Sebelumnya banyak yang DM saya
setelah melihat status saya yang pada tanggal 29 November kok unggah foto di
Bandara Minangkabau.
Mbak traveling ya? Tapi setelahnya kok unggah foto rumah gadang, kok foto bareng Wakil Wali Kota, kok ada juga foto bareng penari bahkan sama sastrawan. Sebenere sampean lapo ke Sumatera Barat?
Baiklah, saya mau klarifikasi, cieelah
bahasanya. Jadi, saya mendapat undangan ke Payakumbuh Botuang Festival yang
acaranya tanggal 1-2 Desember 2017. Lha, kok berangkat tanggal 29 November?
Iya, itu saya sengaja karena ingin berkunjung ke beberapa tempat dan ketemu
teman dunia maya yang ingin saya tahu wujud asli mereka whuhahaha..
Dan lagi seperti biasa…
Sambil menyelam minum kopi.
Di Payakumbuh, setelah saya nomaden
sebelum acara berlangsung, saya akhirnya ke tempat panitia di Balai Kaliki,
Koto Nan Gadang. Lebih lengkapnya bisa langsung lihat Vlog Tour Room di Rumah
Gadang Dt. Gindo Sinaro nan Kuniang di sini.
Perjalanan saya ke
Padang-Bukittinggi-Payakumbuh akan saya tulis dalam beberapa Part agar enak
dibaca dan tak terlalu panjang per postingan. As you can see on the tittle,
kali ini mengenai makan bajamba yang saya alami di tanah Minang. Sebuah tradisi
yang pertama kali saya ikuti. Sangat senang dong tentunya, karena tidak setiap
hari tradisi ini digelar lho.
Apa sih Makan Bajamba?
Makan bajamba itu makan bersama-sama yang dibagi dalam
kelompok-kelompok bisa berjumlah 5-7 orang di tiap lingkaran. Kali ini kelompok
makan saya terdiri dari Bu Rina (Jakarta), Uni Ami (Suliki), Naff (Yunani),
Sarah (Padang), Winni (Medan), Finni (Padang), dan Annisa (duh maaf, lupa dari
mana). Tradisi ini juga dikenal sebagai makan barapak ini dilakukan
masyarakat Minangkabau pada hari-hari besar keagamaan, pesta atau upacara adat,
dan hal penting lain.
Ada hal-hal unik yang wajib dilakukan saat makan bajamba, nasi
harus diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ambil sedikit lauk pauk,
nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat. Ketika
tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari
kemungkinan tercecernya nasi. Jika nasi yang tercecer di tangan kiri, harus
dipindahkan ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama. Oh,
ya kami makan bajamba ini di tengah sawah yang baru saja dipanen.
Sebelum makan bajamba, menu makan dibawa masyarakat setempat dengan tampeh lalu diarak dari kampung ke sawah |
Untuk menuju sawah yang dimaksud, kami harus berjalan sekitar 2
kilometer menaiki dan menuruni bukit. Setelah itu lewat beberapa pematang sawah
yang hanya cukup untuk satu kaki. Seru-seru ngeri rasanya, jika jatuh ya
wallahu alam, bercampur lumpur deh. Hal yang saya suka di Payakumbuh ini adalah
setiap sawah pasti terdapat ekosistem belut yang jumlahnya tidak sedikit. Ada
juga alat untuk menangkap belut yang biasa digunakan masyarakat setempat
menangkapi belut, namanya Luka (luka-luka yang kurasakan, wkwk) semacam
bambu berbentuk mirip jaring, cara pakainya tinggal ditanam ke dalam tanah.
Tunggu 2-3 jam dan angkat. Voila! Sudah ada belut yang tercyduk.
Selain hal di atas, ada yang menarik nih, disajikan pertunjukan
pacu itiak (balap itik) dan silek lunau (4 orang pria bersilat di dalam lumpur)
untuk memeriahkan dan menambah kekhasan acara Minangkabau ini.
Sangat bersyukur kepada Allah karena saya bisa terbang ke Sumbar
dengan FREE Tiket Pesawat. Semuanya memanglah proses dan kerja keras. Dan hasil
memang tak pernah mengkhianati proses. Reportase mengenai makan bajamba ini
juga dimuat Koran Surya Rubrik Citizen Reporter jadi Headline 10 Desember 2017.
Ooh, ternyata itu ya yang namanya Bajamba? :D Jadi pengen ke Ranah Minang juga. :D
BalasHapusiya mbak, yok kesana
HapusKenapa saya malah salah fokus kepada mereka yang hidungnya macam perosotan TK? aduh-aduh hihi tapi seru bangett keliatannya itu mbak. Pengen ikutan juga. Kalo di Sunda, Bajamba itu botram, semacam itu deh..makan bersama.
BalasHapushehehe, idungnya aduhai ya.. itu yang perwakilan dari berbagai negara. iya, di jawa juga ada cuma bedanya pakai daun pisang
HapusAsyik banget neh mbak anggi, ditunggu cerita selanjutnya
BalasHapusiya mbak, setelah ini ditulis kisah selanjutnya
Hapus