Selasa, 09 Mei 2017

SASTRA DAN MASYARAKAT




Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa.Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra juga bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia. Permasalahan studi sastra menyiratkan atau merupakan masalah sosial: masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra (genre), simbol, dan mitos.


Lebih jelas lagi kalau dikatakan bahwa sastra mencerminkan atau mengekspresikan hidup. Pengarang tidak bisa tidak mengekspresikan pengalaman dan pandangannya tentang hidup. Tetapi tidak benar kalau dikatakan bahwa pengarang mengekspresikan kehidupan secara keseluruhan atau kehidupan zaman tertentu secara konkret dan menyeluruh.


Hubungan yang bersifat deskriptif (bukan normatif) antara sastra dan masyarakat dapat kita klarifikasikan sebagai berikut.
Pertama, adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra.

Kedua, adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Ketiga, adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra.

Ketergantungan atau Sebab-Akibat antara Sastra dan Masyarakat
Kita dapat melihat misalnya, peranan besar keturunan kelompok professional dan komersial dalam produksi sastra di Amerika. Statistic dapat membuktikan bahwa sastra Eropa modern ditulis oleh kelompok kelas menengah karena kelompok bangsawan selalu mencari waktu untuk bersantai, sedangkan kelas bawah hanya mempunyai kesempatan yang sangat terbatas untuk memperoleh pendidikan.

Asal-usul sosial seorang pengarang hanya sedikit sekali berperan dalam menjawab masalah status sosial, keterlibatan, dan ideologi, sebab sering kali pengarang melayani kebutuhan kelas lain. Banyak puisi istana (court poetry) ditulis oleh orang-orang kelas rendah yang menganut ideology dan selera para pelindung atau patron mereka.

Keterlibatan sosial, sikap, dan ideology pengarang dapat dipelajari tidak hanya melalui karya-karya mereka, tetapi juga dari dokumen biografi. Pengarang adalah seorang warga masyarakat yang tentunya mempunyai pendapat tentang masalah-masalah politik dan sosial yang penting, serta mengikuti isu-isu zamannya.

Posisi Sastrawan dalam Masyarakat
Posisi sastrawan dalam masyarakat dapat ditelusuri secara jelas dalam sejarah. Di kota dan pusat pemerintahan Yunani misalnya, penulis drama tragedi dithyramb dan himne seperti Pindar mempunyai posisi yang religious. Posisi ini berubah menjadi semakin sekuler, dan terlihat dari perbedaan antara Euripidies dan Aeschylus. Pujangga-pujangga Romawisangat tergantung pada kemurahan hati Kaisar Agustus dan Maecenas.

Pada abad pertengahan, ada biarawan yang mengarang di ruang kecilnya, trubadur di istana raja atau baron, dan ilmuwan pengelana di jalan-jalan. Sastrawan mungkin saja pegawai, penyanyi, tukang kayu, dalang atau artis penghibur. Bahkan Raja Weneclaus II dari Bohemia dan James I dari Skotlndia dianggap sebagai penyair, walaupun tak lebih dari sekadar pencinta seni amatir.

Hubungan Karya dan Publik
Hubungan karya dan publik tentu dapat ditelusuri melalui jumlah edisi dan buku yang terjual. Stratifikasi masyarakat terdiri dari stratifikasi seleranya. Norma kelas atas sering kali menular ke kelas bawah, kadang-kadang arah pengaruhnya berbalik. Contohnya adalah minat pada folklore dan seni primitive yang menjangkiti kelas atas. Perbedaan selera menurut umur, jenis kelamin, dan kelompok-kelompok khusus mengacaukan dan mengaburkan stratifikasi sosial. Perubahan selera yang sangat cepat akhir-akhir ini menunjukkan perubahan sosial yang cepat pula dan  menunjukkan renggangnya hubungan seniman dengan masyarakat.

Sastrawan tidak tergantung sepenuhnya atau menuruti secara pasif selera pelindung atau publiknya. Ada kemungkinan justru sastrawanlah yang menciptakan publiknya. Coleridge sangat menyadari bahwa setiap sastrawan baru harus menciptakan cita rasa baru untuk dinikmati oleh publik.

Sastrawan dipengaruhi dan memengaruhi masyarakat, seni tidak hanya meniru kehidupan tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan. Mereka bercinta, melakukan tindak kejahatan  atau bunuh diri seperti cerita-cerita dalam novel.

Kita dapat membuat hipotesis bahwa anak-anak muda lebih langsung dan lebih mudah terpengaruh bacaan daripada orang tua dan bahwa pembaca yang kurang berpengalaman memperlakukan sastra secara lebih naifmenganggapnya bukan sebagai suatu interpretasi tentang kehidupan, melainkan  sebagai transkrip kehidupandan menanggapi terlalu serius.

Sastra Menunjukkan Tipe-Tipe Sosial Zamannya
     1.      Karya Thomas Deloney memberikan gambaran mengenai kelas zaman Elizabeth.
     2.      Addison, fielding dan Smollett menggambarkan kelompok borjuis baru pada abad ke-         18.
     3.      Jane Austen menampilkan kehidupan para bangsawan rendahan (gentry) dan pendeta        di pedesaan pada awal abad ke-19.
   4.   Pramoedya Ananta Toer dalam karyanya tetralogi Buru memberikan gambaran kehidupan masyarakat pribumi dan Belanda pada tahun 1920-an.

CCatatan kaki
t  Trubadur: penyanyi lagu-lagu cinta; kelompok penyair lirik yangg menyanyikan sanjak, terutama sanjak cinta terhadap wanita keturunan bangsawan. Baron adalah sebuah gelar bangsawan.
 stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati dan memberi pedoman bagi perilaku para anggotanya dalam mewujudkan sesuatu yang dianggap baik dan diinginkan. Contohnya di masyarakat yaitu norma kesopanan a.   Menghormati orang yang lebih tua  b.   Tidak berkata kasar   c.   Menerima dengan tangan kanan



Daftar Pustaka

Wellek, Renne dan Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

0 komentar :

Posting Komentar