Pesona Dewi (Desa Wisata)
merupakan acara yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Malang pada
tanggal 10-11 Agustus 2016. Acaranya
terdiri dari bazar potensi wisata dari 15 Desa Wisata, festival seni
budaya, pagelaran wayang, dan lomba kampung tempo dulu. Pesona Dewi 2016
dilaksanakan di Desa Pujonkidul Kabupaten Malang.
Beruntung saya bisa menikmati
acara dari awal sampai selesai. Ada banyak keunikan yang terdapat selama acara
berlangsung baik dari segi penampilan, hasil alam, bahkan keunikan acaranya.
Berikut saya rangkum dalam 9 keunikan Pesona Dewi 2016.
1. Kental Tari-Tarian
Tari merupakan
sambutan paling sakral untuk sebuah acara kebudayaan. Dalam Pesona Dwi 2016,
tari menjadi kesan baik pertama yang saya lihat dan tangkap. Dalam pembukaan
Pesona Dewi 2016 tepat sebelum pemotongan pita oleh Pak Bupati, Drs. H. Rendra
Kresna, terlebih dahulu iringan sambutan tari digelar sekitar 10 menit.
Penarinya pun cukup unik, karena terdiri dari anak-anak Sekolah Dasar (SD).
Tari penyambutan |
2. Tempat Sampah dan Bibit Pucuk Merah
Setelah pidato
dari Bupati dan Kepala Desa Pujonkidul,
terdapat penyerahan secara simbolis tempat sampah kepada setiap Desa Wisata dan
tanaman pucuk merah untuk Desa Pujonkidul. Cukup menarik bukan? Kenapa tempat
sampah dan bibit pucuk merah? Perlu diketahui, tempat sampah adalah barang
sederhana tetapi sering dilupakan khususnya di tempat-tempat wisata.
Tempat sampah
memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan Desa Wisata. Coba
saja bayangkan jika tak ada tempat sampah, maka hanya dalam waktu sebentar
sampah-sampah akan berserakan dimana-mana dan merusak pemandangan. Bibit pucuk
merah sendiri merupakan pilihan Desa Pujonkidul. Sebenarnya, tiap desa boleh
memilih tanaman apapun sebagai ikon desa yakni harus ada di setiap rumah di desa
itu. Pujonkidul memilih pucuk merah.
3. Cabai unik Khas Masyarakat Ngadas
Cabai biasa
sudah sering kita lihat, tapi kalau cabai Ngadas ini pasti jarang ditemui di
tempat lain. Cabai Ngadas bentuknya hampir bulat, tapi sebagian berbentuk
lonjong dan ukurannya lima kali lipat cabai biasa. Awalnya saya sempat tertipu
dan mengira cabai itu adalah buah. Setelah dijelaskan oleh penjaga stan,
barulah saya tercengang kalau benda yang digantung berwarna merah ini adalah
cabai.
Cabai Ngadas |
Saya memutuskan
untuk membelinya. Sesampainya di rumah, saya membuat sambal dengan dua buah
cabai ini. Alhasil, pedasnya nendang. Rasa pedasnya 10 kali lipat dari cabai
biasa. Ternyata tidak hanya bentuknya yang super tetapi juga rasanya tak kalah
super.
4. Penampilan Wong Ireng
Ada yang unik
saat Festival Seni Budaya saat itu. Satu penampilan yang menjadi sorotan yakni
Wong Ireng (Orang Hitam). Benar sekali, orang-orang yang akan tampil sengaja
dicat berwarna hitam seluruh tubuhnya. Penonton sangat antusias dengan usaha
mengecat yang dilakukan oleh perwakilan salah satu Desa Wisata, yaitu Selorejo.
5. Jalan-jalan ke Sawah sebagai Objek Wisata Baru
Awalnya memang
sempat bertanya-tanya kenapa ke sawah saja dijadikan sebagai objek wisata.
Namun karena penasaran, di hari kedua saya pun pergi ke sawah desa Pujonkidul.
Letaknya tidak jauh dari kantor Balai Desa. Cukup dengan berjalan kaki sekitar
10 menit maka sampailah di sebuah gapura
sawah yang terbuat dari kayu.
Baca juga: Weekend di Kepanjen, Malang
Sawah yang
menjadi objek wisata sangat luas dengan pemandangan gunung di sisi kanan dan kirinya. Tak dapat dipungkiri, saat
berada di sawah otak dan pikiran menjadi fresh kembali. Patut dicoba sebagai
refreshing dari kejenuhan bekerja,
sekolah, maupun urusan lainnya. Mau tahu panoramanya? Klik disini.
6. Olahan Susu Khas Pujonkidul
Pujonkidul
merupakan penghasil susu terbaik di Kabupaten Malang. Saya pun sudah datang
langsung ke tempat sapi-sapi yang menghasilkan susu tersebut. Tempatnya bersih
dan sapi-sapi dirawat dengan baik. Tidak heran kalau susu yang dihasilkan pun
sangat enak. Olahan susu tersebut selain susu murni aneka rasa juga terdapat
yougurt, stik susu, dan emping susu. Saya paling suka yougurt-nya. Lain waktu
harus dicoba lagi kesana.
Susu dan Yougurt |
7. Pengenalan Desa Wisata
Dari
masing-masing stan yang menampilkan potensi Desa Wisatanya punya cara
masing-masing. Ada yang membawa brosur-brosur untuk memudahkan pengunjung tahu
tentang wisatanya, ada yang membawa hasil olahan dari alam di desanya, ada yang
membawa hasil kerajinan desanya seperti tas dari batok kelapa dan lain
sebagainya.
Hasil kerajinan |
Brosur Desa Wisata |
8. Tambur
Apa sih tambur?
Tambur adalah makanan yang terbuat dari ikan-ikan kecil (baby fish) yang
dilumuri bumbu kemudian digoreng hingga benar-benar kering. Ikan dengan panjang
tidak lebih dari 1 sentimeter itu mampu diolah dan menjadi pemasukan yang luar
biasa. Pemikiran kreatif rupanya sudah mengakar dalam masyarakat Desa Wisata.
Tambur memiliki gizi yang tinggi dan
banyak mengandung protein.
9. Warung Tempo Dulu
Seolah kembali ke
jaman dulu yang rasa tradisional masih
kental. Lomba Kampung Tempo Dulu merupakan lomba yang diadakan desa Pujonkidul
dimana setiap RT harus membuat warung tempo dulu yang menjajakan makanan
tradisional. Saya menemukan makanan-makanan yang sudah jarang ditemui, seperti
lepet madura, horog-horog, pudding susu, ronde, ketan sambal, dan soto dengan
mangkuk yang terbuat dari tanah liat. Minumannya pun disajikan dengan gelas
yang terbuat dari batok kelapa. Sangat menarik dan unik.
deretan Warung Tempo Dulu |
Maaak, cabe Ngadasnya bikin penasaran. Belom pernah tahu, belom pernah lihat dan belom pernah nyobaaak, :D
BalasHapusBisa coba mak, langsung ke Ngadas, Malang. Hehe.. Puedess pol
HapusMaaak, cabe Ngadasnya bikin penasaran. Belom pernah tahu, belom pernah lihat dan belom pernah nyobaaak, :D
BalasHapussekali-kali dicoba Makk ... puedes pol
Hapuscabainya besar banget... kaya cabe biasa ga tuh rasanya
BalasHapus..
Rasanya lebih pedas dari cabai biasa. Dan biji cabainya warnanya hitam.
Hapuswah bagus ya , semua ditampilkan
BalasHapusIya semua desa wisata di kabupaten Malang.
Hapuswahhh baru tau di malang ada wisata unik. noted next musti dicoba nih
BalasHapusHarus dicoba satu per satu. Traveling..
Hapus