“La Lutte Continue”
1. Identita Buku
Judul Buku/ Novel : Pulang
Penerjemah
: -
Penerbit
: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun
Terbit
: 2012
Cetakan
: Cetakan Kedelapan. Jakarta, Februari 2017
Tebal
Buku
: viii+461; 13,5 x 20 cm
Harga
Buku
: Rp. 99.000
2. Kepengarangan
Latar Belakang Pengarang
Leila S. Chudori. Lahir di Jakarta 12 Desember 1962. Karya-karya awal Leila
dipublikasikan saat ia berusia 12 tahun di majalah Si Kuncung, Kawanku, dan Hai. Pada
usia dini, dia menghasilkan buku kumpulan ceren berjudul Sebuah Kejutan,
Empat Pemuda Kecil, dan Seputih Hati Andra.
Leila menempuh pendidikan di Lester B. Person College of the Pasific (United
World of Colleges) di Victoria, Kanada, dan dilanjutkan studi Political Science
dan Comparative Development Studies di Universitas Tent, Kanada. Selama ini dia
menulis di majalah Zaman, Horison, Matra, jurnal sastra Solidarity (Filipina), Menagerie (Indonesia),
dan Tenggara (Malaysia). Buku kumpulan cerita pendeknya Malam
Terakhir (Pustaka Utama Grafiti, 1989; Kepustakaan Populer Gramedia,
2009,2012) telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman Die Letzte Nacht (Horlemman
Verlag).
Sejak tahun 1989 hingga kini bekerja sebagai wartawan majalah
berita Tempo.
Leila adalah penggagas dan penulis skenario dalam drama televisi
berjudul Dunia Tanpa Koma (produksi SenemArt, sutradara Maruli Ara)
yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dan ditayangkan RCTI pada 2006. Drama
televisi ini mendapat penghargaan Sinetron Terpuji Festival Film Bandung 2007 dan
Leila menerima penghargaan sebagai Penulis Skenario Drama Terpuji pada festival
dan tahun yang sama.
Terakhir, Leila menuis skenario film pendek Drupadi (produksi
SinemArt dan MilesFilm, sutradara Riri Riza), sebuah tafsir kisah Mahabarata;
dan film Kata Maaf Terakhir (Maruli Ara, 2009) yang diproduksi
SinemArt.
Pada tahun 2009, Leila S. Chudori meluncurkan buu kumpulan cerpen
terbarunya “9 dari Nadira” dan penerbitan ulang buku “Malam Terakhir” oleh
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang dilangsir oleh Agus Noor dalam harian
Kompas sebagai “ kembalinya anak emas sastra Indonesia”. Kedua buku nya Malam
Terakhir dan 9 dari Nadira kini dalam proses penerjemahan ke
dalam Bahasa Inggris dan akan diterbitkan oleh Yayasan Lontar.
Leila kini sedang menggarap lanjutan 9 dari Nadira dan
kumpulan cerita seorang pembunuh bayaran, Lembayung Senja.
Leila berdomisilidi Jakarta bersama putri tunggalnya, Rain
Chudori-Soerjoatmojo yang juga menulis cerita pendek an resensi film. ( Dikutip
dari novel Pulang, 459-460)
3. Sinopsis
Paspor dicabut, berpindah negara, berpindah kota,
Berubah pekerjaan, berubah keluarga...
... segalanya terjadi tanpa rencana. Semua terjadi sembari kami
terengah-engah berburu identitas
Seperti ruh yang mengejar-ngejar tubuhnya sendiri
--Dimas Suryo
Sebelum saya menulis sinopsis ceritanya lebih lanjut, persiapkan dulu sejenak
ketidakpercayaan anda. Ketidakpercayaan bahwa sejarah tak mungkin salah,
ketidakpercayaan bahwa keluarga adalah satu-satunya yang absolut yang kita
punya, dan ketidakpercayaan anda untuk hanya membaca resensi saya.
Cerita ini bermula pada April 1968, sudah tiga tahun pelaksanaan misi untuk
membumi hanguskan PKI dan bahkan juga kepada orang-orang yang hanya tertempel
bau PKI. Dimas Suryo, Nugroho, Tjai, dan Risjaf adalah emat sekawan sahabat
lama ini adalah mantan wartawan di Kantor Berita Nusantara, dan pada masa itu
wartawan adalah sesuatu yang menyinggung sentimentil politik bahkan wartawan
adalah salah satu kata yang diharamkan. Pada masa itu mereka adalah buronan.
Mereka merasa hidupnya telah cukup dikejar-kejar ketidak adilan. Namun hari itu
April 1968 hidup mereka kembali diselimuti mendung pekat ketika kabar Hananto
Prawiro sahabat mereka, telah ditangkap dan dinyatakan tewas. Kini hidup mereka
pun dikejar-kejar rasa berslah karena kawannya di Indonesia dikaejar, ditembak,
atau menghilang begitu saja dalam perburuan peristiwa 30 September.
Hananto Prawiro adalah sahabat Dimas Suryo (Tokoh Utama) namun mereka juga
musuh . Mereka adalah musuh dihadapan Surti Anandari, tetangga kos mereka saat
Dimas kuliah di UI dahulu. Surti adalah cinta pertama Dimas Suryo. Wanita yang
bahkan menjadikan Dimas Surya mengeluarkan kata Kenanga, Bulan, dan Alam dari
kosa kata cintanya. Mereka adalah nama yang telah dipersiapkan Dimas Suryo
untuk anak-anaknya dari Surti. Namun, pada suatu hari, tanpa pamit dan sepatah
katapun, Surti menghilang. Berbalik arah, menjauh dari kata cinta Dimas Suryo.
Surti akhirnya tetap menjadi Surti yang ibu dari Kenanga, Bulan, dan Alam.
Namun kini Surti adalah istri dari Hananto Prawiro, sahabat dekat Dimas Suryo.
Surti adalah salah satu kepingan indah kisah cinta Dimas Suryo sebelum ia harus
berlari-larian mencari suaka politik. Sebelum ia dan ke-tiga temannya mendarat
di Paris. Indonesia sampai Paris. Bagi ia perjalanan itu telah cukup untuk
melepaskan segala identitas dirinya dalam sejauh perjalananya. Di Paris mereka
berbeda, identitas mereka, segala kepenatan mereka, mereka tanggalkan. Di sini,
mereka baru, mereka ingin mendapatkan keluarga yang baru. Mereka hanya ingin
keadilan yang baru. Di Paris 1968. Mereka tiba pada waktu yang kurang tepat
rupanya, Paris pada tahun itu adalah lautan pergolakan. Pergolakan yang membuat
mereka iri. Di sini, pertarungannya jelas keinginannya. Jelas Siapa yang
dituntut dan siapa yang menggugat. Perseteruan ini antara mahasiswa dan buruh
melawan pemerintahan De Gaulle. Di sana, diIndonesia, akrab dengan kekisruhan
dan kekacauan namun tak tau siapa kawan siapa lawan. Di Indonesia bahkan tidak
tau apa yang dicita-citakan pihak-pihak yang bertikai, kecuali kekuasaan.
Betapa porak-poranda. Betapa gelap.
Di
Paris juga, Dimas Suryo bertemu Vivienne Deveroux. Seseorang yang akhirnya akan
menjadi kepingan indah kisah cintanya lagi. Wanita bermata hijau itu membuatnya
jatuh cinta. Wanita itu juga akhirnya memberinya seorang putri yang pemberani
bernama Lintang Utara. Putri yang akhirnya menitipkan sparuh jiwanya untuk
kembali ke Indonesia. Negara yang menurutnya penuh dengan ketidak adilan, namun
sakan selalu ia rindukan. Dan setelah kembali ke Indonesia pada 1998, fakta apa
yang akan diperoleh Lintang Utara? Ikuti kisahnya dan rasakan drama keluarga,
persahabatan, cinta, dan penghianatan berlatar beakang tiga peristiwa
bersejarah: Indonesia 30 September 1965, perancis, Mei 1968, dan Indonesia
1998.
Apakah anda masih memiliki rasa ketidak percayaan yang anda bangun sebelum
membaca ini? Jika iya, maka rasakan sendiri sensasinya dalan 458 halaman novel
Pulang. Selamat membaca.
4. Kelebihan dan Kekurangan Buku
- Kelebihan
Buku ini akan mempermainkan imajinasi yang bahkan belum pernah kita
bayangkan sebelumnya. Membuat kita mengagumi keindahan sejarah. Dan membuat
kita percaya bahwa sejarah adalah salah satu sesuatu yang absolut. Kata per kata
dalam novel ini seakan-akan memberikan makna yang tersimpan, renyah untuk
dibaca namun juga akan memuaskan rasa lapar kita terhadap novel-novel yang anti
mainstream. Peloncatan sudut pandang yang tak terduga membuat kita bingung saat
pertama membaca novel ini. Setiap bab menyajikan sudut pandang pada tokoh yang
berbeda-beda membuat pembaca mencari-cari siapa tokoh utama sebenarnya.
- Kekurangan
Sejujurnya saya hampir tidak menemukan cela tentang karya ini. Perfect. Dari
segi penulisan, alur cerita, tema, dan sisi humanis yang diangkat semuanya
istimewa. Hanya satu catatan saya. Sisi sentilan politik di dalam novel ini
(yang mengambil setting politik) terasa kurang gahar. Hanya itu.
5. Kritik dan Saran
Saya speechless untuk mengkritiknya, sebagai saran adalah untuk
mempercepat karya-karya terbarunya Leila S. Chudori.
Katanya memang bagus. Aku pengen beli bukunya, tapi masih belum sempat. :'D
BalasHapusiya mbak keren karya-karyanya
Hapusmba Leila tajaaamm bgt tulisannya
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--
yuppp
Hapuswow wow baca sinopsinya aku sampai bengong
BalasHapusSebagai pecinta novel berlatar belakang sejarah, sepertinya akan jatuh cinta banget sama novel ini
Siap berburu segera ke toko buku
Wah, novel yang cukup 'berat', padat dan menggugah ya..
BalasHapusIya ini novel sastra berat hehe
HapusWah, jadi penasaran seperti apa cerita lengkapnya. Sepertinya agak berat tapi asyik ya. Melalui beberapa dekade dan sejarah yg berbeda2..
BalasHapusIya menceritakan sejarah politik yang memang agak berat
HapusNama Leyla S Chudori ini udah besar banget ya. Novel2nya diilhami latar belakangnya juga kyknya. Ttg sisi politik yg diceritakan nampaknya jg krn dia pernah sekolah di jurusan politik.
BalasHapusTFS resensinya mbak :D
Iya mbak dulu pernah dibilang sastrawan emas oleh agus noor saat beliau balik ke Indonesia
Hapusaku belum pernah baca novel ini, jadi belum tau banyak tentang novel ini...
BalasHapusIya kapan-kapan cobalah baca mbak tapi ya halamannya hampir 500
HapusSaya suka sekali buku ini mbak. Memperlihatkan sudut pandang lain terutama setiap individu yang jadi tapol pada masa orba
BalasHapus