anggi_putri
Tidak terasa menginjak hari ke tujuh
puasa. Angka tujuh merupakan angka kesukaanku. Semalam aku berpikir adakah
kejadian indah di balik angka tujuh. Kata orang-orang jawa saja angka tujuh
mengandung arti ‘pitulugan’ atau dalam bahasa Indonesianya pertolongan.
Setelah shalat dzuhur aku membuka
layar laptop. Menyalakan koneksi modem dan membuka layar biru. Ya, facebook.
Dunia maya yang tak ada habisnya. Seperti biasa melalui chat inbox aku
bercakap-cakap dengan teman-teman penulis, dengan adik kelas, dan orang yang
baru kukenal di layar biru.
Awalnya aku chatting dengan Sindi,
membahas proyek kami yang akan membuat buku duet tentang kehidupan segment
dewasa. Kami ingin membuat tulisan mengenai arti kehidupan. Yang
menginspirasilah intinya.
Beberapa saat kemudian aku membahas
acara besok di sebuah terminal sastra di kota Mojokerto dengan rekan menulis.
Tiap satu bulan ke depan acara itu diselenggarakan. Pertemuan penulis dan
pembaca. Dari sana aku dapat mengeruk banyak ilmu dari penulis-penulis senior.
Aku
tercengang ketika ada seseorang mengirimi aku pesan yang berisi bahwa dirinya
akan membuat status dan aku dimintanya memberi komentar. Aku mengiyakan hal itu
tanpa pikir banyak. Sungguh, aku terlalu ceroboh. Aku mengira yang akan dibuat
adalah status biasa layaknya teman-temanku yang membuat status-status alay,
status yang meluapkan hatinya terkini. Terkadang aku berpikir apakah saat ini
ada breaking news ungkapan hati, hehe ...
KEPADA SESEORANG YANG
KUPANGGIL NDUK
(part XIX)
pada malam yang cahaya
ku pinang engkau pada purnama
angsoka suka cita
mahar mayapada
sajadah semesta
pada malam cahaya raya
ku pinang engkau pada
Nya
Bondowoso, 5 Juli 2014
11.45 wib
Mataku mengerjap penasaran tentang
aksud penulisan sajak tersebut. Aku sangat bingung mau jawab dengan kata-kata
seperti apa. Apakah aku harus membalas dengan sajak pula?
“Aku harus komen bagaimana?”
tanyaku.
“Terserah. Tadi kan sudah janji,
janji adalah hutang.”
Akhirnya aku menulis satu kalimat
untuk membuatnya kesal.
Puisinya
selalu keren J
“Waaa ... padahal aku nggak pengen komen seperti itu coba
bukan puasaan, aku nangis dah,” ucapnya. Aku tertawa membaca kalimatnya.
Aku mengerti sajak itu, namun aku
tak kuasa membalasnya. Aku takut. Aku masih punya banyak hal belum terwujud.
Jadi, maaf ...
***
0 komentar :
Posting Komentar