Sebelumnya apakah sudah pernah mendengar kata reportase? Saya yakin
anda sudah pernah mendengarnya di televisi. Lalu, apakah anda sudah pernah
melakukan reportase? Jika belum, sangat pas kalau anda membaca tulisan saya
kali ini mengenai Tips Reportase yang Baik.
Reportase dapat diartikan sebagai proses pengumpulan data yang
digunakan untuk penulisan karya jusnalistik. Objek pengumpulan data tersebut
dapat berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, buku-buku, tempat
bersejarah, dan lain sebagainya. Suatu reportase disebut sebagai wawancara jika
objek reportasenya adalah manusia.
Wawancara VS Reportase.
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabannya adalah tidak.
Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas daripada wawancara,
sedangkan wawancara merupakan satu diantara jenis teknik reportase.
Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan
keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Wawancara sering
dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang
disiarkan di media massa. Dalam konteks ini, wawancara merupakan proses
pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan
digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik. Dari wawancara,
sebuah berita didapat dan dilaporkan kepada masyarakat. Untuk itu, wawancara
sedikit banyak memengaruhi sebuah kualitas berita. Sebab wawancara dibutuhkan
untuk mendapatkan keterangan, fakta, data-data, penegasan serta beragam jenis
informasi lainnya. Kegunaan wawancara bisa untuk memastikan sebuah kebenaran,
mengklarifikasi, me-recheck, atau meluruskan kembali berbagai informasi yang
didapat.
Jenis wawancara
1. News interview, yaitu wawancara dalam rangka
memperoleh informasi dan berita dari sumber-sumber yang mempunyai kredibilitas
ataupun reputasi di bidangnya.
2. Casual interview, atau disebut juga wawancara
mendadak. Ini adalah jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan
sebelumnya.
3. Man in the street interview. Tujuan untuk mengetahui
pendapat umum masyarakat terhadap isu atau persoalan yang hendak diangkat
menjadi bahan berita.
4. Personality interview, yaitu wawancara yang
dilakukan terhadap figur-figur publik yang terkenal, atau bisa juga terhadap
orang-orang yang dianggap memiliki sifat/kebiasaan/prestasi yang unik, yang
menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
Persiapan Wawancara
Semua pekerjaan akan lebih berhasil jika disertai dengan persiapan
yang matang begitupun dengan wawancara. Secara sederhana terdapat sedikitnya
dua tahap untuk melakukan persiapan wawancara;
1. Tahapan Biografis
Tahapan untuk mengumpulkan tentang gelar, nama, tempat tinggal,
data-data umum lain.
2. Tahapan non Biografis
Mengumpulkan keterangan seputar subyek, seperti yang terkait dengan
kehidupan tokoh selain biografis.
Model Wawancara
·Wawancara langsung (Tatap Muka)
· Wawancara tidak langsung (Telpon dan Tertulis)
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Wawancara
Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara.
Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi
wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita
wawancarai, dan sebagainya.
2. Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku.
Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap
norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita
dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
3. Jangan mendebat narasumber.
Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi
sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju
dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat,
sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.
Contoh yang baik: “Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya
bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?”
Contoh yang lebih baik lagi: “Tetapi menurut Tuan X, hal seperti
itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana
pendapat Bapak?”
Contoh yang tidak baik: “Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi
pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak.”
4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum
Biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat
membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
5. Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin
dan to the point.
Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara
sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya.
Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya
cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
7. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai
karakter nara sumber.
Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat
melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber “buka
mulut”. Sedangkan untuk narasumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya
bisa mengarahkan pembicaraan agar narasumber hanya bicara mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan materi wawancara.
8. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal
dengan nara sumber
Dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan
sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang
bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini
akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik
dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
9. Memihak Narasumber
Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun
musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya
tidak demikian. Seperti kata pepatah, “Jangan bicara tentang apel di depan
seorang pecinta pisang”.
Baiklah itu semua adalah tips yang bisa anda gunakan saat
wawancara. Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat.
0 komentar :
Posting Komentar