Credit: @mariskaannastasia |
Hampir
setiap hari kita menikmati kuliner nusantara. Apalagi setelah saya merantau di
Surabaya, variasi kuliner terasa tidak terbatas. Saya bisa menemukan makanan
apa saja yang saya mau. Terlebih semenjak inovasi pesan makanan via online
tentu saja sangat memudahkan. Namun, pengalaman dan rasanya akan beda jika
mencoba kuliner langsung di depan penjualnya. Saya mencoba pergi ke Pasar
Maulid Nabi Sidoarjo yang hanya ada setahun sekali. Ada makanan apa saja? Yuk,
simak ulasan lengkapnya!
Pasar
Maulid Nabi entah sudah berlangsung berapa tahun di Sidoarjo. Menurut beberapa
warga Sarirogo, intinya tradisi ini sudah berlangsung lama. Acara ini hanya
digelar selama dua hari tepat saat Maulid Nabi. Sebenarnya tidak hanya kuliner,
di sini juga menjual gerabah, pakaian, hingga barang-barang yang sedang hits.
Konsepnya
hampir mirip bazar, yakni berupa stan-stan di sepanjang jalan. Panitia
penyelenggara sudah menomori tiap 1 meter sebagai tanda kepemilikan stan. Tidak
hanya warga Sidoarjo yang antusias menjual dagangannya tapi ada juga orang dari
luar kota seperti Bojonegoro hingga Probolinggo ikut serta.
Sayangnya,
pasar ini sangat pendek waktunya. Sehingga jika ingin ke sini lebih baik mulai
pukul 16.00 WIB. Tutup Pasar Maulid Nabi Sidoarjo ini yaitu pukul 23.00 WIB.
Bahkan jika pembeli masih berjubel, si penjual akan rela tetap buka hingga
tengah malam.
Saya
tidak sengaja pergi ke rumah Tante dan diberitahu kalau ada kegiatan ini. Tanpa
pikir panjang, saya putuskan untuk menginap. Ada beberapa kuliner yang memang
belum pernah saya coba. Di sepanjang Jalan Luwung hingga Anggaswangi dipenuhi
warga yang berjalan penuh sesak. Beberapa warga juga menamai "Pasar
Senggol" karena kita harus saling senggol ketika berjalan dikarenakan
pengunjung yang luar biasa banyak. Nah, apa saja yang saya coba di Pasar
Kuliner Maulid Nabi Sidoarjo kemarin?
1.
Urap-Urap Lumut
Kata
penduduk sini, kuliner yang satu ini hanya bisa ditemui ketika ada event
tertentu seperti saat ini. Urap-urap di sini cukup unik, isinya daun singkong,
kecambah kedelai yang besar-besar beserta kulitnya yang berwarna coklat
diikutsertakan, dan lumut. Entah sampai sekarang saya tidak habis pikir kenapa
lumut yang menempel di dinding rumah diikutsertakan dalam makanan ini.
Awalnya
tentu saja agak geli ketika makan. Tapi sebenarnya cukup bisa diterima lidah.
Rasanya hambar ketika belum diberi bumbu, tapi berubah pedas saat ditambah
parutan kelapa dan sambal. Cara membungkusnya menggunakan daun pisang yang
dipincuk. Harganya sangat terjangkau, hanya Rp5 ribu per porsi.
2.
Lontong Cecek
Sebelumnya,
apakah kamu mengerti cecek? Cecek adalah kulit sapi yang biasanya dibuat sambal
goreng atau sate. Mungkin beberapa daerah memiliki penyebutan sendiri. Kali
pertama saya menemukan dan mencoba kuliner bernama Lontong Cecek.
Cukup
unik, karena saya hanya tahu Lontong Lodeh hingga detik ini. Rasanya nano-nano,
cukup kuat rasa kunyit dan ketumbarnya. Satu lagi, saya merasakan masakan ini
terlalu manis. Ketika meracik saya melihat Bapak penjualnya memasukkan gula dan
potongan cabai. Bumbunya berwarna kuning seperti kare tapi encer (cair) seperti
kuah asem-asem. Entahlah saya tidak bisa mendeskripsikan dengan baik. Harga
satu porsi hanya Rp5 ribu dengan 6-7 potong lontong dan satu sendok sayur besar
cecek.
3.
Kelanting Komplit Hingga 10 Komponen
Saya
sudah sering menikmati kelanting di Pasar traditional pagi-pagi. Tapi,
kelanting kali ini memiliki banyak sekali komponen. Saya hanya mengerti nama
beberapa komponen saja seperti lupis, kelanting, puli, dan ketan. Selebihnya Saya
hanya bisa melihat keanekaragaman warna dalam sepincuk daun pisang. Semua
komponen itu disiram kelapa parut dan menggunakan gula merah yang dicairkan.
Rasanya sangat lezat, meski Saya tidak tahu nama-nama komponennya tidak
masalah. Asal rasa tak mengkhianati ehem. Harga per porsinya juga sangat
terjangkau, kamu boleh beli Rp5 ribu, Rp10ribu dan membeli semuanya biar
penjualnya segera pulang.
Sebenarnya
Saya menikmati makanan lebih dari tiga jenis di atas. Namun, menurut
Saya 3 kuliner inilah yang paling unik dan belum pernah Saya temui dan rasakan
sebelumnya. Kalau kamu sudah pernah mencoba salah satu dari makanan tersebut,
coba berbagi pengalaman di kolom komentar ya. Bagaimana menurutmu tentang
makanan-makanan tersebut atau Pasar Kuliner Maulid Nabi Sidoarjo?
Saya suka banget nih Mbak sama jajanan tradisional kaya gitu, rasanya khas banget soalnya hehe.
BalasHapusIya kalau saya makan ginian bakal mengingatkan masa kecil
HapusJadi kangen sama jajanan tradisional ini Mbak, dulu saya suka banget deh.
BalasHapusIya Mbak, di pasar ada kalau klanting cuman ya enggak selengkap di bazar
HapusSaya suka banget sama kelanting Mbak, enak banget dan bisa mengenyangkan hehe.
BalasHapusBetull, kenyal gitu di mulut ya
HapusJajanan zaman dahulu nih, sekarang sudah sulit sekali ditemukan.
BalasHapusBener, terkadang ada di pasar-pasar tradisional cuma ya jaranggg banget
HapusKalau di tempat saya itu namanya lupis Mbak, suka banget deh pokoknya hehe.
BalasHapusIya ada lupisnya yang terbuat dari ketan putih, ada juga ketan hitam, sama apa gitu gak hafal nama-namanya
HapusWah, terimakasih banyak sudah berbagi informasi yang sangat bermanfaat ini Mbak.
BalasHapusSama-sama Kak
HapusLiat postingan ini jadi kangen pengen makan jajanan pasar yang selalu dibelikan bapak ibu di rumah :((
BalasHapusBener Kak, enak kalau dulu beli waktu kecil ya
Hapus