Setiap bangsa pasti memiliki kebudayaan.
Budaya merupakan suatu hasil karya, cipta, rasa, dan karsa manusia. Dengan
budaya suatu kelompok masyarakat mampu menonjolkan kreativitasnya, serta mampu
menjadikan budaya sebagai identitas diri bangsa secara turun temurun. Dengan
budaya suatu kelompok masyarakat mampu mengetahui serta mempelajari budaya
mereka sendiri sekaligus membandingkan budayanya dengan budaya kelompok
masyarakat yang lain. Wujud kebudayaan di Indonesia yang beraneka ragam membuat
Indonesia kaya akan budaya, akan tetapi budaya yang tampak secara nyata hanya
terfokus pada seni tari, pakaian, rumah adat, lagu, musik daerah, alat musik,
gambar, dan patung.
Kebudayaan di Indonesia saat ini
cenderung mulai luntur akibat pengaruh budaya luar, bukan hanya kebudayaan saja
tetapi juga dalam bidang pendidikan dan teknologi. Budaya yang mencakup bidang tertentu
tanpa ada suatu pembaharuan dalam kebudayaan akan terasa hambar. Mengapa tidak
ada yang berpikir bahwa suatu karya sastra bisa menjadi budaya? Hal inilah yang
akan menjadi inovasi terhadap kebudayaan siswa SMA saat ini.
Karya sastra merupakan suatu hasil
kreativitas yang diciptakan oleh pengarang untuk mengekspresikan jiwa, emosi,
dan perasaannya. Ketika seseorang merasa dalam keadaan labil terkadang ia akan
mengungkapkannya lewat sebuah karya sastra, baik itu berupa puisi, cerpen,
novel, dan sebagainya. Bentuk karya sastra ada dua macam, yakni karya sastra
yang berbentuk prosa dan nonprosa. Baik dalam bentuk prosa maupun nonprosa,
melalui keindahan kata dan pilihan kata yang imajinatif dan puitis membuat karya
sastra menjadi suatu hasil karya yang memiliki value (nilai) tersendiri bagi pembacanya. Banyak karya-karya sastra
yang telah memotivasi pembacanya, memberikan gambaran atau kritik kepada suatu
keadaan yang tidak seimbang sekaligus mempengaruhi pembacanya tertarik untuk
ikut berkarya. Akan tetapi, minat siswa khususnya siswa SMA pada sastra yang
sekarang cenderung mengalami stagnasi atau kemacetan. Hal ini membuat karya
sastra terkadang hanya dipandang sebelah mata. Padahal dengan karya sastra akan
lebih kreatif dalam mengolah kata-kata, mengeksplorasi bahasa, dan menjadikan
bahasa sebagai acuan utama masyarakat untuk maju. Bahasa yang notabene adalah bagian
dari kebudayaan, karena bahasa juga digunakan untuk menyampaikan pesan
kebudayaan pada bangsa lain.
Hakikat menulis itu sendiri adalah menulis itu kerja kreatif. Menulis
itu menciptakan atau membangun sebuah dunia. Menulis dibagi dalam dua bagian,
yaitu creative writing (menulis kreatif) dan academic writing (menulis
akademis). Creative writing (menulis kreatif) melibatkan emosi dan
hati nurani di dalamnya, di mana penulis sebagai 'penguasa' bagi suatu
kehidupan yang diciptakannya, meliputi novel, cerpen, puisi, repertoire. Creative
writing termasuk dalam fiksi atau fiction yang
mengandung pengertian data atau fakta tidak penting, data bisa dijadikan titik
pijak tetapi tidak mutlak, logikanya khas dunia fiksi dan argumentasi khas
fiksi atau berdasarkan imajinasi. Sedangkan academic writing (menulis
akademis) meliputi kolom, tajuk rencana atau editorial, opini atau
pendapat, feature, petunjuk praktis atau tips, investigative
reporting, indepth reporting, deep reporting. Academic
writing termasuk dalam non-fiksi atau fact yang
mengandung pengertian data tak boleh palsu atau karangan, logika harus runtut,
argumentasi menjadi keniscayaan, cenderung dalam kesepakatan dan pemahaman
bersama.
Definisi
dari menulis sendiri biasanya cenderung berbeda dari sudut pandang pelakunya,
seperti pada pelajar yang mendefinisikan kegiatan menulis adalah merupakan suatu kegiatan
menyalin ilmu
pengetahuan yang mereka dengar atau baca dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan untuk mahasiswa sendiri kegiatan menulis adalah kegiatan
menyusun laporan praktikum atau paper yang menumpuk setiap waktu dan bagi
mahasiswa tingkat akhir pengertian menulis berkembang lagi menjadi kegiatan
yang paling inti, yaitu menyusun skripsi atau tugas akhir. Bagi sastrawan
menulis adalah kegiatan merangkai kata berisi diksi-diksi dan metafora yang
indah sehingga menghasilkan sebuah karya sastra yang indah dan hikmah.
Dewasa ini minat siswa SMA cenderung
menurun terhadap kegiatan menulis karya sastra, untuk itu perlu ditingkatkan agar
mereka mampu untuk melestarikan menulis karya sastra tidak hanya sekadar
menjadi hobi akan tetapi juga diharapkan mampu menjadi budaya yang inovatif.
Siswa SMA sekarang ini lebih banyak memandang karya sastra hanya sebelah mata,
jangankan menulis sebuah karya sastra, membacanya saja mereka tidak terlalu
berminat. Jika bukan orang-orang yang memang sebenarnya dari awal mempunyai
ketertarikan khusus terhadap karya sastra pastilah karya sastra itu dipandang
tidak bernilai, padahal melalui sebuah karya sastra dapat banyak orang mampu
menemukan ide-ide baru, informasi yang baru bahkan nilai-nilai yang sering
dikesampingkan oleh masyarakat dapat diungkap dan dijadikan teladan atau pesan
bagi individu masing-masing.
Melalui keadaan yang demikian perlu
adanya suatu upaya ataupun pembaharuan agar masyarakat mampu lebih meningkatkan
minatnya terhadap menulis karya sastra yang variatif tidak terkesan monoton
karena bergenre tertentu saja, seperti novel atau cerpen-cerpen yang ditulis
hanya monoton berjenis kisah percintaan remaja. Sebagai bangsa yang mempunyai sejarah
sastrawan yang terkenal Indonesia harus mampu melestarikan menulis karya sastra
sebagai budaya yang inovatif agar siswa SMA tidak lagi memandang sebelah mata
terhadap sebuah karya sastra. Dalam artikel ini dibahas mengenai penyebab menurunnya
minat siswa pada bidang menulis sastra, serta upaya meningkatkan minat siswa
SMA pada bidang menulis sastra.
0 komentar :
Posting Komentar