Malam begitu cepat
hadir. Rembulan tak lagi ditemani kerlip bintang yang bertaburan di langit.
Seperti biasa, hawa dingin perlahan menusuk kulit melalui pori-pori. Jaket bulu
tebal yang dikenakan Goldie, Corrin, dan Jeremy tak lagi terasa hangat. Ketiga
sahabat itu mulai memeluk tubuh mereka masing-masing. Hari ini tepat seminggu
setelah kematian orang tua Goldie. Setelah kepulangannya dari rumah salah
seorang kerabat, Ayah dan Ibu Goldie mengalami kecelakaan di sebuah jalan
menuju kota. Kini Goldie tinggal bersama Kakak angkatnya di sebuah rumah
peninggalan orang tuanya yang tebilang cukup besar. Corrin dan Jeremy sering
kali menginap di tempat Goldie untuk menghilangkan kejenuhan sahabatnya itu.
Tepat beberapa hari mereka menginap di rumah Goldie, Corrin mendapati hal yang
aneh pada diri Goldie. Setiap malam menjelang Goldie mengerang kesakitan serta
mencengkeram lehernya kuat-kuat. Jeremy sempat menanyakan penyebab dan jenis
penyakit Goldie, namun sahabatnya itu hanya menjawab sedang terserang radang di
tenggorokannya.
"Goldie! Kenapa tenggorokanmu selalu
begini tiap malam menjelang?" tanya Jeremy penasaran.
"Entahlah, mungkin sakit tenggorokan
biasa. Namun ... aku merasakan haus yang mencekik tenggorokanku akhir-akhir
ini, Je," ucap Goldie sembari memegang lehernya.
"Aneh. Tiap kali
kamu sakit, apa kamu sudah coba untuk minum?" Goldie menganggukkan kepala
perlahan.
"Tapi tak cukup membantu, rasa haus itu
masih menerjang diriku." "Kurasa ... ini hal serius, Gold. Kita harus
mencari tahu hal ini."
Mereka mencari tahu
tentang penyakit Goldie. Sudah seharian mereka berada di perpustakaan, tapi tak
ada satu pun buku yang membahas penyakit Goldie. Mereka hampir putus asa
karenanya. Semakin hari rasa sakit itu semakin kuat dan menyiksanya .
Pada suatu malam,
Jeremy mendapati Goldie tertunduk sendiri di taman belakang rumah. Jeremy
sengaja tidak langsung memanggil gadis itu, Jeremy hanya mengendap-endap
mendekati Goldie yang gerak-geriknya mulai aneh. "Goldie ...."
panggil Jeremy dengan nada suara yang bergetar. Betapa kagetnya Jeremy ketika
mendapati Goldie, sahabat serta gadis yang dicintainya diam-diam itu penuh
darah. Di tepi bibirnya berlumuran darah, mata cantik itu kini berubah merah
nanar, menikam tajam. Namun ketika menatap mata itu lekat, Jeremy mendapati
sebuah kesedihan di sana.
"Goldie, kau tak apa?"
"Pergilah Je,
biarkan aku sendiri. Aku ini monster!"
"Tidak! Kamu bukan
..."
"Sudahlah, kamu
telah tahu semuanya. Ya, aku mendapat kutukan menjadi vampir. Tiap malam aku
selalu merasa haus, leherku seperti tercekik. Aku terpaksa memakan kelinci itu,
Je. Aku jahat, Je." Dengan sekali raih, Je menarik Goldie ke dalam
dekapannya. Dia tak ingin Goldie bersedih dan menderita dengan apa yang
dideranya saat ini.
***
"Kita harus
menghapus kutukan itu, Gold," ucap Corrin di tengah sarapan.
"Kau
memberitahunya?" tanya Goldie pada Jeremy.
"Maafkan aku,
Corrin sahabat kita juga, dia perlu tahu."
"Baiklah ...
sekarang kalian sudah tahu siapa aku," ucap Goldie sambil meletakkan
garpunya.
"Sudahlah, kami
mengerti semua itu bukan keinginanmu."
"Kutukan itu bisa
musnah dengan sebuah mantra," kata Goldie tiba-tiba.
"Mantra?"
seru Jeremy dan Corrin bersamaan.
"Ya, mantra yang ada di dalam sarung
pedang merah delima."
"Lantas di mana pedang itu
sekarang?" tanya Corrin penasaran.
"Di gua keramat di
tengah hutan."
"Kalau begitu kita besok berangkat. Kamu
harus sembuh," sergah Jeremy.
"Kalian gila! Itu
berbahaya."
"Tak ada yang berbahaya untuk
menyelamatkan sahabat, Gold," timpal Corrin seraya memeluk Goldie.
***
"Kukukukukukuuukk"
terdengar suara burung hantu yang menemani perjalanan ketiga sahabat itu menuju
gua keramat.
"Ternyata tak sesulit yang kubayangkan, sejauh
ini perjalanan kita lancar saja tanpa gangguan,"ujar Corrin saat mereka
tengah beristirahat.
"Ini belum apa-apa Corrin, perjalanan
kita masih panjang jangan senang dulu,"ujar Goldie.
"Ya Goldie benar Corrin, lebih baik kita
tidur agar besok dapat melanjutkan perjalanan,"tegas Jeremy. Mereka pun
bergegas untuk tidur, tanpa mereka sadari ada sosok yang tengah mengawasi
mereka.
Corrin mengendap-endap
mendekati semak-semak yang sedari tadi bergoyang. Hatinya cukup takut, namun
segera ditepisnya takut yang singgah dalam dirinya itu.
"Siapa?"
Dengan sekejap muncul seekor serigala besar yang menakutkan. Giginya sangat
tajam. Corrin mengambil ancang-ancang untuk berlari. Namun terlambat! Kakinya
telah dikunci oleh kekuatan gaib serigala.
"Lepaskan! lepaskan aku! Tolonggg! Goldie
... Jeremy!" teriak Corrin tak karuan. Beberapa saat kemudian kedua
sahabatnya datang. Namun seperti biasa, Goldie telah berubah menjadi vampir.
"Lepaskan dia!"
"Akhirnya kau
muncul juga," ucap serigala dengan tatapan menusuk. "Siapa kau?"
tanya Je.
"Hahaha, aku adalah orang yang memberi
kutukan itu."
"Kurang ajar!" desis Je emosi.
"Kamu tidak akan terbebas dari darah
vampir, Gold. Karena mantra pelepas kutukan ada di dalam gua." Setelah
mengatakan demikian, serigala itu menghilang.
***
Malam ini bulan
terlihat bulat, purnama. "Je ... ak ... aku ...."
"Kamu kenapa
Goldie?" Rasa haus itu kembali menyerang tenggorokannya. Perlahan Goldie
mencengkeram leher Jeremy. "Hentikan aku, Je. Ini bukan diriku."
"Tidak! Aku tak bisa membiarkanmu
kesakitan, Gold. Minumlah darahku. Hilangkan dahagamu ...." Taring tajam
itu perlahan menembus kulit lelaki tampan yang ada di depannya. Hati kecilnya
menolak, namun raganya menginginkan darah. Serrrr ... Darah Je mulai meluber.
Sedangkan Goldie mengisap sembari meneteskan air mata penyesalan.
"Jangan menangis, aku tak apa. Terus ...
kan," ucap Je sembari menahan sakit.
***
Malamnya saat semua
tertidur, Goldie pergi meninggalkan sahabatnya. "Aku harus pergi, aku
tidak mau kalian terluka karena aku,"ujar Goldie lirih. Ia pun segera
pergi mencari gua keramat. Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya Goldie
dapat menemukan gua keramat itu dan masuk ke dalamnya untuk mengambil pedang
merah delima, tapi pedang itu dijaga oleh serigala yang tempo hari menyerang
Corrin. "Akhirnya kau datang juga," ujar serigala.
"Di mana pedang merah delima itu? Berikan
padaku!" ucap Goldie lantang. Tapi serigala itu malah menyerangnya, jiwa
vampir Goldie pun keluar. Pertarungan sengit itu diakhiri dengan kekalahan
Goldie. "Hmmm, kau akan mati menyusul kedua orang tuamu." Serigala
itu berkata lantang "Aaakkhhhh" tiba tiba serigala itu jatuh
tersungkur dan mati." Goldie kamu tak apa, kan?" Jeremy yang telah
memanahnya dengan anak panah yang terbuat dari tanduk rusa yang menjadi
kelemahan sang serigala. Goldie pun segera mengambil pedang merah delima dan
membaca mantranya
"Habis gelap
terbitlah terang," ucap nya lantang.
"Akkkkhhhhhhhh." Tubuh Goldie
terbalut oleh cahaya merah nanar.
***
Bulan purnama telah
tiba, Corrin dan Jeremy sudah menunggu saat ini tiba. Kembalinya sahabat
mereka, Goldie.
"Jeremy,"
ujar Goldie lirih.
"Goldieee!" teriak Corrin yang
langsung memeluknya begitupun Jeremy. Kutukan itu pun sirna di bawah pancaran
sinar bulan purnama.
0 komentar :
Posting Komentar