Rabu, 07 Mei 2014

Mantra Merah Delima



Malam begitu cepat hadir. Rembulan tak lagi ditemani kerlip bintang yang bertaburan di langit. Seperti biasa, hawa dingin perlahan menusuk kulit melalui pori-pori. Jaket bulu tebal yang dikenakan Goldie, Corrin, dan Jeremy tak lagi terasa hangat. Ketiga sahabat itu mulai memeluk tubuh mereka masing-masing. Hari ini tepat seminggu setelah kematian orang tua Goldie. Setelah kepulangannya dari rumah salah seorang kerabat, Ayah dan Ibu Goldie mengalami kecelakaan di sebuah jalan menuju kota. Kini Goldie tinggal bersama Kakak angkatnya di sebuah rumah peninggalan orang tuanya yang tebilang cukup besar. Corrin dan Jeremy sering kali menginap di tempat Goldie untuk menghilangkan kejenuhan sahabatnya itu. Tepat beberapa hari mereka menginap di rumah Goldie, Corrin mendapati hal yang aneh pada diri Goldie. Setiap malam menjelang Goldie mengerang kesakitan serta mencengkeram lehernya kuat-kuat. Jeremy sempat menanyakan penyebab dan jenis penyakit Goldie, namun sahabatnya itu hanya menjawab sedang terserang radang di tenggorokannya.


 "Goldie! Kenapa tenggorokanmu selalu begini tiap malam menjelang?" tanya Jeremy penasaran.
 "Entahlah, mungkin sakit tenggorokan biasa. Namun ... aku merasakan haus yang mencekik tenggorokanku akhir-akhir ini, Je," ucap Goldie sembari memegang lehernya.
"Aneh. Tiap kali kamu sakit, apa kamu sudah coba untuk minum?" Goldie menganggukkan kepala perlahan.
 "Tapi tak cukup membantu, rasa haus itu masih menerjang diriku." "Kurasa ... ini hal serius, Gold. Kita harus mencari tahu hal ini."
Mereka mencari tahu tentang penyakit Goldie. Sudah seharian mereka berada di perpustakaan, tapi tak ada satu pun buku yang membahas penyakit Goldie. Mereka hampir putus asa karenanya. Semakin hari rasa sakit itu semakin kuat dan menyiksanya .
Pada suatu malam, Jeremy mendapati Goldie tertunduk sendiri di taman belakang rumah. Jeremy sengaja tidak langsung memanggil gadis itu, Jeremy hanya mengendap-endap mendekati Goldie yang gerak-geriknya mulai aneh. "Goldie ...." panggil Jeremy dengan nada suara yang bergetar. Betapa kagetnya Jeremy ketika mendapati Goldie, sahabat serta gadis yang dicintainya diam-diam itu penuh darah. Di tepi bibirnya berlumuran darah, mata cantik itu kini berubah merah nanar, menikam tajam. Namun ketika menatap mata itu lekat, Jeremy mendapati sebuah kesedihan di sana.
 "Goldie, kau tak apa?"
"Pergilah Je, biarkan aku sendiri. Aku ini monster!"
"Tidak! Kamu bukan ..."
"Sudahlah, kamu telah tahu semuanya. Ya, aku mendapat kutukan menjadi vampir. Tiap malam aku selalu merasa haus, leherku seperti tercekik. Aku terpaksa memakan kelinci itu, Je. Aku jahat, Je." Dengan sekali raih, Je menarik Goldie ke dalam dekapannya. Dia tak ingin Goldie bersedih dan menderita dengan apa yang dideranya saat ini.

***
"Kita harus menghapus kutukan itu, Gold," ucap Corrin di tengah sarapan.
"Kau memberitahunya?" tanya Goldie pada Jeremy.
"Maafkan aku, Corrin sahabat kita juga, dia perlu tahu."
"Baiklah ... sekarang kalian sudah tahu siapa aku," ucap Goldie sambil meletakkan garpunya.
"Sudahlah, kami mengerti semua itu bukan keinginanmu."
"Kutukan itu bisa musnah dengan sebuah mantra," kata Goldie tiba-tiba.
"Mantra?" seru Jeremy dan Corrin bersamaan.
 "Ya, mantra yang ada di dalam sarung pedang merah delima."
 "Lantas di mana pedang itu sekarang?" tanya Corrin penasaran.
"Di gua keramat di tengah hutan."
 "Kalau begitu kita besok berangkat. Kamu harus sembuh," sergah Jeremy.
"Kalian gila! Itu berbahaya."
 "Tak ada yang berbahaya untuk menyelamatkan sahabat, Gold," timpal Corrin seraya memeluk Goldie.
***
"Kukukukukukuuukk" terdengar suara burung hantu yang menemani perjalanan ketiga sahabat itu menuju gua keramat.
 "Ternyata tak sesulit yang kubayangkan, sejauh ini perjalanan kita lancar saja tanpa gangguan,"ujar Corrin saat mereka tengah beristirahat.
 "Ini belum apa-apa Corrin, perjalanan kita masih panjang jangan senang dulu,"ujar Goldie.
 "Ya Goldie benar Corrin, lebih baik kita tidur agar besok dapat melanjutkan perjalanan,"tegas Jeremy. Mereka pun bergegas untuk tidur, tanpa mereka sadari ada sosok yang tengah mengawasi mereka.
Corrin mengendap-endap mendekati semak-semak yang sedari tadi bergoyang. Hatinya cukup takut, namun segera ditepisnya takut yang singgah dalam dirinya itu.
"Siapa?" Dengan sekejap muncul seekor serigala besar yang menakutkan. Giginya sangat tajam. Corrin mengambil ancang-ancang untuk berlari. Namun terlambat! Kakinya telah dikunci oleh kekuatan gaib serigala.
 "Lepaskan! lepaskan aku! Tolonggg! Goldie ... Jeremy!" teriak Corrin tak karuan. Beberapa saat kemudian kedua sahabatnya datang. Namun seperti biasa, Goldie telah berubah menjadi vampir. "Lepaskan dia!"
"Akhirnya kau muncul juga," ucap serigala dengan tatapan menusuk. "Siapa kau?" tanya Je.
 "Hahaha, aku adalah orang yang memberi kutukan itu."
 "Kurang ajar!" desis Je emosi.
 "Kamu tidak akan terbebas dari darah vampir, Gold. Karena mantra pelepas kutukan ada di dalam gua." Setelah mengatakan demikian, serigala itu menghilang.
 ***
Malam ini bulan terlihat bulat, purnama. "Je ... ak ... aku ...."
"Kamu kenapa Goldie?" Rasa haus itu kembali menyerang tenggorokannya. Perlahan Goldie mencengkeram leher Jeremy. "Hentikan aku, Je. Ini bukan diriku."
 "Tidak! Aku tak bisa membiarkanmu kesakitan, Gold. Minumlah darahku. Hilangkan dahagamu ...." Taring tajam itu perlahan menembus kulit lelaki tampan yang ada di depannya. Hati kecilnya menolak, namun raganya menginginkan darah. Serrrr ... Darah Je mulai meluber. Sedangkan Goldie mengisap sembari meneteskan air mata penyesalan.
 "Jangan menangis, aku tak apa. Terus ... kan," ucap Je sembari menahan sakit.
 ***
Malamnya saat semua tertidur, Goldie pergi meninggalkan sahabatnya. "Aku harus pergi, aku tidak mau kalian terluka karena aku,"ujar Goldie lirih. Ia pun segera pergi mencari gua keramat. Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya Goldie dapat menemukan gua keramat itu dan masuk ke dalamnya untuk mengambil pedang merah delima, tapi pedang itu dijaga oleh serigala yang tempo hari menyerang Corrin. "Akhirnya kau datang juga," ujar serigala.
 "Di mana pedang merah delima itu? Berikan padaku!" ucap Goldie lantang. Tapi serigala itu malah menyerangnya, jiwa vampir Goldie pun keluar. Pertarungan sengit itu diakhiri dengan kekalahan Goldie. "Hmmm, kau akan mati menyusul kedua orang tuamu." Serigala itu berkata lantang "Aaakkhhhh" tiba tiba serigala itu jatuh tersungkur dan mati." Goldie kamu tak apa, kan?" Jeremy yang telah memanahnya dengan anak panah yang terbuat dari tanduk rusa yang menjadi kelemahan sang serigala. Goldie pun segera mengambil pedang merah delima dan membaca mantranya
"Habis gelap terbitlah terang," ucap nya lantang.
 "Akkkkhhhhhhhh." Tubuh Goldie terbalut oleh cahaya merah nanar.
***
Bulan purnama telah tiba, Corrin dan Jeremy sudah menunggu saat ini tiba. Kembalinya sahabat mereka, Goldie.
"Jeremy," ujar Goldie lirih.
 "Goldieee!" teriak Corrin yang langsung memeluknya begitupun Jeremy. Kutukan itu pun sirna di bawah pancaran sinar bulan purnama.

0 komentar :

Posting Komentar