“Pengidap kusta harus dikucilkan?”
Sebuah
stigma yang berkembang di masyarakat sampai saat ini dan bahkan saya pun pernah
menemuinya. Pernah salah satu tetangga mengidap penyakit kusta dan secara
otomatis lingkungan seakan menolak keberadaannya. Padahal, mereka pun butuh
dukungan dari lingkungan untuk semangat sembuh.
Barangkali minimnya wawasan tentang penyakit kusta inilah yang membuat masyarakat masih takut jika penyakit ini seketika menular pada diri mereka dan keluarga.
Tak bisa dipungkiri di beberapa wilayah di Indonesia lainnya juga masih banyak kasus disabilitas yang disebabkan penyakit Kusta. Sehingga tingkat diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas masih cukup tinggi.
Apa Itu Penyakit Kusta?
Penyakit
Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan Mycobacterium leprae yang
pertama kali menyerang susunan saraf tepi, kemudian menyerang kulit, mukosa
(mulut) saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot,
tulang dan testis. Perlu diketahui, kusta bukanlah
penyakit kutukan atau guna-guna.
"Kusta adalah penyakit keturunan"
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menyatakan bahwa 95 persen orang tubuhnya mampu melawan bakteri penyebab kusta sehingga tak menyebabkan penyakit ini muncul. Berbeda dengan intensitas yang dilakukan oleh keluarga setiap harinya.
Ciri-Ciri Penyakit Kusta
Penyakit
kusta ini hampir mirip dengan COVID-19, sama-sama bisa menular melalui sentuhan
kulit maupun droplet, serta sama-sama menyerang sistem imun kita. Biar lebih
jelas berikut rangkuman ciri-ciri penyakit kusta:
- Kulit mati rasa. Kulit kehilangan kemampuan dalam merasakan suhu, sentuhan, tekanan, dan rasa sakit
- Muncul lesi pucat yang berwarna lebih terang dan menebal di kulit
- Ada bercak putih yang dikira panu. Kalau bercak putihnya terasa gatal, berarti itu panu. Tapi kalau bercak putihnya tidak terasa apa-apa, maka itu kusta
- Muncul luka tapi tidak terasa sakit
- Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
- Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
- Kehilangan alis dan bulu mata
- Mata menjadi kering dan jarang mengedip
- Luka di tangan atau kaki bisa menyebabkan hilangnya jari tangan atau jari kaki
- tidak bisa sembuh dengan minum obat kulit biasa
Mengapa Kusta Masuk Kategori Disabilitas?
Perlu
diketahui, penyandang disabilitas merupakan orang yang memiliki
keterbatasan fisik, intelektual, mental,
maupun sensorik dalam jangka panjang. Ketika ia berhadapan dengan berbagai
hambatan, penyakit ini menyulitkannya untuk berpartisipasi penuh dalam
masyarakat berdasarkan persamaan hak.
Kusta
menyerang tubuh secara perlahan. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan imun
manusia. Jika imun dalam keadaan lemah, maka bakteri akan berkembang dengan
baik. Kondisi ini pun bisa berdampak pada kerusakan saraf.
Penderita
kusta menjadi kebal terhadap nyeri karena sarafnya rusak. Sehingga mereka
mengalami kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Jadi mereka
tidak merasakan sakit meskipun jari mereka copot.
Karena
tidak merasakan sakit, penderita kusta tidak merasakan saat jarinya diserap
oleh jaringan tubuhnya sehingga tampak memendek. Kondisi cacat yang dialami
penderita kusta menyebabkan disabilitas sehingga mereka tidak dapat beraktivitas
seperti orang normal karena kecacatannya baik di tangan, kaki, maupun mata.
Selain
disabilitas pada fisik penderita/ yang terdampak kusta yang masih stigma
di masyarakat tambah memperparah penderitaan seorang penderita kusta.
Cara Mengobati Kusta
Informasi
mengenai kusta dan disabilitas banyak saya dapatkan dari Webinar di Channel
Youtube KBR. Saya merasa sedang mengikuti kuliah umum dengan topik bahasan Geliat
Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusif Disabilitas di Tengah Pandemi.
Dalam
webinar tersebut, singkatnya cara mengatasi kusta yakni dengan menekan
tumbuhnya bakteri penyebab kusta dan mengerti ciri-ciri penyakit itu sendiri.
Maka, kita seharusnya melakukan identifikasi sendiri sejak dini.
Kalau
merasakan ciri-ciri kusta telah timbul di tubuh kita, maka langkah selanjutnya
yaitu datang ke layanan medis terdekat untuk memeriksakan diri lebih lanjut. Jika
diidentifikasi menderita kusta, maka dokter akan memberikan penanganan melalui
obat-obatan dan tindakan pembedahan. Pembedahan ini bertujuan untuk:
- Menormalkan fungsi saraf yang rusak
- Memperbaiki bentuk tubuh pengidap yang cacat
- Mengembalikan fungsi anggota tubuh
Cara Penanganan Kusta Saat Pandemi
Sama
halnya yang dilakukan oleh Komarudin, S.Sos.M.Kes sebagai Wasor Kusta Kab Bone
dan DR. Rohman Budijanto SH MH sebagai Direktur Eksekutif The Jawa Pos
Institute of Pro-Otonomi-JPIP Lembaga Nirlaba Jawa Pos yang bergerak di bidang
otonomi daerah pada acara webinar ruang publik yang diselenggarakan oleh NLR
dan Berita KBR.
Para
petugas dan warga Kabupaten Bone sadar mengenai berbahayanya penyakit kusta dan
COVID-19. Menariknya, mereka mengusung slogan “ya tutu ya upe’ ya ya capa’ ya
cilaka” yang artinya adalah yang berhati-hatilah yang beruntung (selamat) dan
yang lalai yang bakal celaka.
Para
petugas kesehatan Kabupaten Bone akan datang ke rumah-rumah untuk mendeteksi
gejala penyakit kusta yang mungkin diderita warga. Mereka menerapkan program
RGO, yaitu Rendam, Gosok, Oles.
Maksud
dari RGO yakni rendam kaki selama 20 menit di air dingin, gosok secara lembut
dan perlahan di bagian tubuh yang menebal atau apakah ada luka, lalu oleskan
dengan minyak pada jari tangan dan kaki untuk mencegah kulit kering dan
pecah-pecah.
Jika
warga memiliki ciri-ciri terkena kusta, maka mereka akan dibawa ke puskesmas
untuk menjalani pengobatan sesuai prosedur.
Jadi,
pandemi tidak menghalangi para petugas kesehatan untuk memberantas kusta. Hal
ini terbukti bahwa angka prevalensi penyakit kusta di Kabupaten Bone mengalami
penurunan yang signifikan.
Sebelum
pandemi terdapat 2,5 penderita per 10.000 penduduk, kini di masa pandemi
tinggal 1,7 penderita per 10.000 penduduk. Ternyata pandemi tidak menghalangi
penurunan jumlah penyandang kusta.
Lalu
bagaimana cara membantu penyandang disabilitas?
- Harus ada strategi khusus untuk berkembangnya inklusif disabilitas, yaitu: peningkatan kapasitas kerja bagi disabilitas.
- Melakukan kampanye program dan perekrutan angkatan kerja tetap.
- Peningkatan dan pelatihan kesiapan kerja bagi angkatan kerja disabilitas.
- Perluasan kesempatan kerja pada perusahaan dan penempatan kerja disabilitas.
- Adanya peluang angkatan kerja disabilitas untuk memasuki dunia kerja atau mengikuti peluang peningkatan kapasitas lain.
Dukungan
menjadi hal paling berharga dan bisa membantu para Orang Penyandang Kusta untuk
tetap optimis dan semangat dalam menjalani hidup.
Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi? Di sekitarmu apakah pernah juga ada yang mengidap kusta? Sharing di kolom komentar yuk!
0 komentar :
Posting Komentar