anggi_putri
Peran Mahasiswa dalam Menyikapi Eksistensi Literasi sebagai Jendela Perubahan Bangsa—Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mahasiswa ialah
orang yang belajar di perguruan tinggi, disebut sebagai Mahasiswa bukan lagi
sebagai siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas maupun Sekolah
Menengah Pertama. Secara langsung mahasiswa dianggap orang yang paling tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan siswa-siswa yang lain. Tidak berhenti sampai
di situ, saat ini sering kita saksikan di layar kaca mengenai aksi-aksi
mahasiswa yang saling beradu kreativitas dan pemikiran untuk memberikan argumen
mereka terhadap segala hal yang terjadi di kehidupan nyata terutama yang
menyangkut bangsa Indonesia atau segala hal yang berhubungan dengan kemajuan peradaban
manusia yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.
Akhir-akhir ini pun masalah
kreativitas dan produktivitas menulis mulai diperbincangkan, baik di media
elektronik maupun cetak. Beberapa forum diskusi pun dibuka untuk
menyelenggarakan seminar dan pelatihan kepenulisan serta pelatihan soft
skill khususnya tentang menulis. Tak bisa dipungkiri, menulis merupakan
sesuatu yang urgent bagi mahasiswa seiring perkembangan jaman yang
hampir menenggelamkan keberaksaraan, bangsa dituntut lebih produktif dan bisa
menjadi bangsa yang melek literasi.
Menurut penelitian Programme for
International Student Assessment (PISA), Indonesia berada pada posisi kedua
dari 65 negara dengan Budaya Literasi terburuk. Tingkat membaca siswa di
Indonesia mendapat peringkat ke-57 dari 65 negara (PISA, 2010). Sedangkan
indeks minat baca hanya 0,001 berarti setiap 1000 penduduk hanya satu yang
memiliki minat baca. Tingkat melek huruf orang dewasa hanya 65,5 persen
(UNESCO, 2012). Sedangkan Malaysia sudah 86,4 persen (Republika, 2014).
Menurut Kepala Pusat Pembinaan dan
Pemasyarakatan Badan Pemasyarakatan dan Pengembangan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Yeyen Muryani hal ini dikarenakan
budaya masyarakat Indonesia yang lebih sering menonton dibandingkan membaca
apalagi menulis. Beliau sangat menyayangkan hal ini karena literasi menjadi
penentu daya saing bangsa.
Dewasa ini menjadikan bangsa
Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara berkembang lainnya, apalagi dengan
negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Amerika yang mahasiswanya selalu sedia
buku dalam genggamannya. Mahasiswa di sana tak segan untuk membaca buku ketika
di bus, di halte, bahkan sambil berjalan. Fakta inilah yang menjadikan
mahasiswa di Indonesia tertinggal sangat jauh.
Mahasiswa sebagai agent of change
dituntut memiliki tingkat kepekaan yang lebih dalam untuk mewujudkan perubahan
dunia. Salah satunya dengan literasi. Literasi diwujudkan dalam bentuk membaca
dan menulis. Menulis dapat mewujudkan sebuah perubahan dunia karena menulis memiliki
manfaat yang kental. Banyak sekali manfaat menulis, yang efektif pendapat
Ridwan (2015) diantaranya; instrumen perekam jejak sejarah, jika hendak merekam
sesuatu, cukuplah tuangkan lewat tulisan. Inilah cara klasik yang tak akan
pernah tergantikan oleh apapun. Misalnya saja menulis tentang kearifan lokal
daerah setempat, maka hal yang ditulis bisa menjadi jejak sejarah dan mampu
membuat sebuah perubahan. Dalam dewasa ini, fakta yang telah dibuktikan
lahirnya buku Tentang Kota Kita, sebuah antologi cerpen dan puisi
tetang Jombang (2015) yang digagas penulis serta kegiatan
bincang-bincang sastra di bumi bung karno yang mendobrak semangat menulis di
Blitar (April, 2016). Kedua, menulis adalah media belajar. Sebagai mahasiswa
belajar adalah sebuah kewajiban yang tak perlu lagi diingatkan. Mahasiswa yang
kreatif dan produktif akan mengisi dirinya dengan ilmu sebanyak-banyaknya
kemudian mengimplementasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga,
Instrumen untuk menjaga ilmu, pendapat, opini, dan argumen dari keraiban dan
untuk menyebarkannya secara lebih luas. Dengan demikian, hal yang ditulis akan
menyebar luas sehingga bisa dibaca oleh masyarakat lainnya. Bisa dibayangkan
apabila sepuluh mahasiswa saja menulis dan membaca maka ilmu yang dapat diinovasi
dan diaplikasikan justru semakin banyak.
Bentuk literasi lainnya selain
menulis adalah membaca. Pepatah yang mengatakan bahwa membaca adalah jendela
dunia patut disetujui. Membaca mampu menimbulkan dorongan motivasi, ilmu dan
pengetahuan seseorang sehingga mampu diwujudkan dalam kehidupan.
Generasi muda adalah generasi emas,
apalagi di Kompas (2016) menyebutkan lahirnya generasi Y atau generasi
milenial yakni generasi yang lahir dalam kurun waktu 1980-1999 akan menjadi
perubahan dunia. Generasi Y adalah gambaran dari mahasiswa sekarang, generasi
yang mampu berkreasi dan berpikir cepat, mereka suka dengan hal-hal baru dan
menurut pengamatan seharusnya mampu mendongkrak ranah literasi lebih baik lagi.
Inovasi-inovasi yang saat ini banyak
dilakukan oleh mahasiswa dalam ranah literasi diantaranya, banyak
penulis-penulis muda yang lahir khususnya para mahasiswa. Hal ini menunjukkan
bahwa telah muncul kesadaran dalam mendobrak literasi. Selain itu, fakta
lainnya adalah banyak muncul
penerbit-penerbit yang pengelola dan pimpinannya adalah masih berstatus
mahasiswa, relawan rumah baca juga dominan dari mahasiswa, dan mahasiswa sudah
mampu mengangkat eksistensi literasi ke media cetak seperti koran dan majalah.
Kontribusi generasi muda yang jika
setiap tahun semakin ditingkatkan akan berimbas pada pesatnya dan naiknya
presentasi melek literasi di Indonesia. Bukan tidak mungkin jika mulai dari
kesadaran diri sendiri untuk melakukan perubahan bangsa.
Pentingnya menuliskan “Daftar
Kesuksesn” bukan hanya untuk mereka yang sudah meraih kebenaran “kekuatan
sugesti mimpi”, tapi pula untuk semua orang, tak terkecuali bangsa kita
Indonesia. Literasi ada di pundak generasi muda. Segala keberhasilan tanpa
disadari merupakan buah hasil dari pergulatan rencana, usaha dan doa yang tentu
membutuhkan waktu yang tidak singkat. (Wibowo, Nurdiansyah, 2016). Jangan
sampai literasi hanya menjadi life style, tetapi yang paling penting
yaitu sebagai kawah candradimuka dan ruang ekspresi.
Daftar Pustaka
Winarti, Anggi Putri.
(2016). Menulis Cerita Bertema Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas
dan Produktivitas Mahasiswa PBSI. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
Putri, Anggi, dkk. 2015. Tentang
Kota Kita. Jombang: Pustaka Kata
Wibowo, Wahyu dan Nurdiansyah,
Ales. 2016. Mendayung Impian Menuju Samudera. Yogyakarta: Pustaka Senja
Septiadi, Ridwan . (2013). Pentingnya Menulis. Jakarta: Kompasiana. http://m.kompasiana.com/ridwanseptiadi/pentingnyamenulis_55587916523bd66539f9d diakses pada 17 Mei 2016 pada 15:09
WIB
--- http://blog.danadidik.com/budaya-literasi-indonesia-peringkat-ke-2-terburuk/ diakses
pada 18 Mei 2016 pada 13:01 WIB
--- http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasi-indonesia-sangat-rendah diakses
pada 18 Mei 2016 pada 12:55 WIB
--- Generasi Y Mengubah Wajah Korporasi.
Jakarta: Kompas http://print.kompas.com/baca/2016/03/14/Generasi-Y-Mengubah-Wajah-Korporasi diakses
pada 20 Mei 2016 pukul 11:54 WIB
0 komentar :
Posting Komentar