Minggu, 28 Desember 2014

EVENT CERPEN FANTASI (DONGENG) "NEGERI KERTAS" DL DIPERPANJANG

EVENT  CERPEN FANTASI (DONGENG)
TEMA: NEGERI KERTAS

NEGERI KERTAS adalah simbol yang diciptakan Fileski untuk perdamaian dunia melalui jalan literasi. Sebagai wujud usaha kampanye perdamaian dunia, Fileski berharap orang-orang di seluruh dunia turut mengenakan simbol ini sebagai lambang penyatuan Kekuatan, Doa, dan Harapan. Doa sebagai wujud ekspresi kolektif untuk perdamaian, stabilitas, dan keharmonisan dunia.
“Mari bergabung menyebarkan pesan perdamaian melalui karya literasi. Bahwa kita semua bisa bekerja sama berbuat hal positif untuk bumi kita, dan cinta yang akan membentuk diri kita untuk selalu berbuat hal positif dalam pikiran dan tindakan.”

Jumat, 26 Desember 2014

Teori Hermeneutika

Sejarah

Sebagai istilah ilmiah, Hermeneutika diperkenalkan pertama kali sejak munculnya buku dasar-dasar logika,Peri Hermeneias karya Aristoteles. Sejak saat itu pula konsep logika dan penggunaan rasionalitas diperkenalkan sebagai dasar tindakan hermeneutis.
Konsep ini terbawa pada tradisi beberapa agama ketika memasuki abad pertengahan (medieval age).[3] Hermeneutika diartikan sebagai tindakan memahami pesan yang disampaikan Tuhan dalam kitab suci-Nya secara rasional. [1] Dalam tradisi kristen, sejak abad 3 M , gereja yang kental dengan tradisi paripatetik menggunakan konsep tawaran Aristoteles ini untuk menginterpretasikan al-kitab.[3] Sedangkan dalam tradisi filsafat Islam, ulama kalam menggunakan istilah Takwil sebagai ganti dari hermeneutika, untuk menjelaskan ayat-ayat Mutasyabbihat.[4]
Ketika Eropa memasuki masa pencerahan([rennaisance]), dari akhir abad 18 M sampai awal 19 M, kajian-kajian hermeneutika yang dilakukan pada abad pertengahan dinilai tidak berbeda sama sekali dengan upaya para ahli Filologi Klasik.[1]Empat tingkatan interpretasi yang berkembang di abad pertengahan, yaitu, literal eksegesis, allegoris eksegesis, tropologikal eksegegis, dan eskatologis eksegesis, direduksi menjadi Literal dan gramatikal eksegesis . Pemahaman ini diawali oleh seorang ahli Filologi bernama Ernesti pada tahun 1761, dan terus dikembangkan oleh Friederich August dan Friederich Ast.[1]
Hermeneutika kemudian keluar dari disiplin filologi bahkan melampaui maksud dari empat tingkatan interpretasi abad pertengahan ketika Schleiermacher menyatakan bahwa proses interpretasi jauh lebih umum dari sekedar mencari makna dari sebuah teks. Ia kemudian menjadikan hermeneutika sebuah disiplin filsafat yang baru.  Hal tersebut disetujui dan dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey di ujung abad 19 M. Ia memadukan konsep sejarah dan filsafat serta menjauhi dogma metafisika untuk melahirkan pemahaman yang baru terhadap Hermeneutika. Ia kemudian memahami bahwa proses hermeneutika adalah sesuatu yang menyejarah, sehingga harus terus-menerus berproses di setiap generasi. Walaupun melahirkan pemahaman yang tumpang-tindih, hubungan keilmuan yang dinamis akan sangat berperan untuk menyatukan kembali pemahaman dalam sudut pandang yang bersifat obyektif
hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasi
 
Abad 20 M, ditandai sebagai era post-modern dalam sejarah filsafat barat, fenomenologi lahir sebagai paham baru yang merambah dunia hermeneutika. Adalah Martin Heidegger, yang mengatakan bahwa proses Hermeneutis merupakan proses pengungkapan jati diri dan permasalahan eksistensi manusia yang sesungguhnya. Usahanya mendapat respon postif dari Hans-Georg Gadamer yang kemudian memadukan Hermeneutika Heidegger dengan konsep estetika.[1]Keduanya sama-sama sepakat bahwa Yang-Ada berusaha menunjukkan dirinya sendiri melalui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia, terutama bahasa.
Hermeneutika di akhir abad 20 M mengalami pembaharuan pembahasan ketika Paul Ricoeur memperkenalkan teorinya.  Ia kembali mendefinisikan Hermeneutika sebagai cara menginterpretasi teks, hanya saja, cara cakupan teks lebih luas dari yang dimaksudkan oleh para cendikiawan abad pertengahan maupun modern dan sedikit lebih sempit jika dibandingkan dengan yang dimaksudkan oleh Heidegger. Teks yang dikaji dalam hermeneutik Ricoeur bisa berupa teks baku sebagaimana umumnya, bisa berupa simbol, maupun mitos. Tujuannya sangat sederhana, yaitu memahami realitas yang sesungguhnya di balik keberadaan teks tersebut.

Sumber:  Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm


I.        Pengertian Hermeneutika
Kata “hermeneutika”, dalam bahasa Indonesianya yang kita kenal, secara etimologi berasal dari istilah Yunani, dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi. Dari asal kata itu berarti ada dua perbuatan; menafsirkan dan hasilnya, penafsiran (interpretasi), seperti halnya kata kerja “memukul” dan menghasilkan “pukulan”. Kata tersebut layaknya kata-kata kerja dan kata bendanya dalam semua bahasa. Kata Yunani hermeios mengacu pada seorang pendeta bijak, Delphic. Kata hermeios dan kata kerja yang lebih umum hermeneuein dan kata benda hermeneia diasosiasikan pada Dewa Hermes, dari sanalah kata itu berasal.
Dewa Hermes mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pesan (wahyu) dari Jupiter kepada manusia. Dewa Hermes bertugas untuk menerjemahkan pesan Tuhan dari gunung Olympuske dalam bahasa yang dimengerti oleh manusia. Jadi hermeneutika ditujukan kepada suatu proses mengubah sesuatu atau situasi yang tidak bisa dimengerti sehingga dapat dimengerti (Richard E. Palmer). Ada tiga komponen dalam proses tersebut; mengungkapkan, menjelaskan, dan menerjemahkan.

Filsafat Yunani kuno sudah memberikan sinyal mengenai “interpretasi”. Dalam karyanya Peri Hermeneias atau De Interpretatione, Plato menyatakan “kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita dan kata yang kita tulis adalah simbol dari kata yang kita ucapkan”. Sehingga dalam memahami sesuatu perlu adanya usaha khusus, karena apa yang kita tafsirkan telah dilingkupi oleh simbol-simbol yang menghalangi pemahaman kita terhadap makna.

Dalam terminologi, hermeneutika banyak didefinisikan oleh para ahli. Mereka (para ahli) memiliki definisinya masing-masing. F D. Ernest Schleirmacher mendefinisikan hermeneutika sebaga seni memahami dan menguasai, sehingga yang diharapkan adalah bahwa pembaca lebih memahami diri pengarang dari pada pengarangnya sendiri dan juga lebih memahami karyanya dari pada pengarang. Fredrich August Wolf mendefinisikan, hermeneutika adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang membantu untuk memahami makna tanda-tanda. Sedangkan menurut Martin Heidegger dan Hans George Gadamer bahwa hermeneutika adalah proses yang bertujuan untuk menjelaskan hakikat dari pemahaman.

Hermeneutika juga bisa dikatakan sebagai cabang dari filsafat dengan adanya perubahan dari “metafisika menjadi hermeneutika”. Hal ini terlihat dari sebuah kritik epistimologi Immanuel Kant. Kritik tersebut ditujukan atas metafisika. Dalam bukunya “Critique of Pure Reason”, Kant mengecam metafisika yang telah berumur lebih seribu tahun yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Menurutnya metafisika hanya melahirkan pengetahuan yang subjektif. Pengetahuan itu dihasilkan atas dasar otoritas suatu konsep berpikir yang menghasilkan ide. Ia menawarkan sebuah terobosan metafisika baru yang berupa hermeneutika. Dengan konsep Logic of Transcendental, bahwa pikiran kita mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan yang akhirnya apabila pikiran kita akan memproses suatu pengetahuan maka pengetahuan-pengetahuan yang dikumpulkan oleh pikiran kita akan ikut memproses pengetahuan baru, sehingga hasilnya tidak subjektif melainkan lebih objektif.

Sumber: PENGERTIAN DAN ASAL-USUL HERMENEUTIKA  SEBUAH PERTIMBANGAN _ sofyan effendi.htm

Manusia Seribu Akal & Intrik dalam Novel NEGERI PARA BEDEBAH

Oleh: Anggi Putri

Judul Novel: Negeri Para Bedebah
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Media Utama
Cetakan I 2012
Halaman: 440 hlm; 20 cm
ISBN: 978-979-22-8552-9

















Sinopsis dalam Novel: 

Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah. petarung sejati tidak akan berkhianat

Senin, 15 Desember 2014

KOPDAR GPSP (Goresan Pena Sang Penulis) di Semarang

Kenang di KOPDAR

Sebuah grup antara para penulis, ladang ilmu yang tak pernah surut ...
adalah inovasi-inovasi terakit
dimensi goresan terajut
di sisi Lawang Sewu kita bersua dalam hujan
menguntai kenang tuk masa depan
Yang terindah, membentang batas cakrawala
Amsal kemerlap lampu di malam itu
Peradaban meminang realita
: Bertemu jumpa

Senin, 01 Desember 2014

Catatan PJ "Surat Cinta untuk Ibu" (Sebelum Pengumuman Pemenang)

Jujur saja, dalam event yang saya pegang kali ini cukup mengesankan. Event yang membuat saya takjup dengan jumlah peserta yang membludak. Mabuk naskah? Ya, saya memang mabuk naskah. Terlepas dari hal tersebut, ada beberapa poin yang perlu dievaluasi untuk kebaikan bersama.

  1. Patuhi Peraturan. Hal inilah yang saya tekankan terlebih dulu. Dalam peraturan sudah tercantum beberapa poin yang memang harus dipatuhi sebelum mengikuti event. Peserta yang cerdas adalah peserta yang mematuhi peraturan dalam sebuah event. Hal yang sepele bukan semata-mata disepelekan, namun harus diperhatikan dan ditaati! Kesalahan yang fatal adalah format penulisan dalam file maupun subjek e-mail. 

UPDATE FINAL EVENT "Surat Cinta untuk Ibu"

Alhamdulillah akhirnya bisa mengupdate event "Surat Cinta untuk Ibu" walaupun ada keterlambatan. Terima kasih saya sampaikan untuk seluruh peserta yang berpartisipasi dalam event ini. ^_^

 Ini adalah Update Final Event "Surat Cinta untuk Ibu":

1. Surat Cinta untuk Ibu - Silviana Dewi
2. Confession - Nunuk Wijayanti
3. Ibunda Malaikan tanpa Sayapku - Virta Putri
4. Kasih Sepanjang Waktu - Ratnani Latifah

Kamis, 27 November 2014

Di manakah puisi-puisi Anggi Putri?

Alhamdulillah,
Saya banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT. Entah kapan saya memulai dalam menggerakkan pena. Kini baru saya sadari bahwa sayap yang saya kepakkan sudah melebar ke beberapa bagian, walaupun belum sepenuhnya. Namun hasil sudah begitu nampak. Semoga selalu ada ridho-Nya.

Puisi-puisi yang saya tulis ternyata beberapa telah dimuat di media online. Bahkan hal tersebut baru saya sadari pagi ini ketika saya iseng ingin search di google dengan kata kunci 'puisi-puisi anggi putri'. Sekali klik nama saya ada di urutan teratas pencarian. Betapa terlonjaknya saya ketika menyadari bahwa puisi-puisi yang iseng saya kirimkan ke media online sudah termuat jauh-jauh hari. Bahkan sudah hampir setengah tahunan. Dalam waktu yang cukup lama itu saya tak menyadari sepenuhnya.

Beberapa di antaranya, yaitu:

Puisi berjudul Masihkah? yang dimuat di web loker puisi
www.lokerpuisi.web.id/2014/02/masihkah-oleh-anggi-putri.html

Puisi berjudul Masih Adakah? yang juga dimuat di web loker puisi
http://www.lokerpuisi.web.id/2013/12/masih-adakah-oleh-anggi-putri.html

Puisi berjudul Seteguk Kopi yang Kau berikan yang dimuat di jejak puisi
http://www.jejakpuisi.com/2014/03/seteguk-kopi-yang-kau-berikan-puisi.html

Dua puisi saya dimuat di Sayap Kata Edisi 22 Juli 2014

Puisi berjudul Pa Pu Ma yang dimuat di blog KPKers
http://kpkers.blogspot.com/2014/11/puisi-pa-pu-ma-karya-anggi-putri.html

Beberapa puisi yang ada di blog Aliran Puisi Baru:
1. Motif-motif Tak Bernyawa
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/10/motif-motif-bernyawa.html

2. Menyibakkan Sunyi dengan Doa
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/06/menyibakkan-sunyi-dengan-doa.html

3. Setetes Darah
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/11/setetes-darah.html

4. Pemuda Merah Putih
http://eventaliranpuisibaru.blogspot.com/2014/08/pemuda-merah-putih.html

Puisi Idul Fitri dimuat di blog Nektarity
http://www.rumpunnektar.com/2014/07/kumpulan-puisi-idul-fitri-karya.html


Barakallah ^_^



Jumat, 21 November 2014

Kopdar KPKers Surabaya

Kali ini saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, mereka semua penulis Surabaya dan Sidoarjo. Saya tahu acara ini hanya dari  facebook dan ingin datang bersama salah seorang teman saya, Isnaini Afifah. Alhamdulillah, Isna mau saya ajak berjuang menuju Rungkut, dengan naik lin hingga oper  beberapa kali.

Jumat, 14 November 2014

Pengalaman Tak Terduga

Rabu, 12 November 2014 pukul 15.00 WIB


Siang itu matahari sangat terik. Kendaraan penuh memadati kota Surabaya yang penuh polusi. Asap kendaraan menyesakkan paru-paruku. Napas pun kembang kempis. Sudah tiga bulan aku berada di kota terbesar kedua di Indonesia itu untuk menempuh studi.

saya baca puisi Parade Jatim Cerdas

Jumat, 07 November 2014

Event Menulis Surat Cinta untuk Ibu (AE Publishing)






Bertepatan pada tanggal 22 Desember yaitu Hari Ibu, PJ Event beserta  AE Publishing mengajak kalian semua untuk menulis ‘surat’ untuk Ibu. Ungkapan terima kasih, rasa kasih sayang, dan cinta kepada sosok yang berjasa dalam melahirkan kita ke dunia. Sosok pelita kehidupan yang tak akan terganti.Oke, simak persyaratannya dengan saksama!

Gerimis Masa Silam




Dedaunan di pekarangan Rumah Sakit Umum kian basah. Hujan tak jua reda. Sesekali lelaki itu menengok keluar ruangan. Ia termangu di daun jendela sembari menyeruput secangkir kopi panas. Hari-hari melelahkan telah terlampaui.
            “Ah, rasanya baru kemarin kakiku menginjak ruangan ini,” gumam lelaki itu sembari mengulas senyuman. Kini pikirannya tak lagi ada di sana. Bayangan masa silam kembali meracau otaknya.
            ***

Lentera di Balik Hujan





Sebatas itu kau berada
Sebenarnya kau menyalahi dirimu sendiri
Kau menyalahi takdirmu sendiri
Mending jadi matahari atau rembulan
Terang menyinari
Jangan jadi korek api!
Kamu kian redup diteroa hujan
Aku tidak melihat egoisme dalam dirimu
Aku tidak melihat kata optimis dalam dirimu
Kamu hanya tertawa saat bersama
Dan kembali,
Sendiri dalam sunyi
Lenteraku
Kenapa? Kau bakar dirimu itu
Jelas tidak imapulata!

Surabaya, 4 November 2014

Pengungkapan




Selagu merdu nyanyian pagi
Mendayung jiwa ke ujung pelangi
Gelombang kenang membanting diri
:gemetar menitu sunyi

Berpendar asmara meneguk kelana
Mengadu samsara bertopang cakrawala
Kau bertudung sutra senja
Sayang berpulang pada-Mu jua

Di layar bingar bertukar sapa
Dalam mimpi Kau menjelma
Dalam hati Kau bertahta
:datang semasa

Libas habis waktuku!
Ah, bertukar rayu pun tak mau
Negosiasi kan kelabu
Surabaya, 4 November 2014

Kamis, 09 Oktober 2014

Ketika Api Melibas Puisi

Bagaimana jika api amarah melahap diri tanpa sisa?
Bahkan sajak ini pun ikut lebur bersama pekatnya jelaga
luluh-lantah hingga tiada kan tahu arah
merantau lama dalam ketiadaan

Tak puaskah merajut duka samsara dalam linang air mata?
yang mengubur dalam kedamaian dalam jurang kekecewaan semata
bahwa yang terukir tinggallah sisa-sia
: ampas dunia

kesendirian yang menentang segala,
mengadu penuh pertentangan dan wicara hati yang bungkam
tiada arti, tak terdengar dalam kelopak mimpi
metamorfosa tak bergulir lagi

membakar bait-bait lama yang tiada bertepi
puisi ini pun meruang dan memakan hati


Surabaya, 9 Oktober 2014
9:55 WIB

Senin, 06 Oktober 2014

Pengelana


Setiap yang tercipta akan lenyap
berlanjut pada pembaruan yang lebih sempurna
begitupun syair ini akan luluh
dan mengalir menuju ceruk muara yang disebut keakuan

daun jendela yang melambai
memanggil suara hati yang terdiam
membisu dalam sebuah ruang-ruang
sudut perhentian yang menjadi saksi ketiadaan

Ia merantau ke kota ke desa,
Pun menyusuri laut dan samodra
mencari pijakan yang sebenarnya maya
tak bertuan, tak berpenghuni, hanya akan menghamba

:pada semesta raya
jejaki buana
istana jiwa-jiwa pengelana
aksara

Surabaya, 6 Oktober 2014
20:36 WIB



Minggu, 28 September 2014

Sabtu, 19 Juli 2014

MACAM_MACAM NOVEL

Ada beberapa macam-macam novel. Novel dapat dibagi berdasarkan bentuknya, waktunya, dan alurnya. Selain itu, Novel juga dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan isi dari novel tersebut.
Berikut terdapat macam-macam novel, yaitu:
Novel Romantis
Novel romantis adalah novel yang memuat cerita panjang bertemakan percintaan. Novel ini hanya dibaca khusus oleh para remaja dan orang dewasa. Alur ceritanya pertemuan kedua tokoh yang berlawanan jenis tersebut ditulis semenarik mungkin. Lalu dilanjutkan dengan konflik-konflik percintaan hingga mencapai sebuah titik klimaks, lalu diakhiri dengan sebuah ending yang kebanyakan bercabang jadi tiga: happy ending (dua tokoh utama bersatu), sad ending (dua tokoh utama tidak bersatu), dan ending menggantung (pembaca dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah itu).
Novel Komedi
Novel komedi adalah novel yang memuat cerita yang humoris (lucu) dan menarik dengan gaya bahasa yang ringan dengan diiringi gaya humoris dan mudah dipahami.
Novel Religi
Novel ini bisa saja merupakan kisah romantis atau inspiratif yang ditulis lewat sudut pandang religi. Atau novel yang lebih mengarah kepada religi meski tema tersebut beragam.
Novel Horor
Novel ini biasanya bercerita seputar hantu. Sisi yang menarik dari novel ini adalah latar tempatnya, yang kebanyakan sebagai sumber hantu itu berasal. Cerita juga biasa disajikan dalam bentuk perjalanan sekelompok orang ke tempat angker.
Novel Misteri
Novel ini adalah novel yang biasanya memuat teka-teki rumit yang merespons pembacanya untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bersifat mistis, dan keras.Tokoh-tokoh yg terlibat biasanya banyak dan beragam, seperti polisi, detektif, ilmuwan, budayawan, dll.
Novel Inspiratif
Novel Inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah cerita yang bisa memberi inspirasi pembacanya. Biasanya novel inspiratif ini banyak yang berasal dari cerita nonfiksi atau nyata. Tema yang disuguhkan pun banyak, seperti tentang pendidikan, ekonomi, politik, prestasi, dan percintaan. Gaya bahasanya pun kuat, deskriptif, dan akhirnya menemui karakter tokoh yang tak terduga.

ANALISIS SEMIOTIKA

Dalam buku Analisis Teks Media, Alex Sobur memuat kerangka Analisis Semiotika yang dianut oleh Semiotik Sosial dari Halliday dan Hassan:
  1. Medan Wacana (field of discourse): menunjuk pada hal yang terjadi: apa yang dijadikan wacana oleh pelaku (=media massa) mengenai sesuatu yang sedang terjadi dilapangan peristiwa.
  2. Pelibat Wacana (tenor of discourse) menunjuk pada orang-orang yang dicantumkan dalam teks (berita); sifat orang-orang itu, kedudukan dan peranan mereka. Dengan kata lain, siapa saja yang dikutip dan bagaimana sumber itu digambarkan sifatnya.
  3. Sarana Wacana (mode of discourse) menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa: bagaimana komunikator (media massa) menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang dikutip); apakah menggunakan bahasa yang diperhalus atau hiperbolik, eufemistik atau vulgar.

Majas

Ada beberapa pengertian majas. Pengertian Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Majas merupakan bahasa kias atau pengungkapan gaya bahasa yang dalam pemakaiannya bertujuan untuk memperoleh efek-efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya.
Seorang penulis sastra juga terkadang terkenal dengan tulisan-tulisan majas dalam karyanya. Dalam hal ini seorang penulis sastra dalam menyampaikan pikiran dan perasan, baik secara lisan dan tertulis kerap menyampaikannya dengan bahasa majas yang khas.
Pada dasarnya, majas dibagi ke dalam 4 kelompok utama yakni:
  1. Majas Perbandingan
  2. Majas Sindiran
  3. Majas Penegasan
  4. Majas Pertentangan
Masing-masing kelompok majas ini terdiri atas berbagai subjenis majas yang dikelompokkan berdasarkan identifikasi gayanya masing-masing. Adapun macam-macam majas yang masuk ke dalam kelompok majas perbandingan antara lain:
Alegori yakni majas yang menyatakan sesuatu melalui sebuah kiasan atau penggambaran. Misalnya: “Hidup ini bagai sungai yang mengalir. Sebelum bermuara, kita tak tahu apa yang terjadi di sepanjang alurnya.”
  1. Alusio, yakni majas berupa ungkapan yang tidak terselesaikan pada sesuatu yang dimaksud sebab telah diketahui siapa dan apa yang dimaksudkan. Contohnya: “Sudah lama aku tidak melihat batang hidungnya.” 
  2. Simile, yakni majas yang membandingkan dengan cara eksplisit. Majas ini gampang dikenali sebab menggunakan kata penghubung contohnya bagaikan, ibarat, umpama, bak dan masih banyak lagi lainnya. Contoh majas ini: “Bak seorang penari, gerak tubuhnya sangat luwes.”
  3. Metafora, yakni majas yang juga membandingkan suatu benda dengan benda lainnya dengan didasarkan pada sifatnya yang serupa. Contohnya: “Cuaca terlihat mendung berlangit abu-abu sebab sang raja siang tidak memunculkan dirinya.”
Masih ada macam-macam majas lainnya yang masuk ke dalam kelompok majas perbandingan antara lain: Majas metonimia, majas aptronim, majas antonomasia, majas hipokorisme, majas hiperbola, majas simbolik, majas eponym, majas fabel, majas litotes, majas asosiasi, majas persinifikasi, majas depersonifikasi, majas pars pro toto, majas totum pro parte, majas eufimisme, majas antropomorfisme, majas disfemisme dan masih banyak lagi lainnya.
Sementara itu, macam-macam majas yang masuk ke dalam kelompok majas sindiran antara lain:
  1. Majas ironi, yakni majas yang menyindir dengan menyatakan kebalikan dari fakta yang ada. Misalnya: “Kulitmu begitu putih serupa mayat.”
  2. Majas Sarkasme, yakni majas yang menyindir secara langsung dan lebih kasar. Misalnya: “Kamu dikenal sebagai pribadi yang pintar, lantas kenapa harus bertanya lagi padaku?”.
Majas lainnya yang masuk ke dalam kelompok majas sindiran ini antara lain: majas sinisme, majas satire, majas innuendo.
Adapun macam-macam majas yang masuk ke dalam kelompok majas penegasan antara lain:
  1. Majas apofasis yakni menegaskan dengan cara yang seolah menyangkal.
  2. Majas pleonasme, yakni majas yang menambahkan sejumlah keterangan pada sebuah pernyataan yang sebenarnya sudah jelas.
  3. Repetisi, yakni majas yang mengulang kata atau frase dalam satu kalimat.
  4. Majas pararima, yakni mengulang konsonan baik pada akhir maupun awalan dalam sebuah kata.
  5. Majas koreksio, yakni merupaka majas yang menyajikan hal-hal keliru dengan memaparkan maksud yang sesungguhnya.
  6. Majas asyndeton yakni majas yang menggunakan sebuah pengungkapan tanpa memakai kata penghubung.
  7. Majas aliterasi yakni majas yang menggunakan pengulangan konsonan di awal kata dengan tatanan yang berurut.
  8. Tautologi adalah majas yang mengulang kata dengan menggunakan semua sinonimnya.
  9. Majas sigmatisme adalah kalimat dimana terdapat gaya pengulangan huruf S untuk memperoleh kesan tertentu.
  10. Majas klimaks yakni majas yang memaparkan sebuah pikiran atau suatu hal secara berurutan dari sebuah hal yang sederhana hingga yang kompleks atau klimaks.
  11. Majas alonim adalah majas yang menggunakan berbagai jenis nama untuk menegaskan sesuatu, dll
Terakhir, macam-macam majas pertentangan antara lain:
  1. Majas paradox yakni majas yang mengungkapkan dengan cara menyatakan dua hal yang dibuat seolah bertentangan namun pada hakekatnya dua hal yang dikemukakan tersebut benar.
  2. Majas oksimoron yakni majas dengan menggunakan paradoks dalam 1 frasa.
  3. Majas antithesis yakni pengungkapan sesuatu dengan memakai kata-kata berlawanan makna dengan yang lain.
  4. Majas kontradiksi interminus yakni sebuah pernyataan yang memiliki sifat penyangkalan dan telah disebutkan pada bagian awal.
  5. Majas anakronisme merupakan ungkapan yang mengandung sebuah ketidaksesuaian antara sebuah peristiwa dengan waktu terjadinya persitiwa tersebut.

Pengertian Sajak

Ada beberapa pengertian sajak. Kata “SAJAK” Berasal dari kata Arab “saj” yang bermaksud karangan puisi. Sajak adalah persamaan bunyi. Persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, dan di akhir perkataan. Walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi lama, tetapi pengaruhnya sangat mengikat kepada baentuk dan pilihan kata dalam puisi itu.
Sajak merupakan puisi Melayu moden yang berbentuk karangan  berangkap, berbentuk bebas dan tidak terikat pada jumlah baris, perkataan sebaris, suku kata sebaris, rangkap, rima dan sebagainya.
Tema - Persoalan pokok atau persoalan utama yang dikemukakan dalam sebuah puisi. Tema boleh juga di
artikan sebagai idea pusat atau idea dasar.
Abdul Hadi W.M. menjelaskan bahwa sajak itu ditulis untuk mencari kebenaran. Katanya lagi, "dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara batiniah". Oleh itu bagi beliau, di dalam sajak harus ada gagasan dan keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan.
Menurut H.B. Jassin, sajak itu adalah suara hati penyairnya, sajak lahir daripada jiwa dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan kata semata-mata. Sajak yang baik membawa gagasan serta pemikiran yang dapat menjadi renungan masyarakat.
Sajak dibagi kepada jenis tertentu berdasarkan beberapa aspek, seperti berikut ini:
  • Dari aspek aliran, sajak dikatakan romantisme, realisme, eksistensialisme, dan lain-lain.
  • Dari aspek bentuk (luaran), sajak dikatakan kuatren, terzina, soneta, dll.
  • Dari aspek kebolehfahaman, sajak dikatakan polos (diaphan), taksa (ambiguous), prismatik, atau kabur; dan
  • Dari aspek ciri kandungan, sajak dikatakan abstrak atau konkrit. Sajak merupakan bahan yang sesuai untuk disampaikan kepada para pelajar sebagai bahan sastra di dalam pengajaran dan pembelajaran.

Perbedaan Puisi dan Prosa

Dilihat dengan detail, ada beberapa perbedaan prosa dengan puisi. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987).
Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung.
Slametmulyana (1956) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
Puisi: merupakan aktifitas jiwa yang menangkap kesan-kesan, kemudian kesan-kesan tersebut dipadatkan (dikondensasikan) dan dipusatkan. merupakan pancuran jiwa yang bersifat liris (emosional) dan ekspresif. seringkali kalimat dan isinya bersifat konotatif.
Prosa: merupakan aktifitas penyebaran (mendispersi) ide atau gagasan dalam bentuk uraian, bahkan kadang-kadang sampai merenik. merupakan pengungkapan gagasan yang bersifat epis atau naratif. pada umumnya bermakna denotasi, walaupun kadang ada karya yang isinya konotatif.
Dengan singkat bisa dikatakan bahwa prosa adalah pengucapan dengan pikiran dan puisi ialah pengucapan dengan perasaan. Bahasa ilmu pengetahuan ialah prosa. Di situlah pikiran dikemukakan dan pikiran yang menerima. Orang yang mengajarkan  matematik misalnya tidak akan mengemukakan perasaannya;  contoh: 1 + 1 = 2. Orang harus menerimanya saja tanpa merasakan keharuan.
Apakah ada prosa yang bersifat kesusasteraan?! Prosa baru bersifat kesusasteraan apabila memenuhi syarat kesenyawaan yang harmonis antara bentuk dan isi. Prosa biasa adalah laksana angka-angka yang berisi pengertian yang tetap, prosa kesusasteraan laksana manusia hidup, kesatuan tubuh dan jiwa, pikiran dan perasaan yang mengungkapkan yang serba mungkin. Perasaan itu lebih-lebih terkandung dalam puisi, tapi puisi yang baikpun tidak hanya sekedar perasaan belaka juga mengandung pemikiran dan tanggapan.
Didalam puisi, pikiran dan perasaan menyatu seolah-olah bersayap  terbang belanglang buana ke arah yang mereka suka membawa luapan emosi dan akhirnya,  membuahkan suatu karya dengan  keindahan gaya bahasa bagaikan bunyi dan lagu dengan tekanan suara (ritme) tertentu.
Prosa pada dasarnya menyodorkan suatu cara pengungkapan yang explisit, mengurai atau menjelaskan segala sesuatunya. Meskipun sama-sama menerapkan pengungkapan secara explisit, antara prosa dengan penulisan ilmiah tampak perbedaan dalam segi penerapan keindahan bahasa dan kalau kita mengambil perbandingan dengan gerak tubuh, maka pada prosa semisal orang menari, sedangkan pada ilmu adalah gerak tubuh sebagaimana yang wajar.
Kalau dalam puisi kita berhadapan dengan suatu cara pengungkapan yang menyirat, maka dalam sajak kita tidak saja berhadapan dengan cara pengungkapan yang menyirat, tetapi juga menghadapi “materi isi” atau lebih tepatnya “sunjct-matter” yang tersirat.
Puisi dibanding prosa adalah seperti orang menari dan berjalan biasa , atau seperti orang bernyanyi dan bicara biasa. Puisi tidak mengabdi kepada otak yang berpikir melainkan perasaan yang berbicara dan ini dapat menyentuh siapapun yang membaca atau mendengarkannya.
Kelebihan penyair dalam mempergunakan bahasa ialah bahwa ia menjiwai perkataan yang dilontarkannya, pemilihan kata-kata yang menarik dengan meng-kombinasikan kata-kata tersebut sehingga melahirkan kalimat yang indah enak didengar serta menyentuh perasaan yang dapat menyegarkan suasana.