Ada yang khas Bukittinggi, nggak Uda Fanz?
Tanya saya penasaran pada salah satu teman blogger yang bertemu di
Panorama Medan Nan Bapaneh. Penyesalan itu akan muncul belakangan kalau saya
tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin saat berada di Sumatera Barat ini. Jadi, meskipun perut sudah lumayan kenyang tapi tetap mengiyakan untuk melancong lagi, hehe... nggak kerasa betah juga di Sumbar. Banyak hal baru buat saya contohnya makan bajamba, kopi kawa, dll.
Nah, akhirnya pertanyaan saya tadi dijawab sama Uda Fanz. Kita kemana nih...
Ada Warung Pical Sikai di dekat sini. Yuk, kita kesana!
Warung Pical Sikai ini wajib didatangi saat datang ke Bukittinggi,
Sumatera Barat. Lokasi warung yang sudah berdiri sejak 1948 itu melengkapi
keragaman kuliner kota kelahiran salah satu proklamator Indonesia, Bung Hatta.
penampaan Pical Sikai |
Tempatnya memang tidak terlihat seperti restoran mewah, warungnya sederhana
namun terasa menyenangkan. Sangat terasa bahwa tidak ada usaha untuk mendekor
warung secara berlebihan; benar-benar otentik, bersih, dan apa adanya.
Menu utama yang dijual hanya dua jenis, pecel (pical) dan lamang tapai.
Bahan baku pecel yang digunakan berbeda dengan yang ditemui di Pulau Jawa. Asli,
bayangan awal saya adalah pecel yang biasa dijajakan tiap pagi di pinggir jalan
di Jawa. Pas makanannya datang, barulah mengerti perbedaannya.
ini saya ketemu temen baru namanya Kak Ami dari Suliki |
Pical Sikai menggunakan rebusan jantung pisang, rebung, pucuk daun
ubi, kol rebus, kol mentah, dan sebagai pelengkap diberi keripik sanjay
(singkong) dan kerupuk merah, dan akhirnya disiram dengan bumbu kacang. Bisa
dibilang menu Pical Sikai ini adalah menu vegetarian. Saya bersyukur banget
menemukan menu vegetarian, karena beberapa hari di Payakumbuh sudah makan
makanan berlemak seperti ayam dan ikan yang pedas.
Bu Ade, pemilik warung |
Namun bumbu kacang di Pical Sikai ini benar berbeda dengan pecel di
Jawa. Rasanya berbeda, pical ini bumbu kacangnya agak encer ketimbang pecel di Jawa, bahkan menurutku seperti kuah kacang bukan bumbu kacang, tapi lidahku masih bisa menyantap dan menghabiskannya. Perbedaan lainnya tentu saja komposisi sayuran yang digunakan sebagai bahan isian pun berbeda.
Kalau di Jawa terlihat hijau semua kalau ini putih karena didominasi dengan
kubis.
Coba juga lamang tapai ketan hitam, karena di warung ini juga menjual
lamang tapai. Paduan rasa antara gurih dan legitnya tapai ketan akan menjadi
kenangan. Untuk camilan, mesti mencoba lepet pisang (nagasari) khas Pical
Sikai. Lembut, gurih, dan legit. Harga makanan di Pical Sikai sangat bersahabat
kok jadi jangan khawatir kantong jebol. Bahkan menurutku di Sumbar makanan
harganya relative standar, termasuk di Pical Sikai ini. Seporsi pecel dan
lamang tak lebih dari @Rp 15 ribu. Lepet pisangnya pun hanya Rp1.000/bungkus.
lamang tapai |
Sajian di Pical Sikai menjadi
variasi makanan khas Sumatera Barat yang didominasi santan. Warung Pical
Sikai dikelola Ibu Ade, generasi kedua. Orangtuanya memulai usaha sejak 1948
ketika berusia 16 tahun. Harus diakui bahwa konsistensi dalam mempertahankan
kualitas telah membuat usaha Pical Sikai ini bertahan di tengah gempuran arus zaman.
Rasa berbicara, dan para pengunjung pun menyebarkan kabarnya dari mulut ke
mulut, tanpa Ibu Ade perlu repot-repot mengelola promosi melalui media massa
ataupun kanal-kanal lainnya. Memang di warung ini pelanggan tak pernah surut
hingga jam tutup pukul 18.00 WIB. Saya di sana sampai tutup lho, karena baru ke
tempat itu sore hari, harusnya lebih awal.
Pical Sikai Bukittinggi buka mulai pukul 07.30 hingga 18.00.
Lokasinya sedikit masuk gang di Jalan Panorama, satu deret dengan pintu masuk
menuju Gua Jepang (salah satu objek wisata utama di Bukittinggi), atau tepat di
depan Hotel Melindo.
Ah, saya jadi ingin ke sana lagi. Semoga bisa ke sana lagi bersama
keluarga.
Warung Pical
Sikai
Jl Panorama no.19c, Bukittinggi, Sumatra Barat
(Masuk gang depan Hotel Melindo)
Jl Panorama no.19c, Bukittinggi, Sumatra Barat
(Masuk gang depan Hotel Melindo)
Enak ya kuliner nusantara emang bervariasi banget
BalasHapus--bukanbocahbiasa(dot)com--