Selasa, 12 November 2019

Kuliner Unik Hanya Rp5 Ribu di Pasar Maulid Nabi Sidoarjo

Credit: @mariskaannastasia


Hampir setiap hari kita menikmati kuliner nusantara. Apalagi setelah saya merantau di Surabaya, variasi kuliner terasa tidak terbatas. Saya bisa menemukan makanan apa saja yang saya mau. Terlebih semenjak inovasi pesan makanan via online tentu saja sangat memudahkan. Namun, pengalaman dan rasanya akan beda jika mencoba kuliner langsung di depan penjualnya. Saya mencoba pergi ke Pasar Maulid Nabi Sidoarjo yang hanya ada setahun sekali. Ada makanan apa saja? Yuk, simak ulasan lengkapnya!


Pasar Maulid Nabi entah sudah berlangsung berapa tahun di Sidoarjo. Menurut beberapa warga Sarirogo, intinya tradisi ini sudah berlangsung lama. Acara ini hanya digelar selama dua hari tepat saat Maulid Nabi. Sebenarnya tidak hanya kuliner, di sini juga menjual gerabah, pakaian, hingga barang-barang yang sedang hits.

Konsepnya hampir mirip bazar, yakni berupa stan-stan di sepanjang jalan. Panitia penyelenggara sudah menomori tiap 1 meter sebagai tanda kepemilikan stan. Tidak hanya warga Sidoarjo yang antusias menjual dagangannya tapi ada juga orang dari luar kota seperti Bojonegoro hingga Probolinggo ikut serta.

Sayangnya, pasar ini sangat pendek waktunya. Sehingga jika ingin ke sini lebih baik mulai pukul 16.00 WIB. Tutup Pasar Maulid Nabi Sidoarjo ini yaitu pukul 23.00 WIB. Bahkan jika pembeli masih berjubel, si penjual akan rela tetap buka hingga tengah malam.

Saya tidak sengaja pergi ke rumah Tante dan diberitahu kalau ada kegiatan ini. Tanpa pikir panjang, saya putuskan untuk menginap. Ada beberapa kuliner yang memang belum pernah saya coba. Di sepanjang Jalan Luwung hingga Anggaswangi dipenuhi warga yang berjalan penuh sesak. Beberapa warga juga menamai "Pasar Senggol" karena kita harus saling senggol ketika berjalan dikarenakan pengunjung yang luar biasa banyak. Nah, apa saja yang saya coba di Pasar Kuliner Maulid Nabi Sidoarjo kemarin?

1. Urap-Urap Lumut


Kata penduduk sini, kuliner yang satu ini hanya bisa ditemui ketika ada event tertentu seperti saat ini. Urap-urap di sini cukup unik, isinya daun singkong, kecambah kedelai yang besar-besar beserta kulitnya yang berwarna coklat diikutsertakan, dan lumut. Entah sampai sekarang saya tidak habis pikir kenapa lumut yang menempel di dinding rumah diikutsertakan dalam makanan ini.

Awalnya tentu saja agak geli ketika makan. Tapi sebenarnya cukup bisa diterima lidah. Rasanya hambar ketika belum diberi bumbu, tapi berubah pedas saat ditambah parutan kelapa dan sambal. Cara membungkusnya menggunakan daun pisang yang dipincuk. Harganya sangat terjangkau, hanya Rp5 ribu per porsi.

2. Lontong Cecek

Sebelumnya, apakah kamu mengerti cecek? Cecek adalah kulit sapi yang biasanya dibuat sambal goreng atau sate. Mungkin beberapa daerah memiliki penyebutan sendiri. Kali pertama saya menemukan dan mencoba kuliner bernama Lontong Cecek.
 

Cukup unik, karena saya hanya tahu Lontong Lodeh hingga detik ini. Rasanya nano-nano, cukup kuat rasa kunyit dan ketumbarnya. Satu lagi, saya merasakan masakan ini terlalu manis. Ketika meracik saya melihat Bapak penjualnya memasukkan gula dan potongan cabai. Bumbunya berwarna kuning seperti kare tapi encer (cair) seperti kuah asem-asem. Entahlah saya tidak bisa mendeskripsikan dengan baik. Harga satu porsi hanya Rp5 ribu dengan 6-7 potong lontong dan satu sendok sayur besar cecek.

3. Kelanting Komplit Hingga 10 Komponen
 

Saya sudah sering menikmati kelanting di Pasar traditional pagi-pagi. Tapi, kelanting kali ini memiliki banyak sekali komponen. Saya hanya mengerti nama beberapa komponen saja seperti lupis, kelanting, puli, dan ketan. Selebihnya Saya hanya bisa melihat keanekaragaman warna dalam sepincuk daun pisang. Semua komponen itu disiram kelapa parut dan menggunakan gula merah yang dicairkan. Rasanya sangat lezat, meski Saya tidak tahu nama-nama komponennya tidak masalah. Asal rasa tak mengkhianati ehem. Harga per porsinya juga sangat terjangkau, kamu boleh beli Rp5 ribu, Rp10ribu dan membeli semuanya biar penjualnya segera pulang.

Sebenarnya Saya menikmati makanan lebih dari tiga jenis di atas. Namun, menurut Saya 3 kuliner inilah yang paling unik dan belum pernah Saya temui dan rasakan sebelumnya. Kalau kamu sudah pernah mencoba salah satu dari makanan tersebut, coba berbagi pengalaman di kolom komentar ya. Bagaimana menurutmu tentang makanan-makanan tersebut atau Pasar Kuliner Maulid Nabi Sidoarjo?

14 komentar :

  1. Saya suka banget nih Mbak sama jajanan tradisional kaya gitu, rasanya khas banget soalnya hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kalau saya makan ginian bakal mengingatkan masa kecil

      Hapus
  2. Jadi kangen sama jajanan tradisional ini Mbak, dulu saya suka banget deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, di pasar ada kalau klanting cuman ya enggak selengkap di bazar

      Hapus
  3. Saya suka banget sama kelanting Mbak, enak banget dan bisa mengenyangkan hehe.

    BalasHapus
  4. Jajanan zaman dahulu nih, sekarang sudah sulit sekali ditemukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, terkadang ada di pasar-pasar tradisional cuma ya jaranggg banget

      Hapus
  5. Kalau di tempat saya itu namanya lupis Mbak, suka banget deh pokoknya hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ada lupisnya yang terbuat dari ketan putih, ada juga ketan hitam, sama apa gitu gak hafal nama-namanya

      Hapus
  6. Wah, terimakasih banyak sudah berbagi informasi yang sangat bermanfaat ini Mbak.

    BalasHapus
  7. Liat postingan ini jadi kangen pengen makan jajanan pasar yang selalu dibelikan bapak ibu di rumah :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Kak, enak kalau dulu beli waktu kecil ya

      Hapus