Kamis, 04 Oktober 2018

Crazy Rich Asians: Kekuatan Cinta atau Harta?


Saya sebetulnya kurang suka film romantis karena takut kecewa dengan cerita melankolis yang 'itu-itu saja'. Setelah seorang teman yang mengatakan kalau film ini memiliki sentilan komedi dan digadang punya rating lebih tinggi dari The Nun (2018), maka saya bertekad,"saya harus nonton!"
***


Keluarga sebagai unit terkecil yang memiliki peranan sangat penting dalam masa depan anak-anak mereka. Begitu juga bangsa Asia yang memiliki kepercayaan tersendiri dan budaya keluarga yang dianggap sebagai 'warisan' sehingga harus ada dalam setiap generasi ke generasi.

Singkat kata, mengingat adanya kecenderungan kelas atas selalu menentukan zaman, harta menjadi satu syarat yang dipandang penting saat keluarga memilih pasangan untuk anaknya. Hal ini menjadi konflik tersendiri dalam batin anak, sehingga muncul sebuah penolakan.

Puluhan tahun film romantis menjadi genre yang paling banyak diproduksi. Coba ingat, sudah berapa ribu film romantis hadir di Indonesia? Namun, tak sedikit yang memiliki alur dan ending sangat sederhana dan mudah ditebak. Inilah yang terkadang membuat penonton bosan dan malas menonton film romantis kembali.


Film Crazy Rich Asians hadir dengan genre romance comedy. Apakah akan sama membosankan layaknya film ‘cinta-cintaan’ lainnya? Meski proses perilisan di Indonesia lebih lambat tiga pekan dari debutnya di Amerika Serikat, hal ini tak membuat penonton kecewa. Film romantis komedi garapan Jon M. Chu ini diadaptasi dari novel karya Kevin Kwan dengan judul sama. Film yang berkisah tentang keluarga, cinta, dan harta ini cukup menarik untuk saya ulas.

Seorang profesor ekonomi, Rachel Chu (Constance Wu) tidak sadar berpacaran dengan lelaki kaya raya bernama Nick Young (Henry Golding). Berawal dari ajakan Nick ke pernikahan sahabatnya sekaligus mengenalkan Rachel ke keluarganya di Singapura.

Tak disangka, Nick Young merupakan lelaki yang menjadi incaran semua wanita kelas atas. Bahkan berita tentangnya bisa menjadi tranding topic dunia hanya beberapa menit. Inilah yang membuat Rachel dibenci seluruh penggemar Nick. Wanita berdarah Asia-Amerika ini tidak goyah dan tetap ingin menjadi pendamping Nick.



Tidak seperti kebanyakan film romantis yang menunjukkan relasi dibangun pelan-pelan dari salah satu pihak. Di sini, Rachel dan Nick sudah menjalin hubungan satu tahun di awal film. Nick yang merantau ke New York bertemu dengan Rachel dan saling jatuh hati.

Namun, semuanya menjadi rumit saat ibu Nick, Eleanor Young (Michelle Yeoh) mulai tak setuju dengan kehadiran Rachel. Beruntungnya, Peik Lin (Awkwafina) muncul sebagai penyelamat dan membantu Rachel untuk menghadapi keluarga besar Nick yang penuh dengan pandangan budaya Asia. Apakah Rachel berhasil menghadapi keluarga glamour Nick?

Menghibur dan Benar-Benar Gila

Sutradara Jon M. Chu telah berhasil membawa nuansa Asia ke dalam film romantis komedi ini. Film berdurasi 119 menit ini memiliki jalan cerita yang sederhana namun cukup sulit ditebak, sehingga membuat penonton enggan meninggalkan tempat duduknya.


Lelucon yang dihadirkan pun tidak 'receh' dan membuat penonton merasa janggal. Inilah yang membuat para penonton terpingkal-pingkal akibat pemainnya yang kocak. Awal cerita kita sudah dibuat terkejut dengan tindakan Eleanor Young (Michelle Yeoh) yang ditolak mentah-mentah oleh pihak hotel London karena memiliki tampilan orang Asia.

Akhirnya Eleanor menelepon sang suami untuk membeli hotel tersebut. Para petugas tak percaya menghadapi kenyataan bahwa orang yang ditolak sekarang menjadi atasannya. Kegilaan lain masih berlanjut dari kehadiran Peik Lin (Awkwafina) yang mengocok perut. Sentilan kecil tapi menghibur juga diberikan oleh Nico Santos dan Ken Jeong.

Bukan Hanya Bicara Soal Cinta, Lho

Jika tidak dikemas dengan baik, film ini mungkin hanya menjadi sebuah roman picisan layaknya di sinetron. Namun, Peter Chiarelli dan Adelle Lim berhasil merangkai kisah sederhana menjadi sangat relevan dengan dialog yang berkualitas. Tidak hanya cinta yang ada di dalamnya, tapi budaya Asia yang kental juga menjadi atmosfer film yang rilis di Indonesia 11 September 2018 ini.


Di balik adegan romantis Rachel dan Nick, disajikan pula pentingnya arti sebuah keluarga bagi masyarakat Asia. Mulai dari cara anak tetap tinggal dengan orangtua sebelum mereka menikah, kedekatan orangtua dan anak, hingga kebiasaan mengurus orangtua saat memasuki usia senja. Selain itu, kita juga diajak melihat permasalahan anggota keluarga Young lain seperti Astrid (Gemma Chan), sepupu Nick yang berhati mutiara tapi memilih menikah dengan pria biasa.

"Di sini (baca: Asia), orangtua terobsesi untuk membentuk masa depan anaknya," ucap Eleanor kepada Rachel dengan tatapan tajam.

Potret kehidupan masyarakat Asia lainnya juga ada, seperti resep masakan warisan harus dikuasai setiap generasi. Itulah yang membuat seluruh sepupu Nick bisa membuat pangsit yang diwariskan neneknya, Ah Ma.

Chu mengarahkan alur cerita dan menempatkan emosi secara tepat sasaran sehingga membuat film ini menjadi hiburan yang bisa menyentuh emosi penontonnya. Crazy Rich Asians tidak membosankan, karena pemain memainkan perannya sesuai porsi dan tidak berlebihan.

Uniknya lagi, dalam film ini dihadirkan pemandangan luar biasa dari negara Singapura, mulai dari kuliner, kemegahan gedung, keindahan setiap pulaunya, dan kehidupan kelas atas yang membuat mata terbelalak. Tidak berhenti di situ, adat orang Asia saat mengadakan pesta juga digambarkan secara jelas.

Film yang menghabiskan budget US$30 juta ini menjadi film Hollywood yang menampilkan para pemain Asia setelah hampir 25 tahun semenjak film terakhir The Joy Luck Club (1993). Tak heran, jika Crazy Rich Asians bertahan hingga tiga pekan di puncak Box Office Amerika Utara. Apakah kesuksesan film ini sama di Indonesia? Kita lihat saja tembus berapa juta penonton.



Identitas film
Sutradara: Jon M. Chu
Skenario: Peter Chiarelli
Genre: Romance Comedy
Durasi: 119 menit
Pemain: Henry Golding, Constance Wu
Waktu Rilis: 11 September 2018















0 komentar :

Posting Komentar