
Contoh : Ibu akan pergi ke Bandung
S P K
d Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang diperluas hingga perluasan salah satu unsurnya membentuk pola kalimat baru. Jadi, kalimat ini terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih.
Contoh :
Kamu tinggal di rumah atau ikut ayah pergi ke supermarket?
Ayah pergi ke kantor dan aku berangkat ke sekolah.
Pemuda yang berjaket hitam itu kakakku.
6. Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi atau intonasi yang digunakan dalam mengucapkan kalimat, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah
a Kalimat berita. Arti Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengungkapkan peristiwa atau kejadian. Anda dapat menggunakan intonasi untuk membedakan kalimat berita dengan kalimat lain. Intonasi kalimat berita bersifat netral. Isinya berupa pemberitahuan yang berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain.
Contoh:
Andi sedang melihat tayangan televisi.
b Kalimat Tanya Arti Kalimat tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan kepada pihak lain untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya. Ciri-ciri kalimat tanya yaitu menggunakan intonasi naik, menggunakan kata tanya, dapat menggunakan partikel tanya -kah. Fungsi partikel -kah untuk memperhalus pertanyaan. Kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya adalah apa, siapa, mengapa, mana, bagaimana, bilamana, kapan, dan berapa. Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu.
Contoh:
Siapa nama Gubernur Bank Indonesia?
c Kalimat perintah Arti Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Ciri-ciri kalimat perintah yaitu berisi perintah, menggunakan intonasi naik di akhir kalimat, dapat mempergunakan partikel –lah dan berfungsi untuk mengharapkan tanggapan berupa tindakan dari orang yang diajak bicara.
Contoh:
Lihat!
Tolong matikan kran air itu!
Jangan membuat ribut, anak-anak!
7. Kalimat Efektif
a. Syarat-syarat kalimat efektif :
1) Secara tepat mewakili gagasan pembicara atau penulisnya.
2) Menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya.
b. Ciri-ciri kalimat efektif :
1) Kesatuan gagasan Kalimat efektif harus menunjukkan suatu kesatuan gagasasan atau satu ide pokok dimana subjek, predikat dan unsur lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal.
Contoh :
Keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang membantu keselamatan umum.
2) Kesejajaran Kesejajaran yang dimaksud adalah penggunaan bentuk kata atau frase imbuhan yang memiliki kesamaan, baik dalam fungsi maupun bentuknya. Jadi jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, maka bagian kalimat lainnya juga harus menggunakan imbuhan di- pula.
Contoh :
Anak itu ditolong pak Adi dan dipapahnya ke pinggir jalan.
3) Kehematan Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Setiap kata haruslah memiliki fungsi yang jelas. Penggunaan kata-kata yang berlebihan justru akan memperlemah dan mengaburkan maksud dari kalimat itu.
Contoh :
Bunga-bunga mawar, anyelir dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu karena kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.
4) Penekanan Bagian kalimat yang dipentingkan perlu ditonkolkan dari unsur-unsur yang lain. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penekanan adalah sebagai berikut :
a) Mengubah posisi dalam kalimat yaitu dengan cara meletakkan bagian penting di depan kalimat.
Contoh : Harapan kami adalah agar masalah ini dapat dibicarakan lebih lanjut.
b) Menggunakan partikel, penekanan bagian kalimat misalnya dengan penggunaan partikel lah, pun dan kah.
Contoh : Kami pun turut berbahagia melihat prestasimu.
c) Menggunakan repetisi, yaitu dengan mengulang-uang kata yang dianggap penting.
Contoh : Dalam membina hubungan antara suami dan istri, antara guru dan murid,
antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya
komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
d) Menggunakan pertentangan yaitu menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan maksudnya dalam kegiatan yang ingin ditegaskan pada kalimat.
Contoh : Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
5) Kelogisan Kalimat efektif harus mudah dipahami. Unsur-unsur dalam sebuah kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau dapat diterima oleh akal sehat.
Contoh :
Waktu dan tempat saya perlisakan.
Kalimat ini tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat
dipersilakan. Kalimat tersebut seharusnya : “Kepada bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.”
8. Berdasarkan banyaknya klausa, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
c. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru. Kalimat tunggal, misalnya kalimat inti, kalimat luas, kalimat verbal, kalimat nominal, dan kalimat tidak lengkap. ( definisi kalimat tunggal )
Contoh:
– Rista menggambar.
Kalimat inti
– Rista menggambar bunga teratai.
Kalimat luas
– Ayamnya lima ekor.
Kalimat nominal
d. Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih klausa. Hubungan antarklausa tersebut ditandai dengan kata hubung (konjungsi).
Kalimat majemuk dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1) Kalimat majemuk setara, Kalimat majemuk setara adalah penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih dan tiap-tiap unsurnya mempunyai kedudukan yang sama. Ada tiga macam hubungan semantis dalam kalimat majemuk setara Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara.
Contoh:
– Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
– Dia sangat baik hati dan suka menolong.
Jenis Hubungan Kalimat majemuk setara
a) Hubungan penjumlahan kalimat majemuk setara. Hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan penjumlahan ini ditandai dengan kata penghubung dan, serta, baik. . . maupun.
Contoh Hubungan penjumlahan kalimat majemuk setara:
Ia baik hati dan suka menolong teman yang mengalami kesusahan.
b) Hubungan perlawanan kalimat majemuk setara. Hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan perlawanan ini ditandai kata penghubung tetapi, melainkan.
Contoh Hubungan perlawanan kalimat majemuk setara:
Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah pandai membaca.
c) Hubungan pemilihan kalimat majemuk setara. Hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Hubungan pemilihan ini ditandai kata penghubung atau.
Contoh Hubungan pemilihan kalimat majemuk setara:
Saya datang ke rumahmu atau kamu datang ke rumah Andi.
2) Kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya.
Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya. Berikut ini Anda akan membahas hubungan tersebut.
a) Hubungan waktu kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah sejak, semenjak, sedari, ketika, sebelum, sesudah, hingga, sementara, seraya, tatkala, selama, selagi, serta, sambil, seusai, sesudah, setelah, sehabis, sampai, hingga.
Contoh:
Sejak anak-anak, saya sudah terbiasa hidup sederhana.
b) Hubungan syarat kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah seandainya, andaikata, bilamana.
Contoh:
a. Jika Anda mau mendengarkannya, saya akan bercerita.
b. Pembangunan balai desa ini akan berjalan lancar andaikata seluruh warga mau berpartisipasi.
c) Hubungan tujuan kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah agar, agar supaya, supaya, dan biar.
Contoh:
Saya mengerjakan tugas itu sampai malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
d) Hubungan konsesif kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah walaupun, meskipun, kendatipun, sungguhpun.
Contoh:
Walaupun hatinya sedih, ibu itu tidak mau menangis di hadapan anakanaknya.
e) Hubungan perbandingan kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah seperti, ibarat, bagaikan, laksana, alih-alih.
Contoh:
Bu Tati menyayangi kemenakannya seperti beliau menyayangi anakanaknya.
f) Hubungan penyebaban kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena.
Contoh:
Rencana penyelenggaraan pentas seni di sekolah saya ditunda karena para pengisi acara belum siap.
g) Hubungan akibat kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah sehingga, sampai, maka.
Contoh:
Pada saat ini harga buku memang sangat mahal sehingga kami tidak sanggup membelinya.
h) Hubungan cara kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah dengan.
Contoh:
Ia merangkai bunga-bunga itu dengan penuh konsentrasi.
i) Hubungan sangkalan kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah seolah-olah, seakan-akan.
Contoh:
Anak itu diam saja seolah-olah dia tidak melakukannya.
j) Hubungan kenyataan kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah padahal, sedangkan.
Contoh:
Dia pura-pura tidak tahu, padahal dia tahu banyak hal.
k) Hubungan hasil kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah makanya.
Contoh:
Wajah Tono cemberut, makanya saya takut untuk mendekatinya.
l) Hubungan penjelasan kalimat majemuk bertingkat
Kata penghubung yang digunakan adalah bahwa.
Contoh:
Ia tidak tahu bahwa ayahnya seorang karyawan teladan.
m) Hubungan atributif kalimat majemuk bertingkat
Contoh:
a. Bibi saya yang tinggal di Surabaya bulan depan menunaikan ibadah haji.
b. Kita perlu memberikan sumbangan kepada para korban bencana
3) Kalimat majemuk campuran. Kalimat yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan ada yang bertingkat.
Contoh:
Setelah saya bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke sekolah.
G. Pengertian Makna Denotatif, Konotatif, Lugas, Kias, Leksikal, Gramatikal, Umum dan Khusus
1. Arti Definisi / Pengertian Makna Denotasi / Denotatif. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
- Mas parto membeli susu sapi
- Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal
2. Arti Definisi / Pengertian Makna Konotasi / Konotatif. Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh :
– Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam = wts)
– Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir)
3. Arti Definisi / Pengertian Makna Lugas. Makna lugas adalah makna yang sesungguhnya dan mirip dengan makna denotatif.
Contoh :
– Olahragawan itu senang memelihara codot hitam
– Pak Kimung minum teh sisri di pematang sawah
4. Arti Definisi / Pengertian Makna Kias. Makna kias adalah makna yang bukan sebenarnya yang sama dengan makna konotatif.
Contoh :
– Pegawai yang malas itu makan gaji buta (makan = menerima)
– Si Kadut senang terbang bersama miras oplosan beracun (terbang = mabok)
5. Arti Definisi / Pengertian Makna Leksikal. Makna leksikal adalah makna yang tetap tidak berubah-ubah sesuai dengan makna yang ada di kamus.
Contoh :
– toko
– obat
– mandi
6. Arti Definisi / Pengertian Makna Gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang dapat berubah sesuai dengan konteks pemakaian. Kata tersebut mengalami proses gramatikalisasi pada pemajemukan, imbuhan dan pengulangan.
Contoh :
- Bersentuhan = saling bersentuhan
- Berduka = dama keadaan duka
- Berenam = sekumpulan enam orang
- Berjalan = melakukan kegiatan / aktivitas jalan
7. Arti Definisi / Pengertian Makna Umum. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan buah-buahan segar
- Tukang palak itu sering memalak kendaraan umum yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya harta
8. Arti Definisi / Pengertian Makna Khusus. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh :
- Masykur senang makan jamblang segar
- Tukang palak itu sering memalak bis kopaja yang lewat
- Anak yang cacat fisik dan mental itu tidak punya rumah
H. Ungkapan/Idiom
Ungkapan/idiom adalah satuan bahasa, baik berbentuk kata, frasa, maupun klausa yang maknanya sudah tidak dapat dirunut kembali dari makna denotasi unsur-unsur yang menyusunnya.
Contoh :
1. Orang terkaya itu mempunyai gula-gula yang disimpannya di luar kota.
2. Si panjang tangan itu sudah memperbaiki tingkah lakunya.
3. Orang itu sedang dicari polisi karena tercatat dalam daftar hitam.
Berdasarkan atas makna unsur-unsur yang membentuknya, idiom dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
1. Idiom penuh, yaitu idiom atau ungkapan yang seluruh unsure pembentuknya tidak dapat dikembalikan kepada makna denotasinya/sebenarnya.
Contoh:
a Gulung tikar berarti bangkrut.
b Pantat kuning berarti pelit/kikir.
Kata gulung dan kata tikar sudah kehilangan makna denotasinya. Demikian juga kata pantat dan kata kuning.
2. Idiom sebagian, yaitu idiom atau ungkapan yang sebagian unsur pembentuknya masih dapat dikembalikan kepada makna denotasinya.
Contoh:
a Kabar burung berarti kabar atau berita yang belum tentu kebenarannya.
b Daftar hitam berarti daftar nama orang yang terlibat dalam tindak kejahatan.
Dalam hal ini, kata kabar dan daftar masih dapat dikembalikan pada makna denotasinya.


Sumber: Dari berbagai sumber.

Sabtu, 10 Januari 2015

Siluet Jingga (Kumpulan Cerpen)



Bismillah ...

Ini adalah buku terbaru saya, sebuah kumpulan cerpen. Yuk dipesan ^_^

Ini salah satu endorsment dalam buku Siluet Jingga:

Siluet Jingga merupakan salah satu cerpen Anggi Putri dalam kumpulan cerpen ini. Ada yang menarik dari penulis muda berbakat ini yakni dia mampu merangkai cerita cinta yang tidak terjebak pada narasi yang mengarah pada pop art, melainkan dia mampu menyuguhkan cerita yang segar, menarik, dan berbobot. Selain itu, dalam cerpen-cerpennya tampak sekali kedalaman wawasan si pengarang dalam berbagai hal. Saya tidak menduga jika usianya yang masih muda ini justru mampu menyuguhkan kedewasaan dalam berkarya, bahkan tak ada satu pun dari beberapa cerpen dalam kumpulan ini yang terjebak pada pola pikir kekanak-kanakan. Kehadiran Anggi Putri sebagai penulis muda, ke depan, patut diperhitungkan dalam perjalanan sejarah sastra Indonesia. Saya meyakini bahwa bakat kepenulisan yang dia miliki akan mengantarkan Anggi dalam perbincangan deretan penulis-penulis muda yang kreatif. Akhir kata, sangatlah rugi jika Anda tidak membaca karya-karya Anggi Putri


Agung Pranoto (Surabaya)
Dosen Sastra dan Penulis


This entry was posted in