Sastra adalah institusi sosial yang
memakai medium bahasa.Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan
mantra juga bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat.
Sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari
kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif
manusia. Permasalahan studi sastra menyiratkan atau merupakan masalah sosial: masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra (genre), simbol, dan mitos.
Lebih jelas lagi kalau dikatakan
bahwa sastra mencerminkan atau mengekspresikan hidup. Pengarang tidak bisa
tidak mengekspresikan pengalaman dan pandangannya tentang hidup. Tetapi tidak
benar kalau dikatakan bahwa pengarang mengekspresikan kehidupan secara
keseluruhan atau kehidupan zaman tertentu secara konkret dan menyeluruh.
Baca juga Tata Bahasa, Apa sih Maksudnya?
Hubungan yang bersifat deskriptif (bukan normatif) antara sastra dan masyarakat dapat
kita klarifikasikan sebagai berikut.
Pertama, adalah sosiologi pengarang,
profesi pengarang, dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah
dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan
ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya
sastra.
Kedua, adalah isi karya sastra,
tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan
yang berkaitan dengan masalah sosial.
Ketiga, adalah permasalahan pembaca
dan dampak sosial karya sastra.
Ketergantungan atau Sebab-Akibat
antara Sastra dan Masyarakat
Kita dapat melihat misalnya, peranan
besar keturunan kelompok professional dan komersial dalam produksi sastra di
Amerika. Statistic dapat membuktikan bahwa sastra Eropa modern ditulis oleh
kelompok kelas menengah karena kelompok bangsawan selalu mencari waktu untuk
bersantai, sedangkan kelas bawah hanya mempunyai kesempatan yang sangat terbatas
untuk memperoleh pendidikan.
Asal-usul sosial seorang pengarang
hanya sedikit sekali berperan dalam menjawab masalah status sosial,
keterlibatan, dan ideologi, sebab sering kali pengarang melayani kebutuhan
kelas lain. Banyak puisi istana (court poetry) ditulis oleh orang-orang kelas rendah yang menganut ideology
dan selera para pelindung atau patron mereka.
Keterlibatan sosial, sikap, dan
ideology pengarang dapat dipelajari tidak hanya melalui karya-karya mereka,
tetapi juga dari dokumen biografi. Pengarang adalah seorang warga masyarakat
yang tentunya mempunyai pendapat tentang masalah-masalah politik dan sosial
yang penting, serta mengikuti isu-isu zamannya.
Posisi Sastrawan dalam Masyarakat
Posisi sastrawan dalam masyarakat
dapat ditelusuri secara jelas dalam sejarah. Di kota dan pusat pemerintahan
Yunani misalnya, penulis drama tragedi dithyramb dan himne seperti Pindar
mempunyai posisi yang religious. Posisi ini berubah menjadi semakin sekuler,
dan terlihat dari perbedaan antara Euripidies dan Aeschylus. Pujangga-pujangga
Romawi—sangat tergantung pada kemurahan hati Kaisar Agustus dan
Maecenas.
Pada abad pertengahan, ada biarawan
yang mengarang di ruang kecilnya, trubadur di istana raja atau baron,
dan ilmuwan pengelana di jalan-jalan. Sastrawan mungkin saja pegawai, penyanyi,
tukang kayu, dalang atau artis penghibur. Bahkan Raja Weneclaus II dari Bohemia
dan James I dari Skotlndia dianggap sebagai penyair, walaupun tak lebih dari
sekadar pencinta seni amatir.
Hubungan Karya dan Publik
Hubungan karya dan publik tentu dapat
ditelusuri melalui jumlah edisi dan buku yang terjual. Stratifikasi
masyarakat terdiri dari stratifikasi seleranya. Norma kelas atas
sering kali menular ke kelas bawah, kadang-kadang arah pengaruhnya berbalik.
Contohnya adalah minat pada folklore dan seni primitive yang menjangkiti kelas
atas. Perbedaan selera menurut umur, jenis kelamin, dan kelompok-kelompok
khusus mengacaukan dan mengaburkan stratifikasi sosial. Perubahan selera yang
sangat cepat akhir-akhir ini menunjukkan perubahan sosial yang cepat pula
dan menunjukkan renggangnya hubungan
seniman dengan masyarakat.
Sastrawan tidak tergantung sepenuhnya
atau menuruti secara pasif selera pelindung atau publiknya. Ada kemungkinan justru
sastrawanlah yang menciptakan publiknya. Coleridge sangat menyadari bahwa
setiap sastrawan baru harus menciptakan cita rasa baru untuk dinikmati oleh
publik.
Sastrawan dipengaruhi dan memengaruhi
masyarakat, seni
tidak hanya meniru kehidupan tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya
hidup tokoh-tokoh dunia rekaan. Mereka bercinta, melakukan tindak
kejahatan atau bunuh diri seperti
cerita-cerita dalam novel.
Kita dapat membuat hipotesis bahwa
anak-anak muda lebih langsung dan lebih mudah terpengaruh bacaan daripada orang
tua dan bahwa pembaca yang kurang berpengalaman memperlakukan sastra secara
lebih naif—menganggapnya bukan sebagai suatu interpretasi tentang
kehidupan, melainkan sebagai transkrip
kehidupan—dan menanggapi terlalu serius.
Sastra Menunjukkan Tipe-Tipe Sosial
Zamannya
1. Karya Thomas
Deloney memberikan gambaran mengenai kelas zaman Elizabeth.
2. Addison,
fielding dan Smollett menggambarkan kelompok borjuis baru pada abad ke- 18.
3. Jane Austen
menampilkan kehidupan para bangsawan rendahan (gentry) dan pendeta di pedesaan
pada awal abad ke-19.
4. Pramoedya Ananta
Toer dalam karyanya tetralogi Buru memberikan gambaran kehidupan masyarakat
pribumi dan Belanda pada tahun 1920-an.
CCatatan kaki
t Trubadur: penyanyi lagu-lagu cinta; kelompok penyair lirik yangg menyanyikan sanjak, terutama sanjak cinta terhadap wanita keturunan bangsawan. Baron adalah sebuah gelar bangsawan.
stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati dan memberi pedoman bagi perilaku para anggotanya dalam mewujudkan sesuatu yang dianggap baik dan diinginkan. Contohnya di masyarakat yaitu norma kesopanan a. Menghormati orang yang lebih tua b. Tidak berkata kasar c. Menerima dengan tangan kanan
Daftar Pustaka
Wellek,
Renne dan Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
0 komentar :
Posting Komentar